Pengarsipan digital menjadi hal yang penting untuk dilakukan di era saat ini. Sebab, hal itu akan bermanfaat di masa depan.
Hal ini terungkap dalam kegiatan Cerita Fest: Bandung Kota Cerita di Micro Library Alun-alun Bandung, Sabtu (28/6/2025).
Dalam kegiatan ini, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengungkap soal sisi menarik Kota Bandung. Ia menyebut Bandung punya kekayaan cerita yang luar biasa. Cerita itu menjadi identitas, sumber inspirasi, hingga penggerak ekonomi kreatif.
“Bandung ini penuh dengan cerita keajaiban. Bahkan hal-hal kecil yang dulu dianggap sepele, ketika didokumentasikan dan disampaikan kembali, bisa menjadi warisan budaya yang sangat berarti. Kita harus mulai dari sini,” ujar Farhan dalam keterangan yang diterima infoJabar.
Farhan mengatakan perpustakaan dan kearsipan tidak boleh lagi dianggap tempat yang sunyi dan membosankan. Sebaliknya, keduanya harus menjadi ruang publik yang hidup dan interaktif.
“Perpustakaan harus menjadi tempat bertemu, berdiskusi, dan berbagi cerita. Ini bukan akhir dari era membaca, tapi awal dari era berbagi pengalaman dan memori,” katanya.
Farhan pun menyoroti pentingnya pengumpulan arsip, seperti buku tahunan SMA se-Kota Bandung, sebagai bagian dari identitas kolektif warga. Ia mendorong agar arsip-arsip pribadi dan sejarah komunitas turut dikumpulkan dan diceritakan kembali.
“Siapa sangka orang yang ada di ‘yearbook’ SMA 30 tahun lalu, kini menjadi profesor atau tokoh penting. Cerita-cerita ini punya kekuatan luar biasa,” jelasnya.
Kegiatan Cerita Fest menjadi ajang peluncuran program “Bandung Kota Cerita” yang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terlibat dalam pelestarian arsip dan pengembangan literasi berbasis narasi.
Rangkaian acara meliputi diskusi panel, mini workshop, showcase duta cerita, walking tour sejarah, serta peluncuran program Child Dreams dan Jalan Cerita Soekarno.
Lebih lanjut, Farhan mengingatkan pentingnya pengarsipan digital sebagai landasan perlindungan hak cipta dan penguatan ekonomi kreatif.
Ia mencontohkan pentingnya data resmi dalam konteks klaim royalti karya musik, agar seniman dapat dilindungi secara hukum.
“Cerita itu bisa jadi fakta, lalu jadi data, dan pada akhirnya bisa bernilai ekonomi jika dikelola dengan baik. Maka semua harus terdokumentasi dan didigitalisasi,” tutur Farhan.
Sementara itu Kepala Disarpus Kota Bandung, Dewi ‘Kenny’ Kaniasari, menyebut, program ini merupakan langkah awal untuk memperkuat peran arsip dan perpustakaan sebagai penggerak budaya literasi dan pariwisata edukatif di Kota Bandung.
“Cerita-cerita dari masyarakat akan kami kumpulkan, dikurasi, dan diarsipkan. Kami juga menggandeng komunitas hingga mitra internasional agar cerita Bandung bisa dikenal lebih luas. Bahkan, produk UMKM pun kini dilengkapi barcode yang bisa di-scan untuk mengakses kisah di balik produknya,” ujar Kenny.
Ia juga memastikan komitmen Disarpus untuk mengintegrasikan proses dokumentasi, digitalisasi, dan promosi dalam satu ekosistem budaya yang kolaboratif.
“Kami ingin membuat perpustakaan menjadi tempat yang hidup dan relevan. Semua orang bisa menjadi bagian dari cerita Kota Bandung,” tambahnya.
Cerita Fest: Bandung Bercerita dihadiri oleh perwakilan komunitas literasi, tokoh budaya, perwakilan Kedutaan Besar Singapura, serta mitra internasional dari Temasek Foundation dan Human Library.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Kegiatan ini berlangsung hingga sore hari, tersebar di beberapa titik seperti Pendopo, Kantor Disarpus Kota Bandung di Jalan Seram, serta Micro Library Alun-alun Bandung. Kegiatan pembukaan acara ini dapat anda saksikan melalui kanal YouTube Diskominfo Kota Bandung.