Kisah Kelam Gempa Kertasari dan Kembalinya Masjid Al Hidayah

Posted on

Memori kelam gempa berkekuatan 5.0 magnitudo yang mengguncang Kecamatan Kertasari Kabupaten bandung pada September 2024 silam perlahan dilupakan masyarakat. Sebuah masjid yang rusak akibat gempa pun mulai diperbaiki.

Renovasi masjid Al Hidayah yang Kampung Lebaksari, Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari seolah jadi tanda warga untuk bangkit dari pengalaman horor gempa Kertasari.

Sedikit mengulas ke belakang, masjid ini menjadi korban ‘amukan’ gempa. Saat itu, bangunan masjid luluh lantak. Hampir seluruh bagian bangunan rusak parah.

Atap berjatuhan dan tembok mengalami retakan cukup parah. Struktur tiang penyangga pun tak lagi berdiri dengan tegap.

Rusaknya bangunan masjid ini membuat warga di 3 RW kesulitan untuk beribadah secara berjamaah. Aktivitas di masjid tersebut terpaksa harus dihentikan sementara.

Satu bulan setelah peristiwa gempa, masjid tersebut mulai bisa berbenah melakukan pembangunan dengan bantuan Rumah Amal Salman. Selang beberapa bulan kemudian, masjid yang berada di samping perkebunan teh itu sudah berdiri tegap kembali dan namanya menjadi Masjid Al Hidayah Salman.

Masjid tersebut memiliki konstruksi yang dirancang kokoh dan ramah gempa. Dari segi desain menampakkan estetika yang modern dan dari lantai pun menggunakan kayu jati solid.

Nampak masjid tersebut berada di dataran tinggi Kampung Lebaksari, Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari. Wilayah tersebut terdapat perkebunan sayur yang membuat suasana dan udara sejuk terasa di area tersebut.

Ketua DKM Masjid Al-Hidayah Salman, Agus Hidayat (55) mengatakan, masjid tersebut telah berdiri sejak 1980 silam. Awalnya, masjid itu hanya musala kecil.

“Dulu awalnya hanya mushola kecil, sedikit-sedikit membesar. Alhamdulillah sudah jadi masjid kaya gini,” ujar Agus, kepada awak media, Minggu (11/5/2025).

Masjid tersebut kerap mengalami beberapa kerusakan saat dilanda gempa bumi. Namun kerusakan yang paling parah adalah saat gempa Kertasari, 18 September 2024 lalu.

“Kondisi masjidnya sangat mengkhawatirkan, di dalem gak bisa dipakai lagi. Kalau runtuh banget mah tidak, cuma ada dinding yang rubuh dan tembok bolong-bolong. Jadi rusaknya berat,” katanya.

Satu bulan usai gempa, pembangunan dan perbaikan langsung dilakukan. Proses pembangunan dilakukan selama empat bulan dan saat ini bangunan masjid tersebut telah berdiri.

“Ini semua tiang pakai pasak bumi dengan kedalaman tiga meter. Terus di atapnya pakai ceker ayam lagi. Jadi pasak bumimya hampir 37 titik. Sejauh ini masjid yang tahan gempa gak di sini mah gak ada, cuma masjid ini aja,” jelasnya.

Agus menjelaskan setelah pembangunan masih tersebut bisa digunakan dengan baik. Kemudian warga juga sudah tidak merasa khawatir jika ada gempa saat tengah beribadah.

“Insyaallah lihat bangunan yang sekarang kayanya masyarakat kalau ada getaran-getaran tidak sampai ke luar masjid,” ucapnya.

Sementara itu, Arsitek ITB, Andry Widyowijatnoko, bangunan tersebut didesain secara khusus untuk ketahanan gempa. Sehingga berbagai strukturnya pun disesuaikan dengan kontur di wilayah tersebut.

“Kita membuat yang istilah teknik nya bor pile, fondasi dibor, masuk ke dalam tanah sampai 3-4 meter, supaya mencengkeram ke dalam tanah, kemudian dicor. Kami pun buat sloof, abis itu kami buat rangka dari beton. Rangka beton, ada struktur bagian dalam, dan struktur samping-sampingnya yang menopang,” kata Andry.

Kemudian pada bagian atap pun menggunakan atap rangka baja yang ringan dan tidak menggunakan kubah. Menurutnya, adanya kubah biasanya yang membuat masih tersebut kerap roboh saat terjadi gempa bumi.

“Jadi, ini arsitekturnya mencoba kontekstual terhadap lingkungan, atap yang miring untuk iklim tropis, dibuat ringan, dengan dua struktur yang saling mengikat di antara bagian dalam dan luar. Insyaallah, ini tahan sekali terjadap gempa,” bebernya.

Andry mengungkapkan masjid tersebut diprediksi bisa tahan gempa dengan kekuatan 7 magnitudo. Apalagi bangunan masjid tersebut hanya satu lantai.

“Perencanaannya, insyaallah sampai (kalau pakai acuan skala richter), skala 7. Insyaallah bisa tahan. Lantaran bangunan ini satu lantai, insyaallah barangkali bisa lebih dari itu juga,” tuturnya.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *