Rabu (9/4/2025) pukul 23.50 WIB, kebakaran terjadi di di Jalan Terusan Pasir Koja, Gang Satata Sariksa, Kelurahan Sukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. Meski bisa segera ditangani, tapi kobaran api telah menghanguskan 45 jongko penjual kayu palet dan tiga rumah warga.
Misteri pun masih menyelimuti insiden kebakaran ini. Polisi ikut turun tangan, lalu garis polisi telah dipasang supaya bisa menggali keterangan mengenai pemicu terjadinya kebakaran.
Dari hasil penyelidikan sementara saat itu, api pertama kali dilaporkan muncul dari salah satu jongko penjual kayu bekas. Menurut keterangan saksi mata, saat para petugas ronda tengah berpatroli, mereka melihat kepulan asap dari tengah-tengah area jongko.
“Sewaktu para saksi akan mengecek ke sumber api ternyata dengan cepat api mulai membesar sehingga api tersebut dengan cepat merambat ke jongko lainnya sehingga menyebabkan 45 jongko penjual kayu bekas hangus terbakar,” ungkap Kapolsek Babakan Ciparay Kompol Kurniawan, Kamis (10/4/2025).
Api padam sekitar pukul 03.00 WIB, dengan proses pendinginan dilanjutkan hingga pukul 04.30 WIB. Sebanyak 14 unit mobil pemadam kebakaran dari Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar) Kota Bandung dikerahkan untuk memadamkan api.
Sementara, berdasarkan keterangan warga yang menjadi korban kebakaran, kerugian yang timbul akibat insiden ini mencapai sekitar Rp 150 juta. Nolis salah satunya yang mengaku pasrah dan berharap bisa berjualan kembali pascakebakaran ini.
“Namanya musibah kita terima, ke depan mudah-mudahan bisa jualan lagi,” ujarnya.
Insiden kebakaran ini pun ternyata berbuntut panjang. Warga Sukahaji memastikan, bakal melaporkan kejadian ini ke polisi karena ada dugaan pihak yang sengaja melakukan pembakaran.
“Kita sudah memberi arahan kepada warga untuk membuat laporan polisi ya, terkait diduga terjadinya kebakaran ini. Kita akan melakukan pengumpulan data dulu, baru kita buat laporan resminya,” kata pengacara warga Sukahaji, Freddy Pangabean saat ditemui di PN Bandung.
Freddy mengatakan, saat kebakaran itu terjadi, ada sekitar 2.000 KK dengan 6.000 jiwa yang bisa terdampak. Ia menyatakan, akibat insiden ini, mayoritas warga mengalami ketakutan.
“Sangat miris ya, sangat miris sekali posisinya. Memang di sana kan padat penduduk, ketika ada kobaran api yang begitu besar di depan, itu membuat semuanya panik, terutama klien kita warga di sana,” ungkapnya.
“Akhirnya ya mereka, shock lah ya, ketakutan. Mungkin saat ini mereka sekarang tidak tahu apakah masih mau bertahan di situ dengan kondisi terancam, atau memang mereka tetap mau berjuang dan bertahan di sana,” pungkasnya.