Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati kembali jadi sorotan usai Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut biaya operasionalnya yang mencapai Rp60 miliar per tahun masih menjadi beban berat bagi anggaran daerah.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama BIJB Muhammad Singgih mengungkap berbagai langkah strategis yang kini sedang dijalankan untuk menghidupkan kembali bandara yang diresmikan pada pertengahan 2018 tersebut.
“Langkah ke depan, kita membuat kebijakan, misalnya memberikan insentif kepada maskapai yang terbang di Kertajati. Kedua, bekerjasama dengan pemerintah untuk menyediakan transportasi antarmoda, misalnya dari Bandung ke Kertajati juga diberikan insentif,” ujar Singgih, Rabu (11/6/2025).
Menurutnya, salah satu kendala utama rendahnya minat masyarakat menggunakan BIJB adalah persoalan akses dan minimnya rute penerbangan yang tersedia.
Untuk itu, pihaknya juga menjalin komunikasi intensif dengan Kementerian Perhubungan agar angkutan darat lintas provinsi bisa diarahkan melewati Kertajati.
“Kita sudah komunikasi ke Kemenhub agar bus dari Jateng ke arah barat bisa dimampirkan ke Kertajati supaya akses dari Jawa Tengah dipermudah. Itu sudah oke,” katanya.
Singgih menambahkan, upaya promosi dan pendekatan ke maskapai terus dilakukan secara paralel. Bahkan, BIJB saat ini sedang mempersiapkan pengaktifan kembali jalur kargo udara dan pengembangan fasilitas perawatan pesawat atau Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO).
“Promosi terus dilakukan. Yang paling penting itu pendekatan kepada airline. Kita mencoba untuk menarik kargo, insyaallah tidak akan lama lagi kargo akan kembali hidup di Kertajati,” terangnya.
“Di luar itu, yang sifatnya kelengkapan bandar udara seperti bengkel pesawat (MRO) juga kita kembangkan,” lanjutnya.
Salah satu harapan besar datang dari rencana menjadikan Kertajati sebagai pusat keberangkatan umrah untuk wilayah Jawa Barat. Menurut Singgih, jika hal ini berhasil diwujudkan, maka akan menjadi pemicu bagi tumbuhnya rute-rute penerbangan lain secara berkelanjutan.
“Intinya, rute maskapai itu paling penting. Karena kepercayaan publik itu penting, dan kemudian juga maskapai untuk bisa terbang itu memang masalah ekonomi juga. Jadi perlu saling bantu dari sisi kebijakan. Kalau misalnya trigger umrah bisa berjalan dari Kertajati, itu akan sangat membantu,” pungkasnya.