R belum sempat bernapas lega setelah adiknya yang berusia 11 tahun diseret motor pelaku penjambretan hingga ratusan meter. Tubuh kecil adiknya masih penuh memar, trauma belum reda, sementara telepon genggam yang dipertahankan bocah itu lepas juga dari tangan.
Di saat keluarga masih terpukul, R justru ikut terbaring di rumah sakit. Dadanya sesak bukan hanya oleh rasa sakit, tapi juga oleh nasib yang terasa makin berat.
Semua bermula dari upayanya mencari penjelasan. Malam setelah kejadian penjambretan di Kampung Cipaku, Desa Langensari, R berangkat bersama sekitar sepuluh temannya.
Mereka naik motor, menuju kampung tempat tinggal pelaku yang sudah diamankan polisi. R ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, berharap ada keterangan dari warga sekitar.
Namun langkah mereka seperti mengetuk pintu bahaya. Saat rombongan berhenti di sebuah warung tak jauh dari rumah terduga pelaku, situasi berubah tegang. Nada bicara meninggi, lalu meletup menjadi pertikaian. Dalam hitungan info, R dikeroyok.
“Saya dipukuli dan dikeroyok oleh tetangganya yang di warung. Teman saya ada yang ditendang, dan ada yang sampai diancam pakai golok. Sedangkan posisi saya sudah nggak sadar (pingsan),” kata R di rumah sakit, Senin (24/11/2025).
Rahangnya digetok keras, pelipisnya sobek, bagian dalam mulutnya pecah. Ia sempat dilarikan ke RSUD Syamsudin SH, namun tidak ada dokter bedah mulut. R harus dirujuk. Lalu satu per satu biaya datang seperti gelombang yang menenggelamkan.
“Dokter bilang harus dibedah mulut. Di Hermina diminta Rp15 juta untuk biaya awal, harus lunas Magrib. Saya sudah kasih DP, tapi karena totalnya belum jelas, saya balik ke RSUD Syamsudin. Tapi di sana juga arahnya harus tetap ke Hermina untuk operasi,” ungkapnya.
Di tengah rasa sakit, R dihadapkan pada kenyataan lain, BPJS tak bisa digunakan. “Saya minta keadilan. Saya nggak bisa pakai BPJS buat pengobatan,” ujar R lirih.
Keluarga kini terbagi dua. Sebagian merawat adik R yang masih trauma setelah diseret sejauh sekitar 200 meter oleh pelaku penjambretan. Sebagian lagi menjaga R yang menahan nyeri sambil menunggu kepastian medis.
Mereka berharap pemerintah turun tangan. Bukan hanya untuk menuntaskan kasus pengeroyokan, tetapi membantu perawatan medis yang menjerat dua anak dalam satu keluarga.
Kapolsek Sukaraja, AKP Aguk Khusaini, membenarkan pihaknya tengah menelusuri dugaan pengeroyokan itu. “(Korban) R masih dalam perawatan di rumah sakit. Sejauh ini kita masih dalami sambil terus pulbaket (pengumpulan bahan keterangan),” kata Aguk.
Persoalan ini bermula dari kejadian sehari sebelumnya. Aksi penjambretan terhadap AH, bocah perempuan 11 tahun, terjadi di Kampung Pasirmuncang, Desa Margaluyu. Ia sedang berjalan sambil memainkan ponsel Vivo Y28 warna merah muda, ketika seorang pria datang mengendarai motor. Pria itu berpura-pura menanyakan jam, lalu merampas ponsel tersebut.
“Namun secara mendadak pelaku langsung merebut paksa handphone korban. Korban sempat berusaha mempertahankan barang miliknya, hingga terseret sejauh kurang lebih 200 meter ketika pelaku melarikan diri dengan sepeda motor,” ujar AKP Astuti Setyaningsih, Kasi Humas Polres Sukabumi Kota.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.







