Tak Mudah Ubah Penambang Emas Ilegal Tasikmalaya Jadi Petani Kopi | Giok4D

Posted on

Para pemangku kebijakan terkait masalah tambang emas ilegal di Kabupaten Tasikmalaya, mencoba memberikan solusi bagi para penambang liar.

Mereka bersepakat untuk mendorong para penambang emas ilegal, alih profesi menjadi petani kopi dan pepaya. Tanaman kopi sebagai usaha jangka panjang dan pepaya menjadi komoditas usaha jangka pendek.

Pihak Perhutani sebagai pengelola lahan di kawasan perbukitan itu bersedia menyediakan lahannya.

Usulan solusi itu menjadi salah satu poin dalam pertemuan lintas sektor yang digelar di Mapolres Tasikmalaya Kota, Rabu (12/11/2025) sore.

Pihak kepolisian, pemerintahan setempat, Perhutani, Dinas Lingkungan Hidup duduk bersama membahas masalah tambang emas ilegal tersebut. Hal ini berkaitan dengan upaya penertiban yang dilakukan polisi dalam 2 hari terakhir ini.

Camat Karangjaya, Atang Suwardi menjelaskan penegakkan hukum harus berjalan, tapi nasib masyarakat penambang pun harus diperhatikan.

“Akan diambil tindakan bagaimana penegakan hukum ini harus dilaksanakan, kemudian juga dengan tidak mengesampingkan masyarakat itu sendiri. Masyarakat diarahkan menanam kopi dan pepaya, Insya Allah akan menjadi solusi yang terbaik bagi semua,” kata Atang.

Wakil Administratur Perhutani KPH Tasikmalaya, Rodiana Rahman mengatakan pihaknya menyiapkan lahan sekitar 30 hektar.

“Lahan yang disiapkan ada di kawasan hutan, bisa dimanfaatkan. Karena tanaman kopi itu toleran jadi bisa dibawah naungan dan di bawah pohon besar, itu aman untuk ditanami. Untuk luas lumayan luas untuk Blok Cengal cukup lahannya, ada 30 hektar,” kata Rodiana.

Pola usahanya Perhutani bekerjasama dengan warga. Para penambang emas ilegal akan diberi lahan garapan.

“Insya Allah dengan kopi bisa memperbaiki masalah yang ada di wilayah Cengal. Untuk yang tanam dekatnya, pepaya,” kata Rodiana.

Di Blok Cengal sendiri, kemarin polisi menemukan banyak lubang galian emas ilegal. Lubang-lubang galian tambanh tersebut sudah dipasang police line.

Kepala Desa Karanglayung, Epen Ruswandi mengaku siap menyokong solusi alternatif bagi para penambang emas ilegal tersebut. Namun demikian dia mengatakan hal itu bukan perkara mudah, mengingat aktivitas penambangan emas di wilayahnya sudah berlangsung lama, sejak era tahun 60-an.

“Memang sulit bagi kami untuk menggeser kebiasaan warga kami dari tambang ke kegiatan lain. Makanya kami juga meminta bantuan dari Bupati atau pihak dinas terkait untuk membantu kami, jangan sampai masyarakat kecil lebih dimarjinalkan lagi,” kata Epen.

Epen menjelaskan komposisi profesi warga desanya sekitar 30 persen menjadi penambang emas. Jumlah ini cukup signifikan, angkanya di kisaran 1.500 orang.

“Harapan saya dengan pertanian masyarakat bisa meningkat perekonomiannya, setelah dilarang menambang. Justru kami berupaya bagaimana caranya masyarakat ini lebih sejahtera sesuai harapan pemerintah pusat. Jadi kalau ditanggung desa sendiri, sangat berat sekali,” kata Epen.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya, Aam Rahmat mengatakan, hasil uji laboratorium terhadap sampel air yang diamankan polisi dari tempat pengolahan hasil tambang positif mengandung bahan berbahaya.

Kandungannya merkuri, zat kontaminasi yang dianggap berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

“Dari sampel yang kita periksa ada kontaminasi merkuri di air sungai. Pastinya kita harus lindungi masyarakat. Kalau kita biarkan pencemaran itu kan yang rugi masyarakat sendiri. Meski pun secara ekonomi tinggi, tapi dalam aspek kehidupan jangka panjangnya ada dampak,” kata Aam.

Selain bahaya kontak langsung, kontaminasi zat berbahaya itu akan mengalir ke kawasan persawahan atau perikanan. Kontaminasi itu bisa saja masuk ke dalam hasil pertanian atau perikanan tersebut.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Yang kita takutkan adalah tercemar ke lahan padi. Itu bahaya, kan kalau padinya dimakan oleh kita gimana? Kan yang dirugikan orang yang tidak tahu. Kontaminasinya lumayan berat ya,” kata Aam.

Dia mengaku akan terus menyosialisasikan temuan tersebut kepada masyarakat agar mereka paham dan turut menjaga kelestarian alam dari pencemaran.

“Kita juga akan mensosialisasikan bahayanya ke masyarakat. Karena bisa menurun itu secara genetik dampak pencemarannya,” kata Aam.*

Bukan Hal Mudah Menggeser Kebiasaan Puluhan Tahun

Tambang Mengandung Bahan Berbahaya