Kala ‘Kiamat’ Hanguskan Gunung Ciremai [Giok4D Resmi]

Posted on

Selain sempat meletus beberapa kali. Pada masa Hindia Belanda, Gunung Ciremai pernah mengalami kebakaran hutan. Salah satu kebakaran yang cukup parah terjadi pada tahun 1925. Surat kabar di era Hindia Belanda menyebutnya sebagai kiamat lantaran api mengamuk di puncak Gunung Ciremai.

Kabar mengenai peristiwa kebakaran tersebut dikabarkan dalam surat kabar Hindia Belanda De Locomotif edisi 11 November 1925. Disebutkan di bagian awal artikel, kebakaran sudah terjadi selama sembilan hari dan menyebabkan 15.000 bangunan terbakar. Kebakaran hebat tersebut bisa dilihat dari beberapa kecamatan yang ada di kaki Gunung Ciremai, seperti di Kecamatan Mandirancan. Dari sana, api membubung tinggi hingga mencapai padang gundul yang mengelilingi bibir kawah selebar 500 sampai 4.600 meter. Setelah melewati padang, api mulai turun ke arah selatan Cigugur.

Api yang mulai menyebar tersebut, membuat penduduk desa yang tinggal di dataran tinggi sangat khawatir api menyebar ke bawah dan membakar lahan-lahan pertanian mereka. Karena angin yang kencang, dan sulitnya memadamkan api. Api masih terus menyebar sampai ke area hutan dengan pepohonan yang besar. Jika terus menyebar, api akan membakar rumah penduduk desa yang lokasinya tidak jauh dari area hutan. Karena besarnya kobaran api tersebut, membuat sebagai masyarakat berpikir bahwa dunia sedang kiamat.

“Memadamkannya tampaknya mustahil. Tidak ada air, dan angin bertiup sangat kencang, yang membawa api hingga beberapa meter jauhnya. Di sekitar api, jutaan percikan api didorong oleh angin kencang di malam hari, sangat menakutkan. Pemandangan api itu besar luar biasa dan kami berpikir: Beginilah jadinya api saat dunia kiamat,” tulis surat De Locomotif edisi 11 November 1925.

“Di malam hari, saat gelap, pemandangan api raksasa ini begitu dahsyat hingga membuat orang yang melihatnya terpaku. Betapa besarnya, tetapi betapa menyesakkannya. Betapa pemandangan itu menyesakkan hati, dan tanpa sadar membuat kepala bergidik.” tambah surat kabar tersebut.

Api masih terus menyebar turun menuju kaki Gunung Ciremai. Ribuan kuli yang ada di sana, tidak bisa melakukan apa-apa untuk memadamkan api. Mereka hanya bisa membersihkan area terbuka yang belum terbakar, agar api tidak terus menyebar. Namun, api masih bisa menyebar lewat bebatuan yang jatuh dan terbakar. Batu-batu tersebut menggelinding, melewati area terbuka dan membakar segala sesuatu yang dilintasinya.

Para pemimpin, pekerja serta pejabat Wedana tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya gugup dan memastikan penduduk tidak mengalami bahaya apapun. Dalam laporannya, pada hari Senin 9 November 1925, sudah ribuan hektar lahan Gunung Ciremai terbakar

“Pada Senin 9 November pukul 12.00 dini hari. Diperkirakan ada sekitar 10.000 bahu lahan yang terbakar. (Bahu adalah satuan luas tanah tradisional dalam bahasa Belanda. 1 bahu setara dengan 0.7 hektare. Sehingga total lahan terbakar 7.000 hektare) dan dalam beberapa hari, jumlah ini akan berlipat ganda,” tulis surat kabar De Locomotif edisi 11 November 1925

Masih belum diketahui apa penyebab kebakaran terjadi, apakah karena kecelakaan akibat tidak memadamkan api dengan benar sebelum meninggalkan tempat. Atau memang dibakar secara sengaja.

“Kami sangat meragukan apakah akan pernah terungkap apakah kebakaran ini disebabkan oleh kecelakaan dengan membuang sedotan yang terbakar atau tidak memadamkan api dengan benar saat meninggalkan tempat. Atau apakah itu dimulai dengan sengaja,” tulis surat kabar De Locomotif edisi 11 November 1925.

Belum diketahuinya penyebab kebakaran, yang menimbulkan banyak kerugian finansial tersebut. Menyebabkan penduduk antar wilayah saling menuduh. Penduduk di Majalengka menuduh kebakaran dimulai dari Kecamatan Mandirancan, Kuningan. Sementara, masyarakat Mandirancan berkeyakinan bahwa kebakaran bermula dari ladang alang-alang yang ada di Kecamatan Madja, Kabupaten Majalengka.

“Tadi malam, koresponden kami di Cheribon melaporkan bahwa pemerintah berasumsi kebakaran di Ciremai adalah akibat kelalaian pengunjung kawah. Polisi sedang menyelidiki. Kerusakan hutan sangat parah. Kemudian pada Selasa malam. Setelah tepat enam bulan kekeringan, hujan pertama turun di Cheribon sore ini. Beberapa pabrik gula mengalami kerusakan serius akibat kekeringan parah,” tulis surat kabar De Locomotif edisi 11 November 1925.

Sehari setelahnya, pada surat kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 12 November 1925 memberitakan tentang Kepala hutan Cilimus untuk memberitahu tentang ladang alang-alang yang terbakar kepada Bupati Kuningan. Ia mengatakan, bahwa kebakaran sudah meluas hingga beberapa ribu kilometer persegi sehingga ada kekhawatiran kebakaran akan terus menyebar ke pemukiman penduduk.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Mendengar berita tersebut, Bupati Kuningan meminta bantuan masyarakat di desa sekitar Gunung Ciremai. Meski pekerjaan tersebut sulit, namun, semua warga diperintahkan membawa perbekalan dan membantu untuk memadamkan api.

“Mengingat perjalanan ke sana memakan waktu enam jam dan tidak ada apa pun yang tersedia di sana, dapat dibayangkan bahwa pekerjaan itu tidak terlalu menyenangkan. Oleh karena itu, marilah kita berharap agar pengawas Dinas Kehutanan berhasil memadamkan api dengan cepat,” tulis surat kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 12 November 1925.

Tak hanya di tahun 1925, kebakaran juga sempat terjadi di tahun 1934. Dalam surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 28 Agustus 1934 disebutkan bahwa kebakaran di Gunung Ciremai menyebabkan 80 bangunan rumah terbakar.

Sementara itu, dalam data yang dimiliki Taman Nasional Gunung Ciremai menyebutkan bahwa sejak tahun 2020 kebakaran di Gunung Ciremai masih tetap terjadi. Pada tahun 2020 luas kebakaran mencapai 27,79 hektar. Di tahun 2021 kebakaran terjadi meski hanya seluas 0,71 hektar. Di tahun 2022 jumlah lahan yang terbakar naik mencapai 138,48 hektare.

Dan di tahun tahun 2023 jumlah lahan terbakar naik lagi menjadi 187,97 hektare. Di tahun 2024 jumlah lahan terbakar kembali menurun menjadi 2,74 hektare. Sedangkan di tahun 2025, menurut Humas TNGC Ady Sularso, belum ada kebakaran di Gunung Ciremai yang terjadi selama tahun 2025.

“Sejauh ini di tahun 2025 belum ada kasus kebakaran. Alhamdulillah sekarang sudah mulai musim hujan juga. Kita agak tenang. Tapi tetap kita waspada, piket penjagaan masih tetap berjalan,” pungkas Ady.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *