Asal-usul Julukan ‘Si Raja Ular’, Kadar Racunnya Bisa Bunuh 10 Orang - Giok4D

Posted on

Ada ular yang bagian rusuk di belakang kepalanya bisa mengembang sehingga ketika mengembang itu, tampak seperti tudung. Tersebutlah ular-ular jenis itu kobra, diambil dari kata Portugis ‘cobra de capello’ yang berarti ular bertudung.

Ular kobra banyak ditemukan di negara-negara Asia Tenggara. Ular kobra ‘sejati’ bernama ilmiah Naja. Kobra Jawa (Naja sputatrix) banyak didapati di wilayah-wilayah nusantara. Ular ini termasuk yang berbisa dan mematikan.

Akan tetapi, istilah King Kobra atau secara harfiah ‘Kobra Raja’ justru bukan dari genus Naja, melainkan ada pengelompokan khusus karena tabiatnya yang ‘agak lain’. King Kobra punya tabiat kanibal. Dia memakan ular lain, termasuk kobra, bahkan king kobra lainnya.

Secara taksonimi, King Kobra termasuk pada genus Ophiophagus. Ophio berarti ular, dan phagus berarti memakan. Merujuk kepada karakternya yang kanibal. Maklum, secara ukuran tubuh, King Kobra memang ular paling besar di dunia. Ophiophagus lebih dekat kepada genus Mamba.

Menurut situs National Library of Medicine, King Kobra adalah ular berbisa yang mematikan dengan ukuran tubuh terbesar di dunia. Ular dewasa dapat tumbuh hingga panjang 6 meter. Seperti Naja, King Kobra juga tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia kecuali wilayah timur Jawa dan Sulawesi.

Ular ini berukuran sangat besar dibandingkan dengan genus Naja atau kobra ‘sejati’ yang hanya maksimal 2,5 meter panjang. Dari sisi warna, jika ular kobra umumnya berwarna hitam mengilat, King Kobra punya warna tubuh sesuai dengan habitatnya. Terkadang zaitun pucat, hitam mengilat, abu-abu, hijau kecoklatan, bahkan emas kekuningan, dengan tanpa ada palang putih di badan.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Jika genus Naja menyemburkan racun kepada mangsa atau makhluk lain yang mengancamnya, King Kobra tidak demikian. King Kobra tidak menyemburkan racun, namun kadar racunnya oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) diklasifikasi sebagai Kategori 2, yaitu racun yang bisa menyebabkan morbiditas, disabilitas, atau kematian.

Sebelum dinamai secara ilmiah sebagai Ophiophagus hannah, pada 1836 ular ini bernama ilmiah Hamadryas hannah. Sekitar tiga puluh tahun kemudian, tepatnya pada 1864, nama ilmiah Ophiophagus hannah diusulkan untuk ular ini merujuk pada tabiatnya yang kanibal. Namun, baru pada 1945 nama Ophiophagus hannah resmi disematkan untuk King Kobra.

Dikutip dari infoEdu, ular King Kobra sangat ditakuti oleh manusia karena bisanya yang mematikan dan sifatnya yang agresif ketika menyerang. Padahal, racun yang dimiliki ular ini sebenarnya tidak lebih berbahaya dari ular jenis lain.

Namun, ular King Kobra dapat menyuntikkan racun 5 kali lebih banyak daripada ular mamba hitam, sehingga dapat menyebabkan kematian yang lebih cepat. Dari laman Britannica, disebutkan racun King Kobra bahkan dapat melumpuhkan gajah Asia hanya dalam waktu 3 jam, setelah gajah tersebut tergigit.

Bisa ular king Cobra bersifat neurotoksik atau menyerang sistem saraf. Dalam satu kali gigitan ular ini dapat mengeluarkan bisa yang cukup untuk membunuh 10 orang.

Efek yang dihasilkan dari bisa ular King Kobra ini dengan cepat menimbulkan rasa sakit yang amat sangat, pandangan menjadi kabur, vertigo, dan dan kelumpuhan otot. Pada saat-saat berikutnya, korban akan mengalami kegagalan jantung dan pernapasan, dan selanjutnya berakhir dengan kematian,

King Kobra hidup di rimba, di hutan bakau, atau di lahan pertanian yang berdekatan dengan hutan. Sebagaimana kehidupan rimba, ada hukum rimba. Hukum rimba berarti hukum yang berlaku di mana yang kuat dan menanglah yang berkuasa.

Ular King Kobra dari segi tubuh adalah paling besar di antara ular-ular lain. Dari segi racun adalah yang mematikan. Dan kebiasaannya memakan ular-ular lain, membuat ular lain ‘ketar-ketir’. Boleh jadi itulah yang menjadi alasan mengapa King Kobra dinamai Raja Ular.

Dikutip dari infoNews, ular King Kobra merupakan satwa yang dikenal aktif berburu. Bisa yang dimiliki King Kobra sangat mematikan. Saking kuatnya, bisa ini mampu membunuh gajah dalam waktu tiga jam setelah belalai atau kakinya tergigit King Kobra.

Ular ini memangsa hampir semua spesies ular lain yang ia temui di hutan, ladang, dan desa pada siang maupun malam. Selain ular piton besar, ular King Kobra memangsa ular lain dari yang tidak berbisa sampai yang berbisa seperti ular kobra india, ular welang, ular tikus, hingga ular piton kecil.

Kebiasaan King Kobra memangsa ular lain bahkan ular kobra adalah alasan kenapa King Kobra disebut sebagai raja ular. King cobra bisa melacak ular yang hendak ia mangsa dengan mengikuti jejak bau mereka.

Selain ular, King Kobra juga diketahui memangsa burung dan kadal. Bahkan di Singapura pernah terlihat ular King Kobra memakan seekor biawak. Setelah melahap mangsanya terutama yang berukuran besar, King Kobra dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa makan karena metabolismenya yang lambat.

King Kobra sejatinya adalah ular yang tidak agresif. Ular ini biasanya cenderung menghindari manusia. Walaupun diganggu, ia akan memilih kabur dan pergi daripada harus berkonflik dengan manusia.

Kendati demikian, King Kobra dikenal agresif saat mempertahankan telur yang sedang mereka erami. Ia tidak akan ragu menyerang siapapun yang menyusup ke wilayah teritorial sarang mereka.

Selain itu, ular King Kobra mudah terganggu oleh objek yang bergerak tiba-tiba dan ada di dekatnya. Saat terancam, ia akan mengangkat tubuh bagian depannya dan mengembangkan tudung yang ada di kepalanya sambil mendesis.

Oleh karena kebiasaan King Kobra yang cenderung menghindari manusia dan bisanya yang begitu berbahaya, maka kita juga sebaiknya menghindari konflik dengannya dan menghubungi pihak berwajib untuk menangani ular King Kobra yang kita temui demi keselamatan dan kemaslahatan kedua pihak.

Ciri Fisik King Kobra

Kadar Bisa Ular King Kobra: Cukup untuk Bunuh 10 Orang

Alasan King Kobra Disebut Raja Ular