Dalam lanskap fashion lokal yang makin dinamis, BBTU (Bandung Belong To Us) hadir sebagai salah satu merek yang tak hanya menawarkan gaya, tapi juga cerita.
Di balik setiap potong pakaian yang mereka hasilkan, tersembunyi filosofi yang merayakan Bandung bukan sekadar kota, melainkan semangat dan karakter.
Saat berbincang dengan Fahmi Nurodin dan Kuch Eza, dua founder BBTU, mereka menjelaskan bahwa desain BBTU banyak terinspirasi dari karakteristik khas orang Bandung.
“Kebanyakannya menggambarkan karakter orang Bandung ini ya. Orang Bandung teh keren, barager (baik), someah (ramah). Tapi mentalnya barudak (orang) Bandung mah, jangan ditanya, Bandung Mentality,” kata Eza saat berbincang dengan infoJabar.
Filosofi itu kemudian diwujudkan dalam salah satu artikel andalan mereka bertajuk Bandung Mentality. Artikel ini menjadi representasi semangat juang dan kebanggaan warga Bandung, terutama dalam konteks kecintaan terhadap klub sepak bola lokal, Persib Bandung.
“Menunjukkan mentalnya bahwa memang layak untuk jadi juara juga karena mereka (Persib) menunjukkan mentalnya orang Bandung, ya mental Bandung mah kayak petarung gitu,” tuturnya.
Namun, sisi humanis juga tak luput dari perhatian. BBTU juga merilis artikel Made of Love, sebagai pengingat bahwa warga kota ini tumbuh dengan penuh cinta, cinta pada kota, pada budaya, dan pada sesama.
“Tapi di sisi lain kita ada humanis, arurang teh dilahirkan dengan cinta gitu, kota ieu teh dan orang-orang ieu teh tumbuh dengan cinta gitu. Jadi kita punya juga artikel namanya Made of Love,” ucap Eza.
Sementara menurut Fahmi, setiap produk BBTU bukan dibuat secara instan. Proses pembuatan artikel BBTU dilakukan secara mendetail baik dari sisi desain, filosofi hingga proses produksi.
“Kita tiap bikin produk selalu benar-benar detail ngelihat apa yang harus kita buat mulai dari semua hal kita pikirin. Jadi enggak ngasal bikin produk gitu. Kita develop lumayan cukup lama juga bisa jadi sebulan lebih dari desain, nge-develop produksi,” katanya.
Fokus mereka bukan hanya soal estetika, tapi juga kualitas dan konsistensi. Quality control menjadi kunci agar setiap item yang keluar dari BBTU punya standar yang mereka banggakan.
“Jadi, itu yang kita titik beratin gitu, si kualitas sama quality control produk benar-benar kita perhatiin,” lanjut nya..
Meski berakar dari Bandung, BBTU tak menutup mata dari tren global. Eza menjelaskan bahwa inspirasi dari luar negeri tetap masuk dalam proses kreatif mereka. Namun, semuanya dikombinasikan dengan kultur lokal.
“Kita combine kultur yang ada di Bandung sama mungkin kultur yang di luar. Kalau orang Bandung bilang mah dipantes-pantesin, dicocok-cocokin, mau ke stadion atau mau jalan-jalan ke mana-mana kelihatannya ya keren aja necis,” kata Eza.
Gaya BBTU pun jadi representasi khas warga Bandung yang modis tapi tetap membumi. Perpaduan antara musik, sepak bola, dan budaya dikemas dalam fashion yang bisa diterima banyak kalangan.
Dengan tagline Bandung Football Music Culture, BBTU menjangkau banyak segmen bukan hanya pencinta bola, tapi juga mereka yang tumbuh dalam atmosfer seni dan budaya Bandung.
Bahkan, menurut Fahmi, produk BBTU kini banyak dijadikan cendera mata oleh wisatawan yang datang ke Bandung. “Malah produk BBTU jadi cendera mata orang kalau ke Bandung juga, adi oleh-oleh,” ujarnya.