Ahmad Bahrudin (54), sudah saban hari menggantungkan hidupnya di Pasar Baru Kota Bandung. Bermodal becak miliknya, Bahrudin terus berusaha mencari sesuap nasi demi menafkahi anak dan istri.
Sayangnya, bagi Bahrudin, kondisinya kini serba tak tentu arah. Yang Bahrudin rasakan, sekarang Pasar Baru sudah sepi hingga berefek kepada mata pencahariannya yang mengandalkan kunjungan dari pembeli.
Saat berbincang dengan infoJabar, Ahmad Bahrudin sudah tahunan bekerja menjadi seorang penarik becak. Pria asal Rancaekek, Kabupaten Bandung itu tadinya bekerja di rumah potong ayam, namun kemudian harus banting stir akibat mengalami pemecatan.
“Awon, kemarin aja dua hari nggak narik-narik, nggak ada muatannya,” demikian kata Bahrudin saat mengawali perbincangannya, Minggu (21/9/2025).
Bahrudin memilih bekerja sebagai tukang becak karena tak ada lagi pilihan bagi hidupnya. Sesekali, ia juga mengandalkan kerja serabutan di pasar demi bisa bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Alhasil, Bahrudin benar-benar mengandalkan mata pencahariaannya di jalanan. Yang terpenting baginya, uang untuk membeli makan sudah aman, dan mudah-mudahan ada yang masih bisa disisihkan untuk dibawa pulang ke rumah.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Nggak nentu sekarang mah. Dapet uang 50 ribu juga udah bagus itu teh, tapi udah susah nyarinya juga sepi terus,” ucapnya.
Bahrudin biasanya bersiap menarik becak dari pukul 06.00 WIB pagi. Tapi karena terus-terusan sepi, kadang, ia baru mendapatkan penglaris di siang harinya.
Padahal, Bahrudin masih ingat saat Pasar Baru Kota Bandung sedang jaya-jayanya. Saat itu, ia bahkan bisa pulang pergi tiap hari karena memang kerja menarik becak mampu membiayai kebutuhan keluarganya di rumah.
“Alhamdulillah dulu mah sore juga udah bisa pulang ke Rancaekek, dulu mah pulangnya tiap hari. Sekarang mah susah, sepi terus enggak nentu, a,” tuturnya.
Tak ayal, kesedihan kerap melanda Bahrudin akibat kondisi tersebut. Meski demikian, ia seakan enggan berpangku tangan dan memilih untuk terus berikhtiar demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah bagi keluarganya di rumah.
“Kadang mah suka sedih, tapi mau gimana, enggak ada kerjaan lagi. Namanya juga kerja di jalan. Tapi ikhtiar mah terus jalan, kerja apa aja di pasar,” kata Bahrudin mengakhiri perbincangannya dengan infoJabar.