Gapura dan benteng di kawasan Gedung Sate, kantor Gubernur Jawa Barat direnovasi dengan anggaran Rp 3,9 milair. Pagar bangunan ikonik itu kini tampil berbeda setelah mendapat sentuhan arsitektur bergaya candi bentar. Namun, perubahan visual tersebut memunculkan beragam respons dari warga.
Kurniawan, warga Kabupaten Bandung yang tengah melintas di area itu, mengaku heran sekaligus menyayangkan perubahan pada elemen yang ia anggap sudah menjadi ciri khas Gedung Sate.
“Sayang, kalau sudah gitu ya sudah gitu saja. Itu sudah jadi ikon, sayang kalau diubah,” ujarnya, Jumat (21/11/2025).
Menurutnya, perubahan benteng justru menimbulkan pertanyaan soal konsistensi estetika kawasan pemerintahan. Ia khawatir perombakan semacam ini akan terus terjadi setiap kali pejabat berganti.
“Karena kalau gitu (bentuk lama), nanti ganti gubernur ganti lagi. Ini kan gayanya KDM dari Purwakarta, kan bawanya, kalau gubernurnya ganti lagi, nanti ganti lagi,” kata pria berusia 42 tahun itu.
Kurniawan juga mempertanyakan kebutuhan mendesak dari proyek tersebut. Ia menilai ada banyak hal lain di Jawa Barat yang lebih membutuhkan perhatian dan pembiayaan pemerintah.
“Enggak ada urgen, aneh urgennya. Banyak yang lebih penting di Jawa Barat, itu juga pakai anggaran. Kalau sebelumnya belum dipagar lalu dipagar itu jelas, kan ini sudah dipagar,” tambahnya.
Keluhan serupa datang dari Mulyana, warga Sindangkerta, Bandung Barat. Menurutnya, kualitas infrastruktur dasar di wilayahnya masih jauh dari memadai.
“Gedung Sate itu bangunannya sudah bagus. Kalau diubah gitu sayang anggarannya,” ujarnya.
Sebagai pengemudi ojek online yang sering melintasi berbagai ruas jalan, Mulyana menyebut kerusakan jalan dan padamnya penerangan jalan umum (PJU) masih menjadi persoalan nyata di daerahnya.
“Sepanjang jalan dari Cimahi sampai Sindangkerta banyak PJU padam. Lalu di Sindangkerta sendiri masih ditemui banyak jalan rusak,” tuturnya.
Ia mempertanyakan prioritas pemerintah yang memilih merombak benteng gedung pemerintahan dibanding memperbaiki kebutuhan dasar masyarakat.
“Kenapa enggak ke sana dulu (jalan rusak dan PJU), kenapa harus benteng dulu?” ucap Mulyana.
