Kawasan Lembang di Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang terkenal akan pesona wisatanya, justru kini lekat dengan predikat daerah rawan bencana alam. Bayang-bayang banjir, longsor, hingga gempa mengancam.
Namun yang paling sering menerjang yakni banjir. Tiap hujan deras mengguyur, jalur arteri di Lembang seketika berubah menjadi ‘sungai’. Ketinggian genangan lebih dari 50 sentimeter, membuat kendaraan tak berani menerobos.
Daerah langganan banjir di Lembang meliputi Jalan Raya Tangkuban Parahu, Jalan Panorama, Jalan Maribaya, hingga Jalan Kolonel Masturi. Kondisi itu membuat warga jemu, menuntut wujud nyata pemerintah demi mengentaskan masalah.
Di mata Dedang Kurnia, relawan kebencanaan sekaligus warga asli Lembang, penyebab daerah tempatnya lahir dan besar itu langganan kebanjiran karena perubahan di saluran drainase.
“Selain karena intensitasi hujan yang deras, drainase ke hilirnya itu kecil enggak bisa menampung debit air yang deras dari hulu,” kata Dedang saat dikonfirmasi, Sabtu (25/10/2025).
Kemudian ada drainase yang dulu berperan memecah aliran air dari hulu agar tak ditampung di saru saluran saja, kini sudah tidak difungsikan lagi. Sontak drainase yang kini difungsikan kelebihan beban.
“Drainase yang ke arah Situ PPI sekarang tidak ada, karena dulu setahu saya pembuangannya di bagi 2 dari hulu itu. Satu ke arah Kayuambon, yang satunya lagi ke arah (Situ) PPI,” kata Dedang.
Permasalahan lainnya yakni larian air dari daerah hulu Lembang, seperti Cikole sudah berkurang drastis karena alih fungsi lahan. Di daerah yang semestinya tetap berbentuk resapan air itu, kini banyak berdiri bangunan semi permanen hingga permanen.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Ya harus diakui, di Lembang ini resapan airnya sudah berkurang. Di hulu itu banyak alih fungsi lahan, harusnya hutan berubah jadi tempat wisata, kafe, rumah. Otomatis ke hilir airnya tidak terserap dulu ke tanah, tapi langsung masuk drainase,” kata Dedang.
Lantas apa solusi yang bisa dilakukan demi mengentaskan permasalahan banjir di Lembang? Menurutnya, diawali dengan meningkatkan keandalan drainase dan mengaktifkan jalur drainase yang dinonaktifkan.
“Yang utama dulu biar banjirnya berkurang, jalur drainase ke hilirnya harus diperbesar jadi air enggak meluap. Kemudian jalur yang dulu ke Situ PPI harus diaktifkan lagi. Jadinya air bisa dipecah,” kata Dedang.
Senada dengan Dedang, perwakilan Aliansi Cinta Lembang, Awin juga menyebut penanganan banjir di Lembang menjadi tanggungjawab semua pihak, termasuk masyarakatnya.
“Banjir di Lembang ini mesti ditangani menyeluruh. Kami berharap ada pihak independen seperti akademisi, yang turun mengkaji masalah ini. Jalur-jalur drainase perlu dinormalisasi, terutama di sekitar Pasar Panorama yang paling terdampak,” ujar Awin.
Kepala Pelaksana BPBD KBB, Asep Sehabudin juga mengungkap jika penyebab banjir di Lembang karena daya dukung dan daya tampung saluran drainase tidak memadai.
“Sehingga air dari drainase itu meluber ke jalan dan terjadi banjir di beberapa titik. Memang kondisi itu juga karena curah hujan tinggi,” kata Asep.







