Akhir Perjuangan Bocah Rafa di Rumah Sakit Usai Digigit Ular

Posted on

Kisah tragis menyelimuti keluarga di Pekalongan, ketika Rafa Ramadhani Suwondho (12), seorang bocah yang digigit ular weling, mengembuskan napas terakhirnya setelah sebulan berjuang melawan kondisi kritis. Perjalanan pilu Rafa ini menyisakan duka mendalam.

Semua bermula pada dini hari, Senin 16 Juni 2025, sekitar pukul 04.00 WIB. Saat Rafa terlelap, seekor ular weling diduga terjatuh dari plafon rumahnya dan langsung menggigit sang bocah. Ibunda Rafa terbangun dan terkejut melihat kejadian itu.

“Dari keterangan pihak keluarga ke kita, kronologi awal pada Senin (16/6), pukul 04.00 WIB. Yang mana, Adik Rafa sedang tidur. Ibunya kaget, karena ular melewatinya, kemudian ular menggigit anaknya,” tutur Imam Maliki sebagaimana dilansir infoJateng pada Selasa 24 Juni 2025.

Rafa lantas diboyong ke RSUD Kajen, Kabupaten Pekalongan. Di sana, ia menjalani anamnese, pemeriksaan fisik, dan pembersihan luka. Namun, menurut penjelasan Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto, luka gigitan itu begitu samar.

“Ya, baik, benar. Jadi memang pada tanggal 16 Juni, jam 5 pagi itu, kami menerima pasien atas nama R itu diduga ada gigitan ular,” kata Dwi melalui pernyataan resminya kepada infoJateng, Rabu 25 Juni 2025.

Ia menambahkan, setelah pemeriksaan dan observasi dua jam diIGD, dengan hasil lab darah dalam batas normal,Rafa diizinkan pulang. PihakRSUD mengaku telah memberikan edukasi kepada keluarga untuk segera kembali jika terjadi hal tak diinginkan.

“Memang diberikan edukasi. Apabila memang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, langsung dibawa ke IGD. Itu, dokter sudah memberikan penjelasan, sudah melakukan sesuai dengan prosedur, dan juga nakes yang lain juga sudah memberikan perawatan sesuai dengan prosedur yang ada di kami,” tutur Dwi.

Namun, takdir berkata lain. Belum sampai di rumah, Rafa tiba-tiba mengalami kejang-kejang hebat.

Panik, pihak keluarga langsung melarikan korban ke rumah sakit swasta lain untuk penanganan medis lebih lanjut. Kabar kondisi Rafa kemudian viral di media sosial, memicu perhatian publik dan dugaan adanya kesalahan penanganan awal.

Bupati Pekalongan Fadia Arafiq bahkan sempat memberikan teguran keras kepada RSUD Kajen saat apel pagi. “Saya sudah tegur keras (RSUD Kajen), di apel tadi pagi. Langsung tanya pihak rumah sakitnya ya,” kata Fadia Arafiq melalui pesan singkat, Selasa 24 Juni 2025.

Perjuangan Rafa berlanjut di RSUP Dr. Kariadi, Semarang, tempat ia dirawat intensif di ruang PICU. Kondisinya tak kunjung membaik. Sebulan lamanya Rafa tak siuman, terjebak dalam kondisi kritis.

“Hari ini kami belum menerima informasi perkembangan terbaru. Namun terakhir, kemarin, dari dokter penanggung jawab di PICU (pediatric intensive care unit) menyebutkan kondisinya masih buruk, masih belum sadar,” kata Pejabat Humas RSUP Dr. Kariadi Aditya Kandu Warenda pada Rabu 17 Juli 2025.

Dia menjelaskan, tim medis telah berusaha maksimal, namun kesadaran Rafa terus menurun sejak awal kedatangannya pada 9 Juli 2025. “Iya (kondisinya memburuk). Memang ketika dihantarkan ke IGD tanggal 9 Juli 2025 memang sudah perburukan kesehatan,” ujar Aditya.

Tiga hari setelah kabar kondisi terakhirnya, pada Minggu (20/7/2025) dini hari, perjuangan Rafa berakhir.

“Nggih, leres (betul), pasien R sudah dinyatakan meninggal tadi pagi jam 00.32 WIB. Menurut tim medis jaga malam,” ujar Aditya, mengonfirmasi kabar duka tersebut.

Jenazah Rafa telah dimakamkan pada Minggu (20/7/2025) di TPU Desa Bukur. Suwondo, ayah Rafa, mengungkapkan bahwa Rafa, yang seharusnya kini duduk di bangku Kelas 6 SD, tengah bersiap mengadakan acara sunatan.

“Ya, rencana mau sunat, sudah persiapan. Sudah kurang lima hari, undangan sudah disebar,” ucap Suwondo pilu.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *