Tiga hari terakhir, lini masa warga Sukabumi dipenuhi kabar soal perempuan yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual semasa sekolah. Perempuan itu mengunggah cerita bersambung di akun Facebook pribadinya, menandai setiap potongan kisah dengan kata ‘Part’.
Unggahannya bergerak seperti alur memoar yang selama bertahun-tahun ia tahan, lalu pecah hanya dalam hitungan jam. Cerita pertama muncul tiga hari lalu. Singkat, keras, dan tanpa keraguan.
“Pengen banget speak Up tentang oknum guru c*bul, yang praktek nya sudah berlangsung belasan tahun. Kirain udah insaf tau nya makin menjadi jadi. Dan gaada tindak lanjut dari pihak sekolah juga. GILA,” tulisnya seperti dilihat infoJabar, Sabtu (15/11/2025).
Tak lama kemudian, GM mengunggah ‘Part 2’. Penanda bahwa ini bukan luapan sesaat, tetapi pengalaman panjang.
“Part 2 ttg Guru c*bul . Selama ini gaada yg berani speak up karena dengan alasan mau sama mau. Nama nya anak kecil masih sekolah di iming imingi ya pasti mau lah. Dari jaman ku aja 2013 sampai sekarang 2025 dan terus berlanjut. Udah berapa banyak korban. Miris banget.”
infoJabar menghubungi GM. Awalnya ia menolak memberikan keterangan. Namun tak lama kemudian ia mengirimi pesan lanjutan dan mengaku bersedia berkomunikasi lebih lanjut soal dugaan pelecehan seksual di sebuah madrasah di wilayah Surade. GM meminta nama sekolah tidak disebutkan.
Ia menegaskan, bahwa unggahan itu bukan sekadar dukungan untuk orang lain. Ia menyebut, dirinya sebagai salah satu korban.
“Pilih speak up karena tidak mau ada kejadian serupa terulang, saya yang mengalami pelecehan dan ada juga teman-teman saya. Saya yakin ada puluhan korban lain,” jelasnya.
Di titik ini percakapan mulai bergeser, dari curahan di media sosial menjadi penuturan yang lebih terarah. GM menjelaskan istilah yang kini ramai dibicarakan warganet, yakni ‘briefing malam’.
“Anak (korban) ini setiap kali ingin ada kemauan, seperti mau SNMPTN atau mau lulus sekolah selalu diiming-iming nanti dibriefing di gedung salah satu madrasah yang mana dia selaku kepala sekolahnya, dan ini juga ada banyak korban yang laporan ke saya di Facebook. Ternyata ini praktik sudah berjalan lama siswa voli maupun diluar voli menceritakan kepada saya bahwa di gedung sekolah itu memang sering dilakukan pelecehan seksual seperti diajak,” bebernya, ia menjelaskan oknum guru tersebut juga berstatus sebagai pelatih voli.
“Awalnya si oknum ini kalau ke murid biasa mengiming-imingi seperti saya psikolog kalau perlu apa-apa nanti kamu hubungi saya,” kisah GM.
Dari keterangan GM, pola itu berulang, ajakan, godaan, lalu permintaan bertemu di gedung sekolah pada waktu yang menurut para siswi janggal, yakni malam hari.
Cerita GM membuat aparat bergerak. Polres Sukabumi membenarkan sudah membuka penyelidikan awal. Kasat Reskrim Polres Sukabumi, Iptu Hartono, mengatakan kasus kini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak.
“Kita sudah selidiki, sudah diteruskan oleh Kanit PPA. Masih penyelidikan,” ujar Hartono.
Ia menyebut penyidik menemui kendala karena belum ada korban yang membuat laporan resmi. Situasi itu membuat polisi harus mencari cara mendorong korban untuk datang.
“Kami menemukan sedikit kesulitan karena belum ada korban yang melapor ke polisi. Namun alhamdulillah saat ini kita melalui Unit PPA melakukan jemput bola kepada korban untuk melapor,” kata Hartono.
infoJabar menghubungi GM. Awalnya ia menolak memberikan keterangan. Namun tak lama kemudian ia mengirimi pesan lanjutan dan mengaku bersedia berkomunikasi lebih lanjut soal dugaan pelecehan seksual di sebuah madrasah di wilayah Surade. GM meminta nama sekolah tidak disebutkan.
Ia menegaskan, bahwa unggahan itu bukan sekadar dukungan untuk orang lain. Ia menyebut, dirinya sebagai salah satu korban.
“Pilih speak up karena tidak mau ada kejadian serupa terulang, saya yang mengalami pelecehan dan ada juga teman-teman saya. Saya yakin ada puluhan korban lain,” jelasnya.
Di titik ini percakapan mulai bergeser, dari curahan di media sosial menjadi penuturan yang lebih terarah. GM menjelaskan istilah yang kini ramai dibicarakan warganet, yakni ‘briefing malam’.
“Anak (korban) ini setiap kali ingin ada kemauan, seperti mau SNMPTN atau mau lulus sekolah selalu diiming-iming nanti dibriefing di gedung salah satu madrasah yang mana dia selaku kepala sekolahnya, dan ini juga ada banyak korban yang laporan ke saya di Facebook. Ternyata ini praktik sudah berjalan lama siswa voli maupun diluar voli menceritakan kepada saya bahwa di gedung sekolah itu memang sering dilakukan pelecehan seksual seperti diajak,” bebernya, ia menjelaskan oknum guru tersebut juga berstatus sebagai pelatih voli.
“Awalnya si oknum ini kalau ke murid biasa mengiming-imingi seperti saya psikolog kalau perlu apa-apa nanti kamu hubungi saya,” kisah GM.
Dari keterangan GM, pola itu berulang, ajakan, godaan, lalu permintaan bertemu di gedung sekolah pada waktu yang menurut para siswi janggal, yakni malam hari.
Cerita GM membuat aparat bergerak. Polres Sukabumi membenarkan sudah membuka penyelidikan awal. Kasat Reskrim Polres Sukabumi, Iptu Hartono, mengatakan kasus kini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak.
“Kita sudah selidiki, sudah diteruskan oleh Kanit PPA. Masih penyelidikan,” ujar Hartono.
Ia menyebut penyidik menemui kendala karena belum ada korban yang membuat laporan resmi. Situasi itu membuat polisi harus mencari cara mendorong korban untuk datang.
“Kami menemukan sedikit kesulitan karena belum ada korban yang melapor ke polisi. Namun alhamdulillah saat ini kita melalui Unit PPA melakukan jemput bola kepada korban untuk melapor,” kata Hartono.







