Setahun setelah kasus tragis yang mengguncang warga Sukabumi, nama Rahmat alias Herang kembali muncul ke permukaan. Herang dikabarkan meninggal dunia pada Senin pagi (16/6/2025) pukul 09.45 WIB.
Tak ada media yang meliput. Tak ada keluarga yang menangis di sisi tempat tidurnya. Lelaki 26 tahun itu mengembuskan napas terakhir karena penyakit paru-paru basah yang dideritanya sejak lama.
Ia meninggal dalam kondisi lemah, setelah sempat dirawat seadanya di desa usai menjalani operasi di RSUD Jampang Kulon.
“Barusan pukul 09.45 WIB meninggal karena paru-paru basah. Dioperasi di RS Jampang, tapi belum memadai, dipulangkan. Gak ada keluarganya, dibiarin. Sekarang yang ngurus staf-staf desa,” ujar H. Deris, tokoh masyarakat Desa Sekarsari.
Deris menyebutkan, tak satu pun anggota keluarga hadir mendampingi Herang selama sakitnya. Kakaknya dan istrinya memilih menjauh, diliputi ketakutan atas kondisi kejiwaan Herang yang sejak lama didiagnosis sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
“Iya dirawat di desa. Keluarganya, kakaknya, istrinya, pada takut. Perawatan karena paru-parunya. Kalau waktu di Sukabumi itu, keterangannya ODGJ,” kata Deris.
Nama Herang mencuat pada 14 Mei 2024 lalu, ketika ia menghabisi nyawa ibunya sendiri, Inas (45), dengan garpu tanah. Sang ibu ditemukan bersimbah darah di kamar rumah mereka, dengan luka menganga di wajah, leher, dan bahu.
Kata herang di dalam bahasa Sunda, berarti bersih atau jernih. Panggilan itu disematkan orang tua Rahmat kepada anaknya.
Namun proses hukum atas Herang tak pernah berjalan. Ia sempat ditahan, tapi kemudian hasil observasi menyatakan bahwa ia mengalami gangguan jiwa berat. Atas dasar itu, penyidikan dihentikan. Tak ada vonis. Tak ada penjara.
“Dia tidak menjalani hukuman karena kondisi mental, karena ODGJ. Sempat ditahan, terus dipulangkan ke keluarganya. Tapi gak ada yang ngurus juga,” jelas Deris.
Setelah sempat dirawat hampir 10 bulan di fasilitas kesehatan jiwa, Herang dipulangkan karena alasan biaya dan kurangnya dukungan keluarga. Tanpa pengobatan yang memadai, Herang kembali ke desa hingga akhirnya meninggal dunia.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Kini jenazah Herang masih terbaring di rumah desa. Para perangkat desa tengah mengurus pemakamannya. Ia akan dikuburkan tanpa keluarga, tanpa tangisan perpisahan. Hanya tanah dan sunyi yang akan menjadi saksi akhir dari hidupnya yang penuh luka dan kelam.
