Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Pemerintah Kabupaten Kuningan terus berupaya untuk meningkatkan investasi. Salah satu upayanya adalah dengan menyediakan lahan untuk industri seluas 1.300 hektare di kawasan timur Kuningan. Hal tersebut diungkapkan oleh Pj Sekda Kabupaten Kuningan Wahyu Hidayah.
“Yang sudah ditetapkan sebagai kawasan industri di Kuningan timur seperti di Kecamatan Cimahi dan Cidahu itu sekitar 1.300 hektare. Di sana, diharapkan meskipun sudah membuka investasi untuk industri tapi industrinya yang ramah lingkungan dan padat karya,” tutur Wahyu. Rabu (15/10/2025).
Ada beberapa alasan kenapa Kuningan timur dijadikan sebagai kawasan industri seperti lokasinya yang jauh dari kawasan konservasi Gunung Ciremai, banyaknya lahan yang tidak produktif serta akses yang memadai.
“Di Kuningan timur itu kebanyakan lahan galian, daripada galian mending jadi industri. Semua kena tidak saling mengeliminir, Kuningan tetap jadi konservasi. Di kawasan untuk industri juga itu aksesnya jalan provinsi yang terkoneksi ke pintu Tol Ciledug, kemudian Bandara Kertajati, Patimban dan pelabuhan. Harga tanah masih murah, upah minimum pekerja masih bersaing,” tutur Wahyu.
Menurut Wahyu, penetapan Kuningan Timur sebagai wilayah industri sudah selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan tidak bertentangan dengan konsep ketahanan pangan.
“Kita sudah review RTRW. Kita juga menyusun kawasan peruntukan industri. Mengevaluasi lahan pertanian pangan berkelanjutan biar tidak saling benturan. Karena lahan yang ditetapkan di kawasan industri itu lahan pertanian yang kurang produktif sehingga tidak bertentangan dengan konsep ketahanan pangan,” tutur Wahyu.
Wahyu mengatakan, dengan adanya kawasan industri tersebut diharapkan dapat mengatasi dua permasalahan utama di Kabupaten Kuningan, yakni pengangguran dan kemiskinan ekstrim. Ia menyebut, angka pengangguran di Kabupaten Kuningan masih cukup tinggi, yakni di angka 7,78 persen.
“Pertama Kabupaten Kuningan itu pengangguran cukup tinggi sekitar 7,78 persen atau sekitar 48 ribu orang. Kalau dibulatkan 50.000 ribu saja. Makannya dengan 1 perusahaan, menyerap tenaga kerja 5 ribu saja. Maka cuma perlu 10 perusahaan. Itu sudah selesai pengangguran di Kuningan,” tutur Wahyu.
Selain masalah pengangguran yang bisa teratasi, lewat investasi juga angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Kuningan bisa terus ditekan bahkan diatasi.
“Yang kedua Kuningan terkenal miskin ekstrem yang bisa dilihat dari jumlah pendapatan penduduk rata rata penduduk. Jadi kalau ada 1 orang penduduk mendapatkan penghasilan kurang Rp 500 ribu itu disebut miskin ekstrem. Jadi kalau ada satu keluarga 4 orang, Rp 500 ribu dikali 4 orang itu Rp 2 juta. Jika di bawah Rp 2 juta itu miskin ekstrem. Nah dengan adanya industri yang menyerap 50.000 ribu maka sudah akan hilang 200 ribu miskin ekstrem di Kuningan hilang. UMK Kuningan Rp 2.2 jadi sudah otomatis,” tutur Wahyu.
Wahyu juga memaparkan, berbeda dengan konsep pembangunan pada umumnya yang menggunakan sistem pentahelix. Investasi di Kuningan timur akan dibangun menggunakan sistem Heptahelix. Menurutnya, jika pentahelix konsep pembangunan melibatkan 5 aktor utama yakni pemerintah, swasta, komunitas, akademisi dan media.
Sedangkan di konsep Heptahelix sendiri memiliki 7 aktor utama yakni pemerintah, swasta, komunitas, akademisi, media, investor dan diaspora. Menurut Wahyu, investor dan diaspora sengaja dimasukkan karena Kabupaten Kuningan memiliki banyak orang asli Kuningan yang sukses di luar Kuningan. Harapannya, diaspora ini dapat bersama-sama untuk berinvestasi dan membangun Kabupaten Kuningan.
Hingga sekarang, lanjut Wahyu, ada beberapa investor yang berencana akan membangun pabrik di Kawasan Kuningan Timur. Ia menargetkan dalam waktu lima tahun perusahaan tersebut dapat segera beroperasi dan menyerap tenaga kerja. Wahyu juga menjamin, para investor yang berinvestasi akan diberikan jaminan keamanan dan tidak diganggu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Sekarang itu sudah ada perusahaan eksisting. Ada juga perusahaan garmen yang sedang lagi proses menyerap sekitar di 6 sampai 10 ribu tenaga kerja. Kemarin saat ekspose Kuningan adiluhung itu juga alhamdulillah ada perusahaan pabrik sepatu yang tertarik dan inves. Sudah masuk dalam pembahasan penataan ruang. Kuningan insyaallah kondusif, aman, bisa diredam khususnya terkait dengan ormas-ormas. Malah mereka mendukung. Lima tahun bisalah selesai,” tutur Wahyu.
Untuk menjamin perusahaan yang berinvestasi tidak merusak lingkungan. Dalam prosesnya, pemerintah Kabupaten Kuningan akan membimbing dan mengarahkan agar perusahaan tidak salah langkah.
“Pada saat perusahaan ekspose rencana pembangunannya itukan diberi tanggapan. Misalkan dari Dinas Pertanian itu bukan dibangun di atas lahan sawah yang dilindungi. Dari Lingkungan Hidup juga disampaikan seperti harus menempuh dengan Amdal. Sehingga perusahaan itu tidak salah langkah dan terus dibimbing,” tutur Wahyu.
Meskipun secara konsep sudah kuat, menurut Wahyu, salah satu tantangan lain dalam membangun industri di kawasan Kuningan Timur adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya akan mengadakan banyak pelatihan lewat Balai Latihan Kerja (BLK) di Kuningan.
“SDM Kuningan kan mungkin belum sesuai juga. Jadi nanti kita kerja sama dengan BLK. Misal ada perusahaan sepatu masuk, BLK juga mengadakan pelatihan sepatu dengan perusahaan atau dana APBD sehingga masyarakat Kuningan bisa langsung digunakan perusahaan. Jangan sampai masyarakat Kuningan cuman duduk dan nonton,” pungkas Wahyu.