Imbas Efisiensi Anggaran, Hotel di Majalengka Pangkas Karyawan

Posted on

Dampak kebijakan efisiensi anggaran pemerintah mulai dirasakan dunia perhotelan di Majalengka. Salah satunya Hotel Fitra. Mereka terpaksa harus memangkas jumlah karyawannya mulai bulan Mei 2025.

Operasional Manager Hotel Fitra Litan Silwanus mengatakan kebijakan efisiensi ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan hotel. “Awalnya pendapatan bisa di 70 persen, sekarang dengan adanya efisiensi, turun sampai 30 persen. Jadi pengurangannya itu bisa sampai 50 persen,” kata Litan kepada infoJabar, Senin (28/4/2025).

Bahkan, menurut Litan, bulan lalu pihak hotel mengalami kerugian hingga Rp200 juta. Dengan pengeluaran mencapai Rp700 juta. “Pemasukan ke hotel hanya Rp500 juta,” ujar dia.

Litan menjelaskan, selama ini hotel banyak bergantung pada kegiatan meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE) dari sektor pemerintah. Seiring dengan pemangkasan anggaran, permintaan kegiatan tersebut pun menurun drastis.

“Karena andalan hotel di Majalengka itu lebih ke MICE. Sedangkan pengguna MICE kebanyakan dari sektor government,” jelasnya.

Untuk menyiasati kondisi ini, Hotel Fitra mulai mengalihkan fokus ke event sosial seperti pernikahan, ulang tahun, serta acara perusahaan swasta. “Kita coba lebih fokus ke social event dan corporate. Bank-bank atau pabrik-pabrik yang biasanya menginap di daerah Jatiwangi, kita kasih promo harga lebih bagus supaya mau ke daerah perkotaan,” ucapnya.

Namun, Litan mengakui, upaya itu belum cukup menutup kerugian, sehingga pengurangan karyawan tetap harus dilakukan. Rencananya, pengurangan mulai dari karyawan casual, dilanjutkan dengan daily worker bila situasi belum membaik.

“Casual yang biasanya sehari bisa 5-6 orang, sekarang kita pakai hanya 1 orang,” ungkapnya.

Untuk karyawan daily worker, Hotel Fitra berencana mengurangi hari kerja dari 20-21 hari menjadi separuhnya. Honor yang diterima pun akan otomatis berkurang.

“Karyawan kontrak sih tidak dikurangi honornya. Tapi kalau service charge itu drastis turun. Biasanya dapat Rp500 ribu, sekarang cuma Rp100 ribu-Rp200 ribu per bulan,” beber Litan.

Total, sekitar 10 orang akan terdampak pada bulan Mei. Lima orang casual tidak diperpanjang masa kerjanya, sementara lima daily worker akan dikurangi jam kerjanya.

Dengan demikian, Litan berharap pemerintah bisa mempertimbangkan ulang kebijakan efisiensi, khususnya untuk kegiatan yang berhubungan dengan hotel.

“Kalau bisa sih jangan terlalu diketatkan. Misal kayak bimbingan teknis, kalau dilaksanakan di tempat kurang proper, kan bisa mempengaruhi psikologis peserta juga. Takutnya hasilnya nggak maksimal,” pungkas Litan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *