Penyusutan kawasan hijau di Sukabumi semakin menampakkan dampaknya. Perbandingan sejumlah citra satelit menunjukkan penurunan signifikan tutupan vegetasi, terutama di kawasan kaki Gunung Gede Pangrango hingga wilayah perkotaan.
Tren ini memperburuk risiko bencana banjir hingga longsor yang melanda Selabintana baru-baru ini. Kondisi itu menjadi alarm keras bahwa kondisi ekologis Sukabumi terus memburuk.
Dalam citra satelit yang diperbandingkan, area Sukabumi mulanya didominasi warna hijau pekat, menandakan tutupan vegetasi rapat yang menyebar merata dari kawasan kota hingga pedesaan. Namun kini, vegetasi terlihat terpecah, menipis, dan berganti dengan area coklat yang menunjukkan pembukaan lahan serta perluasan permukiman.
Zona transisi di kaki Gunung Pangrango, yang menjadi penyangga ekologis Sukabumi, menurun kepadatannya seiring maraknya alih fungsi lahan.
Fenomena ini selaras dengan pernyataan Ketua DPC Serikat Petani Indonesia (SPI) Kabupaten Sukabumi, Rozak Daud. Ia menyebut kawasan hutan lindung di Sukabumi kini hanya tersisa sekitar 12,72 persen dan terus tergerus akibat alih fungsi lahan, terutama menjadi kawasan wisata dan perkebunan non-kayu.
“Kawasan hutan lindung yang seharusnya menjadi penahan debit air kini tidak lagi mampu menjalankan fungsi ekologisnya,” ujarnya kepada infoJabar, Rabu (10/12/2025).
Banjir besar Selabintana menjadi bukti paling nyata. Dalam kejadian tersebut, jalan raya Selabintana berubah menjadi sungai deras yang menyeret gerobak pedagang hingga sepeda motor.
Menurut Rozak, kondisi ini tak lepas dari praktik penyewaan lahan yang ia nilai bermasalah dan memicu pembukaan lahan besar-besaran. Ia menduga ada potensi penyimpangan pengelolaan aset negara karena lahan yang masa HGU-nya sudah habis masih terus disewakan dan dialihfungsikan menjadi kafe maupun objek wisata.
“Jika kawasan hulu saja sudah tidak mampu menahan air, maka banjir besar di Kota Sukabumi tinggal menunggu waktu,” ucapnya.
Warga pun merasakan langsung dampaknya. Salah satunya Ratono (58), warga Kampung Cisarua Girang menceritakan bahwa banjir bandang setinggi hampir setengah meter menyeret sepeda motor dan merendam kios-kios.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Banjir kemarin itu cukup besar dan dua kali lipat dari biasanya. Selain saluran airnya kecil, bangunan semakin masif. Di kaki Gunung Gede, lahan perkebunan berubah menjadi sejumlah kafe,” kata Ratono.
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah diminta menghentikan sementara penyewaan lahan eks HGU PTPN, melakukan audit menyeluruh, serta memulihkan fungsi ekologis hutan.
Berdasarkan data citra satelit dan laporan warga, penyusutan kawasan hijau kini bukan lagi sekadar kekhawatiran tetapi ancaman nyata bagi keselamatan Sukabumi. “Ini bukan hanya soal ekonomi dan bisnis semata. Ini menyangkut keselamatan warga Sukabumi secara keseluruhan,” tutup Rozak.







