Bencana Alam Renggut Empat Nyawa di Jawa Barat Sepanjang Oktober 2025

Posted on

Selama bulan Oktober 2025, langit Jawa Barat tampak tak bersahabat. Hujan deras disertai angin kencang, banjir di sejumlah kawasan dataran rendah, hingga tanah longsor di perbukitan membuat masyarakat kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa provinsi ini merupakan salah satu wilayah paling rawan bencana di Indonesia.

Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat, sepanjang 1-28 Oktober 2025 telah terjadi 95 kejadian bencana di berbagai kabupaten dan kota. Cuaca ekstrem menjadi penyumbang tertinggi dengan 58 kejadian, disusul tanah longsor 20 kali, banjir 14 kali, kebakaran hutan dan lahan 2 kali, serta 1 kasus kekeringan yang melanda kawasan utara Jawa Barat.

Dampak dari serangkaian bencana ini cukup besar. Sebanyak 19.962 jiwa terdampak, 4 orang meninggal dunia, dan 3.655 rumah terendam banjir. Sementara itu, 171 bangunan rusak berat, 405 rusak sedang, dan 1.908 rusak ringan.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Jawa Barat Teten Ali Mulku Engkun menyebut, angka tersebut menunjukkan peningkatan frekuensi kejadian bencana seiring perubahan pola cuaca ekstrem di wilayah Jawa Barat.

“Sekak 1 Oktober itu kita sudah ada 95 kejadian bencana. Ini masyarakat terdampak sekitar 19.962 jiwa. Kemudian ada yang meninggal empat orang,” ujar Teten saat dihubungi, Rabu (29/10/2025).

Teten menjelaskan, korban jiwa tersebar di beberapa daerah dengan jenis bencana berbeda seperti di Kabupaten Bandung Barat, Indramayu dan Subang.

“Di Kabupaten Bandung Barat di Kecamatan Rongga, itu satu korban. Kemudian di Indramayu ada satu, Pak Tarmin, warga lanjut usia. Lalu di Ciater, Subang, dua orang tertimpa pohon, Pak Waway dan Raka yang di Jalan Cagak terkena puting beliung. Itu empat orang sementara,” jelasnya.

Dari sisi wilayah, Kabupaten Bogor menjadi daerah dengan jumlah bencana terbanyak, yakni 19 kejadian. Diikuti Kabupaten Karawang (11 kejadian), Kabupaten Bandung Barat (10), Kabupaten Sukabumi (9), dan Kota Bogor (8).

“Paling tinggi di Kabupaten Bogor 19 kejadian. Kemudian Kabupaten Karawang ada 11 kejadian, Kabupaten Bandung Barat ada 10 kejadian, dan Kabupaten Sukabumi ada 9 kejadian. Termasuk yang kemarin, tapi Kabupaten Sukabumi mah biasa ya, intinya kejadiannya sedikit tapi besar,” kata Teten.

Menurutnya, tingginya angka kejadian di lima daerah tersebut tak lepas dari kondisi geografis yang beragam, mulai dari dataran tinggi yang rawan longsor hingga dataran rendah yang mudah tergenang. Cuaca ekstrem, terutama angin kencang dan hujan dengan intensitas tinggi, menjadi faktor dominan sepanjang Oktober ini.

Sebagai langkah antisipasi, BPBD Jawa Barat telah menetapkan status siaga bencana dan memperkuat kesiapsiagaan di tingkat kabupaten/kota. Kajian Risiko Bencana (KRB) dan rencana kontijensi pun telah disiapkan untuk menghadapi potensi bencana yang bisa meningkat hingga akhir tahun.

“Kita sebetulnya sudah membuat semacam kajian risiko bencana atau KRB yang merupakan turunan dari rencana kontijensi yang kita lakukan. Kita juga sudah melakukan pembinaan dan sosialisasi dengan teman-teman kabupaten/kota sampai perangkat kewilayahan,” terang Teten.

Tak hanya itu, BPBD juga rutin menggelar pelatihan dan simulasi penanganan bencana bersama pemerintah daerah dan aparat kewilayahan. Upaya ini, kata Teten, menjadi bagian penting untuk memperkuat kesiapan masyarakat menghadapi musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung hingga awal tahun depan.

“Hari ini pun kami dengan perangkat kewilayahan Kota Bandung sama, mengantisipasi kejadian-kejadian bencana. Kita sudah melakukan pelatihan-pelatihan juga,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *