Satu kisah pilu datang dari Dusun Cibeureum, Desa Balokang, Kota Banjar, Jawa Barat. Di rumah sederhana berdinding bilik berukuran 5×7 meter, satu keluarga yang beranggotakan 11 orang harus bertahan hidup dalam keterbatasan. Rumah kecil itu menjadi saksi perjuangan mereka menghadapi hari demi hari dengan segala kekurangan.
Kala hujan turun, keluarga Kar’an (63) dan Tati (62) tak bisa menghindari rasa cemas dan khawatir. Atap rumah bocor hingga dihantui bangun yang telah dihuni selama tiga tahun itu ambruk. Mereka akan berkumpul di ruang tengah dengan kewaspadaan ekstra.
Rumah tidak layak huni tersebut dihuni oleh Kar’an bersama istri dan 4 anak dan cucu-cucunya. Rumah yang dihuni Kar’an saat ini, sebelumnya diisi oleh orang lain. Rumah tersebut kondisinya sudah tidak layak huni karena usianya sudah belasan tahun.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Kar’an sebelumnya punya rumah namun dibangun di tanah orang lain. Tapi tanah itu akan dijual oleh pemiliknya. Kar’an pun terpaksa pindah ke rumah yang saat ini telah dihuninya selama 3 tahun.
“Sudah tiga tahun tinggal di sini, ini juga milik orang lain. Sebelumnya diisi oleh pak Ian. Sebetulnya usia rumah ini sudah belasan tahun jadi kondisinya sudah begini, banyak yang bocor. Takut ambruk ada, tapi mau mengungsi kemana lagi,” ujar Kar’an didampingi istri saat ditemui, Rabu (22/10/2025).
Pantauan infoJabar, rumah bilik itu memiliki tiga kamar berukuran kecil, satu ruang tengah, satu dapur dan tempat mandi dengan sumur di dalamnya. Kondisi bangunannya pun sudah sedikit condong dan dikhawatirkan ambruk. Untuk memasak, pasangan suami istri ini mengandalkan tungku kayu bayar karena tidak punya kompor.
Sehari-hari, Kar’an bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan tak menentu setiap harinya. Ketika sedang ada pekerjaan, penghasilannya bisa sampai Rp 70 ribu.
“Kerjaan buruh serabutan, siapa saja yang nyuruh. Penghasilan tidak tentu, kalau sedang bagus bisa Rp 70 ribu,” ungkapnya.
Namun ketika tidak ada kerjaan, Kar’an tidak punya uang sepeserpun bahkan tidak bisa membeli beras untuk makan bisa sehari dua hari. Meski demikian, Kar’an tidak patah semangat, ia dipercaya orang untuk mengelola lahan kosong. Lahan itu ia tanami dengan singkong dan pisang.
“Kalau tidak punya beras, memang sering juga. Biasa makan singkong direbus pakai garam. Atau kalau ada pisang yang matang diambil lalu dijual, laku Rp 20 ribu bisa buat dibelikan beras sekilo, sisanya beli asin,” ucapnya.
Untungnya, Kar’an masih mendapat bantuan dari pemerintah berupa beras hingga uang tunai meski tidak rutin. Bantuan itu sedikitnya dapat mengurangi beban hidup. “Dapat bantuan PKH, bantuan pemerintah, beras dan uang, kadang tiga sampai empat bulan,” ucapnya.
Mimpi keluarga Kar’an untuk tinggal di rumah yang layak akhirnya bisa terwujud. Kar’an dan keluarga kini semringah kala seorang Pengusaha Ikan Koi Hartono Soekwanto memberikan bantuan untuk membangun rumah baru kepadanya. Hartono menyerahkan langsung uang untuk membangun rumah kepada Kar’an, hingga memimpin pembangunannya.
“Sedih kalau melihat rumah Pak Kar’an, enggak tega, sangat tidak layak. Saya bantu bangun rumah bukan rehab lagi,” kata Hartono usai memberikan bantuan untuk bangun rumah Kar’an.
Selain dari pengusaha ikan koi, Kar’an juga mendapat bantuan dari BAZNAS Kota Banjar. Wakil Wali Kota Banjar pun meninjau langsung ke lokasi. Ia berharap bantuan tersebut dapat mencukupi untuk pembangunan rumah Kar’an.
“Dari BAZNAS, dari dermawan juga ada, insha Allah mencukupi untuk pembangunan rumah sederhana. Uang penting punya tempat yang layak berteduh bersama keluarga,” jelasnya.