Bekerja sebagai buruh pabrik dengan status karyawan tetap tak selalu menjamin bisa segera menikah. Itu yang dirasakan Yoga Swara (24), seorang buruh asal Majalengka yang sudah lima tahun bekerja di salah satu pabrik di wilayahnya.
Meski bersyukur sudah tak lagi berstatus kontrak, Yoga mengaku upah yang diterimanya setiap bulan masih jauh dari cukup, apalagi jika bicara soal rencana membangun rumah tangga.
“UMK sekarang cuma Rp2,4 juta. Buat sehari-hari dan bensin aja pas-pasan. Kalau mau nabung buat nikah, ya susah,” kata Yoga kepada infoJabar, Kamis (1/5/2025).
Menurut Yoga, kebutuhan untuk menikah tidak hanya soal resepsi, tapi juga persiapan jangka panjang seperti tempat tinggal, perabot, hingga biaya hidup setelah berumah tangga.
“Kalau hitung-hitungan kasar, biaya nikah sekarang minimal bisa belasan atau puluhan juta. Dari mana coba? Nabung sebulan Rp200 ribu aja susah, belum cicilan motor, belum kalau ada kebutuhan mendadak,” keluhnya.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Lika-liku kehidupan buruh di Majalengka tak hanya ia rasakan sendiri. Menurutnya, banyak rekan buruh lainnya yang memilih menunda menikah karena faktor ekonomi. Tak sedikit pula yang merasa terbebani secara mental karena tekanan sosial.
“Orang tua di rumah udah mulai nanya-nanya, tapi ya gimana? Mau jawab apa kalau gaji sendiri aja belum cukup buat masa depan?” ujarnya.
Yoga berharap ke depan ada perhatian lebih dari pemerintah daerah dan perusahaan terhadap kesejahteraan buruh di Majalengka, terutama menyangkut UMK yang menurutnya masih belum setara dengan daerah tetangga seperti Cirebon dan Indramayu.
“Majalengka sekarang udah banyak pabrik, ada tol, ada bandara, masa UMK-nya segini-segini aja? Buruh juga pengin hidup layak, nikah, dan punya masa depan,” pungkasnya.