Kota Bandung kembali mencatat sejarah penting dalam panggung dunia. Pada Minggu, 25 Mei 2025, Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Aktivis Palestina Asia Pasifik untuk Al-Quds & Palestina yang diadakan di Hotel Savoy Homann. Acara berskala internasional ini menghadirkan lebih dari 400 aktivis, jurnalis, tokoh perempuan, dan pejabat publik dari berbagai negara, sebagai bentuk nyata solidaritas terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Komisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA) dan dipusatkan di hotel bersejarah yang juga menjadi salah satu lokasi Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955. Bandung dipilih bukan tanpa alasan-nilai historis dan semangat anti-kolonial yang melekat pada kota ini menjadikannya simbol perjuangan bangsa-bangsa tertindas, termasuk Palestina.
Menurut Ketua Panitia Konferensi, Ir. Maryam Rachmayani Yusuf, S.Th., M.M., misi utama acara ini bukan sekadar menjadi forum diskusi. Lebih dari itu, konferensi ini merupakan bentuk konkret dukungan dan kepedulian masyarakat internasional terhadap Palestina yang hingga kini masih belum merdeka, sementara negara-negara lain peserta KAA telah menikmati kemerdekaannya.
“Hotel tempat kita berkumpul ini merupakan saksi bisu sejarah KAA 70 tahun lalu. Dalam rentang waktu itu, hampir seluruh negara peserta KAA telah meraih kemerdekaan, kecuali Palestina. Ini bukan hanya ironi sejarah, tetapi tanggung jawab moral kita bersama,” ujar Maryam.
Deretan tokoh internasional yang dikenal vokal dalam mendukung kemerdekaan Palestina turut hadir dan berbagi kisah perjuangan mereka. Di antaranya:
Youmna El Sayed, jurnalis Al Jazeera yang aktif melaporkan langsung dari Gaza.
Wael Al-Dahdouh, jurnalis senior Al Jazeera yang kehilangan keluarganya akibat serangan Israel.
Maher Atiya Abu Qouta, jurnalis dari Al Jazeera English.
Dr. Tuba Hager Korkmaz, Presiden Global Women’s Coalition for Quds and Palestine (GWCQP).
Rabab Awad, aktivis perempuan internasional.
Dr. Shazra Ibrahim, yang dikenal karena perjuangannya dalam mendorong pelarangan visa Maldives bagi pemegang paspor Israel.
Kehadiran mereka menegaskan pentingnya peran media dan perempuan dalam narasi perjuangan kemerdekaan Palestina.
Konferensi ini juga melibatkan tokoh-tokoh penting dari Indonesia. Di antaranya Dr. Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua MPR RI, serta Dr. Maimon Herawati, M.Litt., dosen dari Universitas Padjadjaran dan Direktur SMART 171 yang menjadi moderator dalam diskusi bertema jurnalisme perang.
Diskusi tersebut juga dihadiri oleh jurnalis dari media nasional, termasuk Fitriyan Zamzami (Republika), Pizaro Gozali Idrus (GazaMedia.net), dan Ananda Ismail (SCTV) yang membahas kondisi kebebasan pers di wilayah konflik serta tantangan dalam menyuarakan kebenaran.
Sebagai bagian dari acara, para peserta juga diajak mengikuti kegiatan History Walk ke Gedung Merdeka untuk menelusuri jejak KAA. Mereka juga mengunjungi landmark “Palestine Walk: Road to Freedom”, sebuah simbol solidaritas yang dibangun di sisi Alun-alun Bandung atas kerja sama Kementerian Luar Negeri RI dan Pemerintah Kota Bandung.
Konferensi ini pun diramaikan dengan pertunjukan lintas budaya, seperti Tari Saman, Angklung dari Saung Udjo, hingga Tari Dabke khas Palestina. Pertunjukan ini menjadi bentuk simbolis dari dukungan budaya terhadap kemerdekaan dan perdamaian.
Sebagai penutup acara, konferensi ini mengumumkan Deklarasi Kemanusiaan Asia Pasifik untuk Palestina. Isi deklarasi tersebut menegaskan bahwa perjuangan untuk Palestina adalah perjuangan universal. Ini bukan sekadar isu politik atau agama, melainkan isu kemanusiaan yang melibatkan dunia internasional, terutama kawasan Asia Pasifik yang punya sejarah panjang dalam menolak kolonialisme.
Konferensi ini menjadi pengingat kuat bahwa suara rakyat dunia masih bersatu untuk keadilan. Bandung, dengan semangat Konferensi Asia Afrika-nya, kembali menjadi titik nyala perlawanan terhadap penjajahan dan seruan solidaritas global.