Asa Kehidupan Nadia dan Nadira, Bayi Kembar Siam dari Tasikmalaya

Posted on

RSHS Bandung sukses melakukan operasi pemisahan dua bayi kembar siam asal Kabupaten Tasikmalaya bernama Nadia dan Nadira. Keduanya kini dinyatakan sehat dan dan bisa melanjutkan asa kehidupan bersama orang tuanya.

Kepala Divisi Bedah Anak sekaligus Ketua Tim Pemisahan Kembar Siam RSHS Bandung dokter Diki Derajat Kusmeyadi mengatakan, Nadia dan Nadira lahir sekitar satu setengah tahun yang lalu. Keduanya pun langsung dirujuk ke RSHS Bandung saat usianya masih dua hari.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Nadia dan Nadira pun berhasil menjalani operasi pemisahan dengan selamat usai ditangani 40 tim dokter pada Mei 2025. Keduanya bahkan dihadirkan dan digendong langsung oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi usai menghadiri acara di RSHS Bandung.

Dokter Diki kemudian membeberkan sejumlah tantangan dalam upaya proses pemisahan Nadia dan Nadira. Salah satunya, Nadia dan Nadira merupakan bayi kembar siam yang tubuhnya menyatu di bagian pantat.

“Kembar siam ini menyatu atau dempet di bagian bokong. Jadi, ada keterlibatan tulang belakang bagian bawah, tulang ekor, tulang sakrum, dan juga tulang foksik. Selain itu, ada juga organ yang menyatu,” katanya, Selasa (10/6/2025).

“Bagian luar vaginanya bersatu, dua vagina tapi menyatu. Namun, masing-masing bayi memiliki struktur organ dalam perempuan yang lengkap, seperti rahim dan indung telur masing-masing,” ungkapnya menambahkan.

Masalah lainnya, Nadia dan Nadira punya organ tubuh hanya satu anus. Sehingga, tim dokter mesti melakukan tindakan kolostomi atau prosedur bedah yang membuat lubang (stoma) di perut untuk mengeluarkan feses dari usus besar (kolon) ke kantong eksternal.

“Mereka hanya memiliki satu anus. Dua usus besar mereka menyatu sekitar 2-3 sentimeter di atas anus. Karena itu, kami harus memisahkannya. Satu bayi kemudian dibuatkan anus buatan, dengan cara menarik usus ke bawah setelah dipotong,” paparnya.

“Keduanya juga harus dibuatkan anus sementara, yang disebut kolostomi. Masing-masing bayi dibuatkan satu kolostomi. Ini masih menjadi pekerjaan rumah ke depan, karena harus dilakukan penyempurnaan pada anus yang baru. Yang satu lagi, nantinya akan disambungkan kembali setelah semua penyembuhan di bagian bawah selesai dengan baik,” katanya.

Menurut dokter Diki, operasi pemisahan kembar siam harus dilakukan dengan penuh ketelitian. Sebab menurutnya, tim RSHS Bandung harus harus mengetahui organ dalam milik Nadia dan Nadira supaya nantinya tidak salah saat operasi dilakukan.

“Tantangan utama dalam setiap kasus kembar siam adalah mengetahui organ-organ dalam mana yang menyatu, dan bagaimana organ-organ tersebut digunakan oleh kedua bayi. Kita harus benar-benar hati-hati saat memisahkannya, jangan sampai misalnya sesuatu yang seharusnya milik si A malah diberikan ke si B,” ucapnya.

“Untuk itu, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang sangat mendetail. Dalam kasus ini, kami juga melibatkan dokter ahli saraf. Tim neurologi menggunakan berbagai alat untuk mengidentifikasi sistem persarafan selama operasi. Jadi, selama tindakan, tubuh bayi dipasangi sensor-sensor untuk memastikan bahwa pemisahan dilakukan secara proporsional dan aman.”

Dokter Diki pun membeberkan, dari 33 kasus kembar siam, tim dokter RSHS Bandung sukses melakukan tindakan operasi pemisahan kepada 13 bayi. Tapi, tidak semua bayi kembar siap yang sudah dipisahkan bisa selamat karena beberapa di antaranya ada yang meninggal dunia.

“Biasanya, yang tidak bisa dipisahkan itu karena adanya kelainan bawaan yang menyertai, misalnya kelainan jantung. Itu sangat menyulitkan dan bisa berisiko besar jika dipaksakan operasi. Ada juga yang tidak bisa dipisahkan karena hanya memiliki satu otak atau satu jantung. Kalau begitu, tentu tidak akan bisa bertahan hidup setelah dipisahkan,” ucapnya.

“Yang tidak bisa bertahan hidup, pada akhirnya memang akan meninggal dunia. Yang bisa dipisahkan pun tidak semuanya bisa bertahan hidup. Ada yang bertahan, ada juga yang tidak. Di Bandung, Jawa Barat, kami menangani dua pasien seperti ini. Mereka tidak dipisahkan, tapi masih hidup dan aktif,” tandasnya.

Ucapan selamat pun disampaikan Menkes Budi Gunadi Sadikin kepada tim dokter RSHS Bandung yang berhasil melakukan operasi pemisahan kepada Nadia dan Nadira. Sebab menurutnya, tidak banyak rumah sakit di Indonesia yang bisa menangani tindakan krusial tersebut.

“Ini adalah prosedur kesehatan yang paling sulit yang dilakukan di bayi pada saat lahir. Enggak banyak rumah sakit yang bisa di Indonesia, hanya Jakarta, Surabaya, dan Bandung yang rutin lakukan. Dan Bandung itu yang selamatnya tinggi,” katanya.

Kebahagiaan juga disampaikan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. Bahkan saat menggendong bayi kembar siam itu, Dedi Mulyadi ikut merasa senang karena tangisan kencang keduanya yang menandakan mereka dalam kondisi yang sehat.

“Sudah dilihat hasilnya sangat baik. Mereka sehat, kekar, dan nangisnya keras. Itu tanda anaknya pintar. Ini kebahagiaan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat. Sehingga kalau ada warga Jawa Barat memiliki problem serupa, kita sudah diumumin hari ini. Nomor HP yang bisa dihubungi oleh seluruh warga ketika ada hal yang darurat kesehatan open untuk seluruh warga,” pungkasnya.