Antrean Warga Demi Rasakan Kenyal dan Nikmatnya Cilok Bandung

Posted on

Aci dicolok alias cilok, merupakan kuliner yang mudah ditemui di Kota Bandung. Terbaru ada cilok viral yang kerap mangkal di Jalan Stadion, GBLA, Gedebage, Kota Bandung.

Review warganet, cilok ini enak, bumbunya beda dengan cilok pada umumnya, apalagi dibuatnya handmade, membuat rasa cilok ini tetap fresh.

infoJabar berkesempatan mengunjungi penjual cilok viral ini. Nama ciloknya, yakni Cilok Maracikebi yang dijual dengan menggunakan mobil berwarna merah.

Sama seperti video yang beredar di media sosial TikTok, para pembeli yang ingin mendapatkan cilok ini harus sabar mengantre.

Seorang pria dan wanita nampak sibuk melayani pembeli. Pria itu bertugas untuk memasukkan cilok plastik dan wanitanya bertugas memberikan bumbu kacang ke cilok yang dipesan oleh pembeli. Dengan cekatan, kedua pedagang itu memenuhi pesanan pembeli yang telah sabar mengantre.

infoJabar berkesempatan berbincang dengan Owner Cilok Maracikebi Maman Doni dan mencicipi langsung cilok yang dijualnya. Cilok itu dijual Rp5 ribu per bungkus, ada juga kemasan harga Rp10 ribu.

Saat dicicipi, ukuran cilok yang dijual Doni tidak begitu besar dan tidak begitu kecil, pas saat digigit. Selain itu, ciloknya tidak alot dan isian dari cilok ini menambah sensasi berbeda saat kita mencicipinya. Bumbu kacang rempahnya sangat terasa dan jika suka pedas, jangan lupa diberi chilli oil.

“Pembedanya dari segi bumbu, lebih premium dan juga menggunakan chilli oil,” kata Doni kepada infoJabar, Minggu (15/6/2025).

“Varian juga, kita ada suwir ayam, polos, campur, jando dan sosis,” ujar Doni yang merupakan warga Cikoneng, Bojongsoang ini.

Doni menyebut, setiap hari Minggu dia berjualan di Jalan Stadion GBLA dan di hari biasa berjualan di Jalan Sapan, Tegalluar. Menurutnya, di Hari Minggu penjualan bisa lebih banyak dari hari biasa.

“Produksi sehari 10 kilogram, tapi kalau jumlah sekitar 2-3 ribu biji, habis per hari,” ucap Doni yang sudah jualan cilok sejak 2024 lalu.

Setiap harinya Doni berjualan dengan sang istri Kumala. Selain itu, proses produksi cilok pun dibantu oleh sang istri. “Berdua sama istri, produksi juga kita berdua, tapi kalau lagi ramai kita ajak warga buat bekerja sampingan, andalkan yang ada saja,” katanya.

Menurut Doni, selain berjualan cilok, usaha tetapnya saat ini di bidang fesyen.

“Usaha di bidang fesyen, kerudung. Kerudung masih jalan, cuman lebih ke online, sehari-harinya kita jualan ini,” katanya.

Disinggung inovasi apa lagi untuk usaha ciloknya, Doni sebut, jika dia akan memodifikasi topping dari cilok itu, berdasarkan permintaan pembeli.

“Ini juga masih ada yang belum tercover permintaan pembeli, katanya mau cilok kriwil dan cilok telor, itu masukan dari konsumen, kalau konsumen yang meminta insyaallah kita adain,” tuturnya.

Doni mengakui, fasilitas transaksi digital seperti QRIS harus disediakan, jika tidak masyarakat pengguna transaksi digital enggan membeli cilok yang dijualnya.

Tak hanya cilok, transaksi digital kini sudah menjadi kebiasaan baru dalam jual-beli, seenak dan menggodanya makanan yang dijual, jika pedagang tak menyediakan fasilitas transaksi digital, pembeli pun akan meninggalkannya.

“Sudah bisa pakai QRIS, keuntungan buat pedagang bikin simpel, mempercepat saja. Sudah ada sejak pertama jualan,” tuturnya.

Terkait persentase pengguna transaksi digital beragam. Doni mengakui, saat ini tidak semua pembelinya menyediakan uang tunai. “Ada saja, karena ada permintaan dari pembeli yang ingin bayar non tunai, enggak semua konsumen gak bawa cash, kadang uangnya di e-wallet atau rekening,” tutur Doni.

Sementara itu, Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, transaksi digital memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM dan masyarakat. “Lebih banyak memberikan pilihan pembayaran, lebih simple karena tidak perlu membayar dengan uang cash, pembayaran menggunakan kartu atau scan barcode QRIS,” kata Sadmiadi kepada infoJabar.

Salah satu pembeli, Mirna (32) mengatakan, dia rela mengantre dan menunggu 20 menit demi mendapatkan cilok tersebut. “Tidak masalah harus ngantri, ciloknya enak sih,” kata Mirna.
Mirna menyebut, sebelum beli cilok, dia beli makanan lainnya di pedagang yang berjualan di pasar Minggu Stadion GBLA.

“Sebelum kesini tadi jajan dulu makanan lainnya, terakhir ke sini, nanti makannya di Kolam Retensi Rancabolang, di sana kan banyak tempat duduk gitu. Tempatnya nyaman, teduh,” ujarnya.

Mirna mengaku, saat membeli makanan dia sudah enggak menggunakan uang tunai lagi, selain lebih simpel, hal itu dilakukan untuk menjaga keamanan.

“Pokonyan yang nggak pakai QRIS saya lewat, banyak kok pedagang yang sudah melek digital, enak kalau pakai QRIS tuh, mudah,” pungkasnya.

Lebih Mudah dengan Transaksi Digital

Rela Nunggu Demi Cilok Favorit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *