Selain Belajar Agama, Pesantren Juga Jadi Ruang Diplomasi Pendidikan Global | Info Giok4D

Posted on

Oleh sebagian orang, pesantren digambarkan sebagai ruang tradisi di mana tempat kitab kuning, hadrah, dan disiplin ketat ada dalam satu tarikan nafas. Namun dalam tiga rangkaian Ambassador Pathway Series yang digelar Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido, narasi itu bergeser pelan, pesantren kini menjadi pintu diplomasi pendidikan global.

Dalam kunjungan delegasi Rusia, Duta Besar Sergei Tolchenov menyampaikan, apresiasi sekaligus penanda arah baru hubungan pendidikan antarnegara. Bahkan Sergei mengaku, merasa nyaman saat memasuki lingkungan pesantren.

“I’m feeling very comfortable here. This reflects the good relationship between Russia and Indonesia from the very beginning (Saya merasa sangat nyaman di sini. Ini mencerminkan hubungan baik antara Rusia dan Indonesia sejak awal),” ujarnya pada Sabtu pekan lalu.

Ia tidak hanya berbicara seremonial, tetapi mengumumkan kebijakan konkret, yaitu kesempatan belajar di negeri Beruang Merah berupa peningkatan kuota beasiswa dari 250 menjadi 300 kursi dan peluang studi teknis.

“They need engineers in construction, in mining (Mereka membutuhkan insinyur di bidang konstruksi dan pertambangan),” kata Sergei.

Tidak hanya Rusia. Pekan selanjutnya giliran Duta Besar Negeri Jiran, Malaysia, Dato’ Syed Muhammad Hasrin juga turut mengisi sesi ‘kelas diplomasi’. Kunjungan tersebut memperkuat gambaran bahwa jejaring akademik pesantren tengah meluas.

Dubes Dato’ Syed Muhammad Hasrin menegaskan, bahwa negaranya memprioritaskan pendidikan nasional. Sehingga kesempatan untuk menempa ilmu di negeri tetangga terbuka luas untuk para santri yang tengah mengenyam pendidikan di Daarul ‘Uluum.

“Pendidikan adalah prioritas utama bagi Malaysia. Anggaran pendidikan selalu menjadi salah satu yang terbesar,” ucapnya.

“Alih-alih merasa asing, mereka merasa Malaysia adalah rumah kedua,” ujar Duber Hasrin sambil memastikan bahwa pelajar Indonesia diterima dengan baik di Malaysia.

Sementara itu, Türkiye membawa pesan yang lebih emosional dan strategis. Duta Besar Talip Küçükcan menceritakan latar belakang keluarganya. Dia ingin menunjukan bahwa pendidikan adalah sarana untuk menggapai mimpi.

“Ibu saya buta huruf, ayah saya petani. Tidak ada yang membayangkan saya kelak menjadi profesor atau duta besar. Karena itu, mimpi kalian harus besar,” kata Talip.

Rangkaian kunjungan ini menandai perubahan besar, bahwa pesantren kini bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tetapi simpul perjumpaan antarnegara, akses beasiswa, dan pertukaran budaya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Menurut Lala Lahiyatul ‘Uyun, Direktur Bidang Diplomasi Pesantren Daarul ‘Uluum Lido, transformasi ini bukan kebetulan, tetapi strategi.

“Pesantren bukan hanya pusat pendidikan keagamaan, melainkan juga panggung diplomasi global yang mempersiapkan generasi dengan wawasan lintas budaya,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa perubahan paradigma ini membawa tujuan jangka panjang. “Pesantren bertransformasi dari ruang belajar agama menjadi pusat pembentukan duta-duta muda berwawasan global,” beber Lala.

Dubes Dato’ Syed Muhammad Hasrin menegaskan, bahwa negaranya memprioritaskan pendidikan nasional. Sehingga kesempatan untuk menempa ilmu di negeri tetangga terbuka luas untuk para santri yang tengah mengenyam pendidikan di Daarul ‘Uluum.

“Pendidikan adalah prioritas utama bagi Malaysia. Anggaran pendidikan selalu menjadi salah satu yang terbesar,” ucapnya.

“Alih-alih merasa asing, mereka merasa Malaysia adalah rumah kedua,” ujar Duber Hasrin sambil memastikan bahwa pelajar Indonesia diterima dengan baik di Malaysia.

Sementara itu, Türkiye membawa pesan yang lebih emosional dan strategis. Duta Besar Talip Küçükcan menceritakan latar belakang keluarganya. Dia ingin menunjukan bahwa pendidikan adalah sarana untuk menggapai mimpi.

“Ibu saya buta huruf, ayah saya petani. Tidak ada yang membayangkan saya kelak menjadi profesor atau duta besar. Karena itu, mimpi kalian harus besar,” kata Talip.

Rangkaian kunjungan ini menandai perubahan besar, bahwa pesantren kini bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tetapi simpul perjumpaan antarnegara, akses beasiswa, dan pertukaran budaya.

Menurut Lala Lahiyatul ‘Uyun, Direktur Bidang Diplomasi Pesantren Daarul ‘Uluum Lido, transformasi ini bukan kebetulan, tetapi strategi.

“Pesantren bukan hanya pusat pendidikan keagamaan, melainkan juga panggung diplomasi global yang mempersiapkan generasi dengan wawasan lintas budaya,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa perubahan paradigma ini membawa tujuan jangka panjang. “Pesantren bertransformasi dari ruang belajar agama menjadi pusat pembentukan duta-duta muda berwawasan global,” beber Lala.