Kata BPBD soal Semburan Lumpur Berbau Belerang di Cipanas Cirebon baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melakukan asesmen lapangan terhadap fenomena semburan lumpur yang muncul di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang. Langkah ini dilakukan untuk memetakan dampak, potensi risiko, serta kebutuhan penanganan awal di sekitar lokasi kejadian.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon Hadi Eko mengatakan tim BPBD turun langsung ke lapangan setelah menerima laporan dari warga terkait kemunculan semburan lumpur tersebut.

“BPBD melakukan asesmen untuk memastikan kondisi di lapangan, memetakan potensi bahaya, serta menentukan langkah penanganan awal terhadap semburan lumpur yang dilaporkan warga,” ujarnya, Sabtu (20/12/2025).

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil asesmen sementara, semburan lumpur tersebut terpantau aktif saat musim penghujan. Sementara pada musim kemarau, aktivitas semburan tidak terlihat.

Fenomena tersebut juga disertai bau belerang yang cukup menyengat. Bau tersebut tercium dalam radius sekitar 100 hingga 200 meter dari titik semburan, bahkan dalam kondisi tertentu dilaporkan mencapai jarak hingga 300 meter.

Selain itu, semburan lumpur membentuk kubangan menyerupai kolam dengan ukuran cukup besar.

“Lebarnya sekitar delapan meter dan panjangnya kurang lebih 12 meter,” katanya.

Untuk memastikan keselamatan masyarakat, BPBD Kabupaten Cirebon telah berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat. Koordinasi dilakukan guna memastikan aktivitas warga di sekitar lokasi tetap aman serta tidak mendekati area semburan.

“Selain dengan pemerintah desa, kami juga berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menentukan langkah penanganan lanjutan sesuai kewenangan masing-masing,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Cipanas, Maman Sudirman, membenarkan keberadaan fenomena semburan lumpur tersebut. Ia mengatakan, kawah itu sebenarnya sudah dikenal warga sejak lama.

Menurut Maman, pada era 1960-an kawasan di sekitar lokasi tersebut sempat dimanfaatkan untuk kepentingan industri. Fenomena serupa juga pernah muncul pada 2021 dan sempat menjadi perhatian publik setelah viral.

Ia menegaskan bahwa semburan tersebut bukan gas yang mudah terbakar, meskipun mengeluarkan bau belerang yang cukup menyengat.

“Kalau gas kena api biasanya menyala. Ini tidak, justru mati jika terkena api,” kata Maman.

Warga setempat, lanjut dia, lebih mengenal fenomena tersebut sebagai kawah. Bau belerang biasanya paling kuat tercium pada pagi dan sore hari, terutama saat kondisi cuaca lembap.

Hingga saat ini, BPBD bersama pemerintah desa terus memantau perkembangan di lokasi guna memastikan tidak ada ancaman lanjutan terhadap keselamatan warga.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.