Sebuah spanduk pengumuman berwarna merah dengan tulisan berwarna kuning dipasang di salah satu jalan menuju permukiman warga yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Spanduk itu merupakan imbauan warga kepada kelompok anarkis yang kerap membuat kerusakan fasilitas publik.
Spanduk bertuliskan ‘KAMI WARGA MENOLAK KERAS TINDAKAN ANARKIS DAN KELOMPOK MANA PUN’ itu dipasang di pintu masuk menuju permukiman warga atau di dekat plang Jalan Gempol yang berada di Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan.
Spanduk itu dipasang pasca kejadian aksi demonstrasi yang berakhir ricuh yang terjadi di Gedung DPRD Jawa Barat pada akhir Bulan Agustus dan awal Bulan September 2025 lalu. Seperti diketahui juga, permukiman warga itu ada di belakang Wisma MPR dan Rumah Makan Sambara yang sebelumnya dibakar massa.
Bahkan pada saat demo yang berakhir ricuh sejumlah gas air mata nyasar ke permukiman warga dan membuat warga panik akibat kejadian itu.
Rudi warga sekitar mengatakan, pada aksi demo yang terjadi beberapa waktu lalu, dia mengaku was-was, pasalnya dikhawatirkan ada massa aksi yang berlari ke permukiman warga.
“Khawatir sekali, khawatir banget, ada yang lari ke sini, terus ditembak gas air mata,” kata Rudi kepada infoJabar belum lama ini.
Pria berumur 35 tahun itu berujar, di kala aksi demonstrasi yang berakhir ricuh di Gedung DPRD Jabar, sekitaran Jalan Gempol ramai dilalui massa yang berlarian menghindari kejaran pihak kepolisian.
“Di depan ini juga ramai, kebayang kalau warga yang di dalam pasti mencekam banget,” ujar Rudi.
“Suara kembang api, letusan gas air mata rame banget, warga ketakutan kalau ada demo di sana (Gedung DPRD), apalagi kemarin mes MPR dan rumah makan Sambara terbakar, itu deket banget sama permukiman, khawatir merambat ke permukiman kebakarannya,” tambah Rudi.
Apalagi menurut Rudi, di kawasan Jalan Gempol terdapat kafe dan tempat usaha. “Setuju banget spanduk ini dipasang, agar memberikan kemananan bukan hanya kepada warga, tapi pengunjung yang datang (ke kafe dan tempat usaha) di sini,” tuturnya.
Aksi demonstrasi di Gedung DPRD Jabar berakhir ricuh, gedung wakil rakyat itu jadi sasaran amarah massa, bom molotov, batu hingga material lainnya dilemparkan masa ke dalam halaman gedung itu.
Selain itu, ban bekas dibakar, hingga tembok gedung tersebut dipenuhi vandalisme. Tak hanya itu, Wisma MPR dibakar massa, begitupun Rumah Makan Sambara turut dibakar.
Di kala Rumah Makan Sambara terbakar, warga yang tinggal di Jalan Gempol dihebohkan dengan gas air mata yang nyasar ke permukiman warga. Hal tersebut dibenarkan RW setempat, Ancrahmy.
Ancrahmy mengatakan, ada dua selongsong gas air mata yang jatuh di permukiman warga. Diduga gas air mata itu ditembakan dari arah Rumah Makan Sambara.
“Ke sini dua kali, ada selongsongnya juga,” kata Ancrahmy kepada infoJabar.
Dia menyebut, jika warganya ketakutan dengan kerusuhan yang terjadi di kawasan Gedung DPRD Jawa Barat. Dikhawatirkan dampaknya merambat ke permukiman warga.
“Warga ketakutan, saya sampai beberapa kali ditelepon warga, tapi sudah kondusif,” sebutnya.
Tak hanya kafe, di jalan tersebut ada juga homestay. Akibat ada gas air mata nyasar, pengelola homestay Fania menuturkan, jika ada 9 pengunjung pilih meninggalkan homestay nya, terutama saat Rumah Makan Sambara kebakaran.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Ada (pengunjung), pas sore ada gas air mata, pas malam kita lagi jaga sebelah keluar nyaris elang, kenapa itu ada yang nyala, saya lihat sudah ada api, dan kita panggil damkar dan asisten evakuasi tamu, ada 9 orang,” terang Fania kepada infoJabar.
Homestay yang dikelolanya Fabian tepat berdiri di belakang Rumah Makan Sambara. Saat kebakaran, api menyala dan tempatnya juga digunakan Damkar untuk melakukan pemadaman.
“Belakang itu Sambara. Nyala itu kan Sambara,” ujarnya.
Demi kemanan, homestay yang dikelolanya dikosongkan dan pihaknya memastikan jika tamunya aman dan selamat dengan adanya kejadian huru hara itu. “Yang penting orang keluar dulu dan matikan listrik,” pungkasnya.