Blak-Blakan Dedi Mulyadi soal Program Pendidikan Karakter di Markas TNI

Posted on

Program pendidikan karakter dengan mengirim siswa terindikasi melanggar norma atau dianggap nakal ke barak TNI telah dimulai sejak beberapa hari lalu. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengklaim siswa yang mengikuti pendidikan karakter mulai mengalami banyak perubahan.

Diketahui, sebanyak 279 siswa SMA/SMK telah menjalani pendidikan karakter di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kemudian di Purwakarta, 39 siswa SMP menjalani pendidikan karakter di Resimen 1 Sthira Yudha.

Setelah beberapa hari berjalan, Dedi mengatakan, siswa yang dibawa ke barak TNI untuk mengikuti pendidikan karakter sebagian besar adalah mereka yang telah kecanduan bermain game online. Saat ini dia menyebut, telah banyak perubahan sikap dari siswa yang mengikuti pendidikan karakter.

“Anak-anaknya sudah mengalami banyak perubahan ya. Minimal yang suka merokok, berhenti merokoknya, yang suka minum tiap malam, berhenti minum tiap malamnya,” kata Dedi, Rabu (7/5/2025).

“Yang kecanduan game online rata-rata itu saya bilang di Jawa Barat ini kayaknya 10 persen anak-anak Jawa Barat itu sudah kecanduan game online. Mereka tidur rata-rata jam 4 (pagi). Karena tidur jam 4 bangunnya jam 10, akhirnya tidak pada sekolah, ini problem,” sambungnya.

Selain game online, menurut Dedi banyak remaja yang menyalahgunakan media sosial. Dia mencontohkan, media sosial digunakan sebagai pintu masuk aksi tawuran di mana pelajar saling membuat janji melalui media sosial.

“Saya bertemu dengan orang yang korban tawuran, dibacok oleh temannya karena janjian lewat Instagram untuk berkelahi satu lawan satu, direkam. Ini juga sama kan problem mereka. Saya tanya, apa sih problemnya, tidurnya malam. Mereka berkelahi jam 12 malam,” ungkapnya.

Menurutnya, permasalahan anak remaja sekarang membuat para orang tua kewalahan untuk menghadapi sikap dari anak-anak mereka. Bahkan Dedi menyebut, banyak anak yang sikapnya lebih galak dibanding orang tuanya.

“Sehingga kalau misalnya anak yang berperilaku khusus dikembalikan pada orang tuanya, orang tuanya sudah enggak sanggup. Jangankan melarang mereka minum, melarang mereka keluar rumah saja sudah enggak bisa,” kata Dedi.

Karena itu, Dedi menginginkan siswa yang diindikasi melanggar norma untuk mengikuti pendidikan karakter. Dia juga menjelaskan alasan mengirim mereka ke markas TNI, salah satunya Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi.

“Rindam itu kan sebenarnya bukan barak militer, tapi pusat pelatihan yang biasa diikuti oleh tentara, oleh ASN, oleh calon karyawan perusahaan, itu sudah biasa,” ujarnya.

Tidak sampai di situ, Dedi mengaku telah memikirkan setelah siswa dilatih di markas TNI agar tidak kembali ke sekolah formal. Menurutnya, siswa harus mendapat pendampingan khusus agar perilaku negatif sebelumnya tidak lagi dilakukan.

“Setelah itu saya lagi memikirkan nanti ada pascanya. Jadi mereka tidak kembali ke sekolah, (tapi) kembali ke sekolah khusus yang ada di setiap kabupaten, kelas khusus, gurunya khusus dan dibimbing oleh anggota TNI,” terangnya.

“Sehingga kedisiplinannya tidak berubah. Kalau mereka balik lagi ke kampungnya, ke lingkungannya, ikut lagi sama temannya (yang nakal),” imbuhnya.

Lebih lanjut, menurut Dedi saat ini makin banyak orang tua yang ingin menitipkan anaknya untuk mengikuti pendidikan karakter. Namun Dedi mengatakan, untuk tahap pertama, Pemprov Jabar hanya akan menampung maksimal 500 siswa.

“Orang tua hari ini pengen semuanya nitipin anaknya, enggak akan ke tampung. Kita untuk tahap pertama hanya 350 dan kita ingin nambah fasilitas jadi 500. Permintaannya sudah ribuan, orang tuanya ingin nitipin anaknya ke gubernur, ke para bupati, wali kota untuk dibantu peningkatan disiplinnya,” katanya.

Untuk Dewasa

Selain remaja dan siswa sekolah, pendidikan karakter ke depan bakal diberlakukan untuk orang dewasa. Dedi mengatakan, banyak permasalahan yang melibatkan orang dewasa namun sulit mendapat hukuman.

“Yang dewasa ini kan yang mabuk enggak bisa dihukum, ya kan. Yang bikin onar-onar enggak bisa dihukum. Kemudian kalau tindak pidananya ringan, kalau dihukum masuk lapas, divonis 6 bulan, asalnya nyuri ayam, nanti jadi nyuri sapi. Malah jadi pintar,” ungkapnya.

Dedi menyebut, Pemprov Jabar akan bekerjasama dengan kepolisian, jika ada orang dewasa yang terkena masalah namun hukumannya ringan, untuk dibawa ke pusat pelatihan dan mengikuti pendidikan karakter dan disiapkan pekerjaan setelahnya.

“Nanti terjaring orang dewasa akan dimasukin ke pusat pelatihan TNI, kemudian nanti akan kita siapkan pekerjaan, jadi tukang sapu, kuli bangunan, kemudian jadi petani, dan kemudian gajinya akan saya kirimkan ke keluarganya yang ditinggalkan,” jelas Dedi.

Pakai APBD

Anggaran untuk program pendidikan karakter diketahui mencapai Rp6 miliar untuk memberi latihan khusus bagi 2.000 peserta didik. Menurut Dedi, semakin banyaknya jumlah anak yang dibawa, biaya untuk program itu kemudian dialokasikan di Dinas Pendidikan.

“Kalau yang sekarang kan yang teknis-teknis saya tanganin waktu awal, tapi karena jumlahnya semakin besar maka alokasi anggarannya ada di Dinas Pendidikan. Dinas Pendidikan itu nanti uangnya itu diserahkan ke penyelenggara, kita tidak mengelola,” ucap Dedi.

Dia menjelaskan, anggaran tersebut akan digunakan untuk biaya operasional seperti kebutuhan seragam, makan siswa termasuk membayar honor dari para pelatihnya.

“Komponennya kan ada seragam, ada makan, ada minum. Kan seperti itu komponennya, terus kemudian honorarium pelatihan. Tapi tapi kalau lonjakan nanti diukur per siswa nya berapa sih nilainya per hari kali sekian hari,” tutup Dedi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *