Kasus keracunan yang menimpa sejumlah pelajar usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) membuat perhatian publik tertuju pada dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di berbagai daerah. Pengawasan ketat terhadap dapur penyedia makanan kini dianggap penting agar insiden serupa tidak kembali terjadi.
Di Kabupaten Bandung, puluhan dapur SPPG telah dibangun di berbagai titik. Proses memasak hingga distribusi terus diperketat guna memastikan program prioritas Presiden Prabowo Subianto ini berjalan aman.
Salah satu pihak yang aktif membina dapur SPPG adalah Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kabupaten Bandung. Saat ini, Kadin telah membangun 17 dapur dengan standar pengawasan yang ketat. Langkah itu menjadi antisipasi atas kejadian di Kabupaten Bandung Barat (KBB), di mana ratusan siswa harus dirawat usai menyantap makanan MBG.
“Untuk menanggapi beberapa hal tentang masalah keracunan dapur makan bergizi gratis. Kami sih menjadi salah satu catatan evaluasi kami bahwa pada prinsipnya kami juga mudah-mudahan tidak terjadi seperti itu,” ujar Ketua Kadin Kabupaten Bandung Boni Anggara, Kamis (25/9/2025).
Sebagai bagian dari edukasi, Kadin juga melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Salah satunya dengan memasang mading tentang pentingnya mencuci tangan sebelum makan.
“Itu juga kan khawatir dari anak-anak sudah habis main bola, main apa, langsung terkontaminasi ke makanan,” kata Boni.
Selain itu, pihaknya menempelkan stiker pada ompreng MBG berisi imbauan bahwa makanan hanya boleh dikonsumsi maksimal tiga jam setelah dibuka. “Jadi tidak boleh dibawa pulang ke rumah. Jadi itulah yang mungkin antisipasi-antisipasi yang untuk menghindari keracunan ataupun menghindari tentang masalah yang sekarang,” tuturnya.
Pengawasan kebersihan dapur pun diperketat setiap hari, mulai dari saluran air, lantai, hingga peralatan masak. “Ditambah kami juga tiap hari membersihkan dari segi gorong-gorong, dari segi floor area dapur, dan kami mengawasi bagaimana caranya dapur itu dalam keadaan yang clean dan dalam keadaan yang bersih,” ucap Boni.
Boni Anggara menegaskan bahwa tenaga dapur SPPG binaan Kadin bukan sembarangan. “Tapi mereka adalah chef yang profesional yang sudah biasa menangani 3.000 sampai 4.000 porsi per hari. Jadi otomatis secara kerja juga mereka paham,” ujarnya.
Kualitas bahan baku juga melalui proses pembersihan ketat dan diatur oleh ahli gizi. “Jadi ahli gizi ini berperan penting di dapur untuk mengatasi masalah-masalah hal-hal yang lain tentang bahan baku, tentang juga kebersihan dapur, dan juga kami berkolaborasi bekerja sama seluruh dapur itu wajib bersih dan wajib menggunakan APD lengkap,” tutur dia.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Meski begitu, Boni mengakui ada sejumlah keluhan dari siswa terkait menu yang disajikan. “Ya mungkin mereka (siswa) ini kadang tidak terbiasa mendapatkan makanan-makanan baru gitu. Jadi dianggap bagi siswa itu aneh, makanan-makanan baru. Padahal makanan yang kita buat adalah makanan yang biar bervariatif niatnya. Tapi mungkin masyarakat atau ada beberapa sekolah yang menganggap bahwa makanan ini enggak umum untuk mereka dari segi bumbunya mungkin atau dari segi packaging varian menunya,” katanya.
Kadin Kabupaten Bandung kini menargetkan penambahan dapur SPPG agar program MBG bisa menjangkau lebih luas. “Untuk binaan Kadin sendiri sekarang sudah ada 17 dapur. Insyaallah target kita sih minimal mudah-mudahan bisa 30 sampai 50 persen di wilayah setempat gitu. Misalnya Kabupaten Bandung totalnya 361 ya, mudah-mudahan sih 30-50 persennya. Iya kira-kira kurang lebih 100 dapur, mudah-mudahan,” kata Boni Anggara.