Mencicipi Segarnya Es Cuwing Suriman di Pasar Jagasatru Cirebon

Posted on

Di depan Pasar Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon terdapat penjual es cuwing khas Cirebon. Es cuwing tersebut tersebut dijual oleh seorang pria paruh baya bernama Suriman (58).

Sebelum berjualan es cuwing, Suriman merupakan seorang pembuat rotan selama 15 tahun lebih. Namun, karena tempat produksi rotan tempat Suriman bekerja mulai sepi peminat, Suriman memutuskan untuk berhenti sebagai pembuat rotan pada tahun 2007.

“Dulunya kerja di rotan, ada 15 tahun mah. Terus rotannya sepi akhirnya keluar, dan mulai jualan es cuwing, sudah 18 tahun jualan di sini,” tutur Suriman, Sabtu (3/4/2025).

Alasan Suriman memilih berjualan es cuwing khas Cirebon adalah karena di desanya kebanyakan menjual es cuwing. Karena terlihat menjanjikan, akhirnya Suriman pun ikut untuk berjualan es cuwing.

“Di Blok Nambo, Desa Astapada itu kebanyakan orangnya jualan es cuwing, di sana turun-temurun penduduknya jualan es cuwing, kakak saya saja itu jualan es cuwing,” tutur Suriman.

Dengan menggunakan sepeda, setiap hari Suriman berangkat dari rumahnya di Desa Astapada, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon untuk berjualan es cuwing di sekitar Pasar Jagasatru Kota Cirebon.

“Gerobaknya dititipin di sini, mulai jualan dari jam 09.00 WIB pagi sampai jam 16.00 WIB sore, kadang jualan keliling juga,” tutur Suriman.

Suriman memaparkan, es cuwing sendiri terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet, dimulai dari gula merah, santan, es batu serut, parutan kelapa, cuwing dan bubur lemu. Untuk bubur lemunya sendiri terbuat dari santan, daun pandan, salam dan sedikit garam.

“Daun cuwingnya itu diperas, diambil airnya, terus disaring lalu didiamkan sampai kenyal jadi cuwing,” tutur Suriman.

Untuk penyajiannya, pertama Suriman akan memasukkan santan, cuwing dan bubur lemu terlebih dahulu, lalu ditambah serutan es batu, setelah itu diberi topping berupa gula merah dan parutan kelapa.

Perpaduan es batu serut yang dicampur dengan gurihnya santan dan manisnya gula merah, ditambah dengan kenyalnya cuwing dan lembutnya bubur lemu, menciptakan perpaduan rasa es cuwing yang segar dan lembut saat dinikmati.

Karena tidak pakai bahan pengawet, membuat es cuwing menjadi cepat basi, menurut Suriman, jika dalam sehari es cuwingnya tidak habis, ia akan langsung membuang bahan yang digunakan untuk membuat es cuwing, namun, jika belum basi, Suriman akan membawanya ke rumah untuk disantap bersama keluarga.

Dengan harga Rp 5.000 per porsi, dalam sehari, Suriman bisa menjual 100 porsi es cuwing dengan omzet mencapai Rp 500.000, namun, jika sedang musim hujan, pendapatan Suriman dari berjualan es cuwing menurun drastis.

“Kalau musim hujan tuh pendapatnya tidak menentu, jadi kalau musim hujan seringnya nggak jualan,” tutur Suriman.

Meski begitu, Suriman bersyukur karena dari berjualan es cuwing cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. “Disyukuri saja dapatnya berapa, namanya juga orang jualan, anaknya tiga, yang sudah nikah dua, sisa satu yang masih sekolah,” pungkas Suriman.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *