Intensitas hujan tinggi yang mengguyur wilayah selatan Kabupaten Sukabumi sejak pertengahan pekan ini memicu bencana pergerakan tanah skala besar. Ruas jalan provinsi di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, amblas dan terputus total pada Kamis (18/12/2025).
Akibatnya, urat nadi transportasi yang menghubungkan wilayah dataran tinggi Pajampangan menuju pusat pemerintahan di Palabuhanratu kini lumpuh.
Kondisi jalur strategis Kiaradua – Bagbagan tersebut mengalami kerusakan berat setelah struktur tanah di bawah badan jalan kehilangan stabilitasnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, aspal jalan terbelah oleh retakan memanjang yang lebar dan dalam, menunjukkan adanya pergeseran tanah yang masih aktif dan berpotensi terus berkembang.
Kapolsek Simpenan AKP Bayu Sunarti Agustina menjelaskan, personel kepolisian telah bersiaga di lokasi sejak laporan awal muncul pada Rabu (17/12/2025) sore.
Namun, debit air hujan yang ekstrem mempercepat laju kerusakan jalan dalam waktu kurang dari 24 jam.
“Awalnya pada Rabu sore, kedalaman amblas tercatat sekitar 10 sentimeter. Anggota kami, Aipda Endang dan Aipda Ari, langsung melakukan pengamanan. Namun, karena hujan tak kunjung reda hingga Kamis, badan jalan akhirnya terputus sepenuhnya,” ujar Bayu.
Kapolsek Bayu mengimbau pengguna jalan dari arah Surade, Jampang, maupun Jampangkulon untuk mematuhi arahan petugas di lapangan demi keselamatan.
“Kami meminta masyarakat memanfaatkan jalur alternatif melalui Lengkong hingga proses evakuasi truk dan penanganan darurat oleh instansi terkait selesai dilakukan,” tegasnya.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Situasi di lokasi kejadian berlangsung dramatis saat sebuah truk boks berwarna kuning terjebak di tengah patahan aspal yang ambruk. Kendaraan berat tersebut dalam posisi miring dan melintang, menutup hampir seluruh badan jalan dari dua arah.
Sulaeman (45), warga di sekitar lokasi menuturkan bahwa amblasnya jalan terjadi begitu cepat. “Truk itu sebenarnya sudah melambat, tapi tiba-tiba aspal di bawah bannya patah dan ambles. Suaranya terdengar keras sekali. Beruntung sopirnya sigap dan langsung keluar menyelamatkan diri,” tuturnya.
Kekhawatiran warga kian meningkat karena pergerakan tanah di bawah permukaan aspal dirasakan masih berlangsung.
Herman (38), warga lainnya menambahkan bahwa retakan aspal perlahan melebar setiap kali hujan turun kembali.
“Struktur tanahnya sudah tidak stabil. Kami yang di sini saja was-was karena di bawah aspal itu rasanya sudah kosong (berongga). Sangat berbahaya kalau ada yang memaksa mendekat,” kata Herman.
Melihat tingkat kerusakan yang masif, pihak kepolisian bersama otoritas terkait memutuskan untuk menutup total akses jalur Simpenan, baik bagi kendaraan roda empat maupun roda dua.
Material longsoran berupa tanah merah dan bebatuan dari tebing di sisi jalan turut memperburuk kondisi karena membuat permukaan jalan yang tersisa menjadi sangat licin.
Penutupan ini berdampak signifikan pada mobilitas warga. Iwan (50), seorang pengendara yang kerap melintasi jalur tersebut, mengaku kesulitan karena harus memutar jauh.
“Ini jalur tercepat menuju Palabuhanratu. Kalau lewat jalur Lengkong, waktu tempuh bisa bertambah dua jam lebih. Tapi melihat kondisi jalan yang hilang begini, memang tidak mungkin dipaksakan,” keluhnya.







