Tragedi menyelimuti lereng Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, saat longsor besar menerjang kawasan pertambangan batu alam pada Jumat (30/5/2025) pagi. Tanah dan batuan yang longsor tiba-tiba itu, menimbun banyak penambang yang tengah bekerja di lokasi.
Usai longsor terjadi, petugas gabungan langsung turun ke lokasi untuk mencari keberadaan pekerja yang tertimbun. Hingga Sabtu malam, petugas berhasil mengevakuasi sejumlah korban.
Tercatat ada 17 korban yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Sementara 8 orang lainnya yang dilaporkan hilang belum ditemukan.
“Kami mengerahkan alat berat, anjing pelacak, serta personel terlatih. Tapi kami tetap harus waspada karena tanah masih labil,” jelas Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Rudi Setiawan dalam keterangannya.
Dari hasil penyelidikan sementara, insiden longsor di Gunung Kuda terjadi karena adanya kesalahan metode penambangan. Pihak Dinas ESDM Jabar bahkan mengaku telah berkali-kali memperingati pengelola tambang soal kesalahan metode tersebut.
“Kami sudah berulang kali memperingatkan pihak tambang, bahkan sudah dengan nada keras. Polresta Cirebon juga telah memasang garis polisi di lokasi sejak Februari karena metode penambangan yang dilakukan tidak sesuai standar keselamatan. Seharusnya penambangan dilakukan dari atas, bukan dari bawah,” tegas Kepala Dinas ESDM Jabar, Bambang Tirto Mulyono.
Sementara Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi dengan tegas meminta lokasi tambang batu alam di kawasan Gunung Kuda ditutup permanen. Dedi mengaku sebelum menjabat sebagai gubernur, telah mendatangi Gunung Kuda dan menemukan ada potensi bahaya yang mengintai lokasi pertambangan tersebut.
“Dari sisi aspek kebijakan, saya sudah memerintahkan Kepala ESDM dan seluruh jajaran yang hari ini sudah berada di lokasi untuk mengambil tindakan tegas (supaya) perusahaan itu ditutup untuk selamanya,” tegas Dedi.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Longsor Gunung Kuda yang menegaskan belasan pekerja tambang itu disaksikan langsung Edit yang saat kejadian berada si lokasi. Edit menuturkan, longsor Gunung Kuda terjadi begitu cepat disaat banyak pekerja berada tepat di titik longsoran.
“Saya lihat langsung kejadiannya cepet banget, tadi juga suaranya enggak terlalu besar juga,” ungkapnya saat diwawancara.
“Yang kelihatan sama saya yang jadi korban pekerja yang ngebelahin batu,” bebernya.
Edit menyebut, kawasan Gunung Kuda memang kerap mengalami longsor. Namun dia menyebut, baru kali ini longsor menimbulkan banyak korban jiwa karena terjadi di waktu kerja.
“Jadi di lokasi ini sebelumnya sempat longsor, terus dikeruk bagian bawahnya jadi langsung ambruk gitu aja (longsor),” ungkapnya.
Buntut insiden maut itu, polisi memeriksa sejumlah orang yang berasal dari pihak pengelola tambang. Pemeriksaan dilakukan oleh Polresta Cirebon dengan memanggil enam orang yang statusnya masih menjadi saksi.
“Sementara ada enam yang diperiksa dari pihak pengelola,” kata Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni.
Sementara di lokasi kejadian, longsor susulan masih terjadi di malam hari. Suara gemuruh tanah dan batu yang kembali meluncur dari perbukitan terdengar nyaring dari titik longsor utama.
Letkol M. Yusron, Dandim Kabupaten Cirebon yang turut memantau langsung di lapangan, mengonfirmasi bahwa longsor susulan terjadi hingga tiga kali dalam kurun waktu singkat.
“Kami sudah menghentikan sementara kegiatan pencarian sejak sore hari, jadi saat longsor susulan terjadi, alat berat sudah ditarik ke bawah dan personel telah keluar dari area berbahaya. Tidak ada korban dalam kejadian susulan ini,” ungkapnya.