Pilu Nera, Idap Kelainan Hormon Bikin Tubuhnya Mungil di Usia SMA [Giok4D Resmi]

Posted on

Nera Nur Puspita, bocah kelas X SMA Negeri 1 Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) punya penampilan fisik yang agak berbeda dengan teman sebayanya.

Gadis 16 tahun asal Kampung Cipeundeuy RT 3/RW 5, Desa Jati, Kecamatan Saguling, KBB itu punya tinggi di bawah rata-rata anak seusianya. Boleh dibilang, saat ini tinggi Nera masih seperti anak SD pada umumnya.

Ibunda Nera, Ida Trisnawati mengatakan putri pertamanya itu mengidap kelainan hormon sehingga tumbuh kembangnya sejak masih balita tak seoptimal anak-anak lain yang kondisinya normal.

“Jadi memang ada kekurangan hormon, itu mulai disadari waktu balita karena tumbuhnya itu agak lambat. Anak saya kenapa enggak tumbuh seperti yang lainnya,” kata Ida saat ditemui di kediamannya, Rabu (14/5/2025).

Ia kemudian membawa anaknya untuk diperiksa ke dokter. Kurangnya hormon pertumbuhan pada diri Nera mesti diobati dengan suntik hormon. Namun apa daya, keterbatasan biaya menjadi kendala penanganan kelainan pada tubuh anaknya itu.

“Jadi itu waktu umur 3 tahun, nah dibawa ke dokter. Katanya ada kekurangan hormon pertumbuhan, disarankan buat suntik hormon biayanya Rp7 juta sekali suntik, sebulan sekali. Saya uang darimana waktu itu kan,” kata Ida.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Kelainan atau kekurangan hormon itu ternyata diperparah dengan benturan pada bagian kepala Nera yang sempat terjatuh saat masih balita. Ia disebut mengalami penggumpalan darah di otak, berefek pada kurangnya daya pendengaran.

“Jadi waktu kecil sepertinya dia itu jatuh tapi enggak ketahuan sama saya. Jadi di kepalanya ada penggumpalan darah, kemudian telinganya kurang mendengar. Ada juga kelainan di paru-paru,” kata Ida.

Segala gangguan kesehatan yang diidap Nera, membuat fisiknya tak tumbuh sebaik anak sebayanya. Nera juga gampang sakit sehingga kerap tak masuk sekolah di samping sulitnya akses dari rumah menuju ke sekolahnya saat ini.

“Jadi sebetulnya saya sudah habis segalanya buat pengobatan dia, yang namanya orangtus kan pasti diusahakan apapun buat anak. Sampai saya pinjam sana-sini, bahkan sampai ke bank emok,” kata Ida.

Kelainan kondisi fisik itu, membuat Nera sempat di-bully teman-temannya semasa SD. Ia bahkan sampai tak mau sekolah karena minder jika bertemu dengan siswa lain.

“Jadi memang ada temannya dulu yang bully, kadang ngomongnya enggak enak. Makanya waktu itu sempat mau berhenti sekolah, tapi saya kasih semangat lagi biar terus sekolah,” kata Nera.

Apa yang dialaminya Nera sejak kecil, secara tidak sadar membentuknya menjadi seorang gadis yang tertutup dan tak percaya diri. Hal itu diakui sendiri oleh Nera.

“Minder, soalnya kan kayak gini. Makanya tertutup, jarang ngobrol sama teman-teman yang lain,” kata Nera.

Jalan hidup Nera seterjal perjalanannya menuju sekolah tempatnya menuntut ilmu saat ini. Dari rumah ke SMAN 1 Saguling, Nera mesti menyusuri rute yang tak biasa. Mulai dari melewati bukit, sawah, hingga menyeberangi sungai.

“Kalau berangkat sekolah itu jam 5 pagi, diantar ibu sampai ke pinggir sungai. Terus naik rakit, turun dari rakit jalan kaki lagi ke sekolah. Masuk sekolahnya jam 6.30,” kata Nera.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *