Di antara riuh ombak dan tawa wisatawan, ada satu pemandangan yang sudah jadi bagian sehari-hari di Pantai Barat Pangandaran. Yang dimaksud adalah kawanan monyet dari Taman Wisata Alam (TWA) Cagar Alam yang datang tanpa diundang. Mereka kadang sekadar bermain, kadang mencuri camilan dari lapak pedagang.
Bagi para pedagang di kawasan wisata ini, keberadaan monyet bukan lagi hal yang menakutkan. Mereka mengaku sudah ‘berdamai dengan para penghuni hutan tetangga itu.
“Kalau monyet yang ambil makanan kadangkala ganggu wisatawan, itu sudah biasa terjadi,” ucap Yati Suryati, salah seorang pedagang di Pantai Barat Pangandaran, Senin (27/10/2025).
Yati bercerita, hampir setiap hari kawanan monyet datang ke lapaknya. Kadang satu atau dua ekor, tapi tak jarang lebih dari 10 sekaligus. Mereka melompat-lompat di atap tenda, menatap tumpukan makanan dengan rasa ingin tahu.
“Tapi cukup digebah (diusir), kala ada pakai tongkat. Asal tidak mengganggu aja,” ujarnya sambil tersenyum.
Menurutnya, lokasi lapaknya yang berada di dekat kawasan cagar alam membuat interaksi dengan monyet menjadi hal yang tak terelakkan. “Tapi kan itu risiko pedagang. Karena posisi tempat dagang kami di samping kawasan Cagar Alam,” katanya.
Para monyet itu rupanya punya selera. Mereka paling suka minuman berasa dengan botol warna-warni yang menggoda mata mereka. “Kalau yang diambil biasanya sejenis minuman berasa. Tapi nggak apa-apa, itu hitung-hitung sedekah,” tutur Yati.
Namun, Yati tetap waspada. Menurutnya, monyet-monyet itu sering datang diam-diam ketika ia sedang melayani pembeli. Satu atau dua monyet masih bisa diusir, tapi kalau datang berkelompok, para pedagang harus siap siaga agar dagangan tak habis diserbu.
Fenomena ini bukan tanpa sebab. Hadiat Kelsaba, atau akrab disapa Encek, petugas Taman Wisata Alam Pangandaran, menjelaskan monyet-monyet itu kini semakin berani karena terbiasa berinteraksi dengan manusia, terutama wisatawan yang sering memberi makanan.
“Karakter monyet itu beda-beda. Ada yang manja, nakal, dan lainnya. Tapi kebanyakan yang jahil itu karena sudah terbiasa diberi makanan berasa oleh pengunjung,” terangnya.
Encek menambahkan, hal itu berbeda dengan lutung, primata lain yang juga hidup di kawasan Cagar Alam Pangandaran. Lutung cenderung menjaga jarak dari manusia dan tetap berada di dalam kawasan hutan. Minim interaksi membuat perilaku mereka tetap alami.
“Lutung itu lebih suka di dalam kawasan. Mereka tidak seperti monyet yang sering keluar dan usil,” ujarnya.
Kini, para pedagang di Pantai Pangandaran sudah terbiasa hidup berdampingan dengan para monyet. Meski kadang kesal karena dagangan raib, mereka sadar, hutan dan pantai di Pangandaran memang berbagi ruang dengan satwa liar.
Bagi sebagian orang, mungkin monyet-monyet itu pengganggu. Tapi bagi sebagian orang yang mengais rezeki di sana, misalnya pedagang seperti Yati, monyet adalah bagian dari cerita sehari-hari. Mereka bagian dari warna Pantai Pangandaran yang tak pernah sepi dari kejutan.
Penyebab Perubahan Perilaku Monyet








