Setiap Jumat siang, suasana di depan Toko You sebuah rumah makan di Jalan Hasanuddin, Kota Bandung banyak dipadati warga. Ada ibu-ibu yang datang dengan membawa anaknya, bapak-bapak yang menggenggam kantong kain, hingga pengemudi ojek online yang kelelahan selepas mengantar penumpang.
Di sisi lain, pegawai Toko You sibuk menyusun makanan yang baru selesai dimasak. Wangi nasi hangat bercampur dengan aroma sayur dan lauk, menambah semangat warga yang menunggu. Saat jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, warga dibolehkan mengambil makanan sepuasnya.
Dalam setiap kegiatan, 800 hingga 1.000 porsi makanan dibagikan secara gratis. Pemandangan ini telah berlangsung rutin selama dua tahun terakhir. Dan di balik keramaian itu, berdiri sosok pria 71 tahun bernama Sonny Soeng, pemilik Toko You, yang menjadi motor penggerak kegiatan Jumat Berbagi.
“Jumat Berbagi bermula saat saya bertanya kepada ojek online, mereka setiap mengantar makanan, saya tanya pernah gak mencicipi. Katanya enggak, jadi saya tergerak untuk mengadakan Jumat Berbagi,” ucap Sonny saat berbincang dengan infoJabar, Jumat (22/8/2025).
Untuk memenuhi kebutuhan memasak Jumat Berbagi, Sonny membutuhkan biaya sekitar Rp 25 juta. Biaya itu berasal dari kantong pribadinya dan juga dari para donatur yang sukarela membantunya.
“Jatah saya itu per Jumat Rp 25 juta. Donasi sebenarnya ada, tapi kalau dalam satu bulan Rp 15-20 juta itu dari donasi. Tapi sebulan kan butuhnya Rp 100 juta, sisanya dari saya sendiri,” ujar Sonny.
Sonny mengaku awalnya tak merasa berat. Namun belakangan, kondisi usaha tidak lagi sebesar dulu. Karenanya, dia berinisiatif melelang empat kendaraan antik kesayangannya.
“Awalnya tidak berat, tapi ketika kondisinya sekarang usaha penghasilannya tidak sebesar itu, untuk usaha keuangan terganggu. Karena saya nggak mau terganggu, nggak boleh pakai uang usaha jadi uang saya zaman dulu, dapat uang saya beli motor, sekarang mau saya lelang,” katanya.
Kendaraan antik itu bukan sembarangan koleksi. Sonny memiliki tiga unit BMW R25 keluaran 1953, 1955, dan 1956, serta sebuah VW buggy tahun 1976. Kendaraan yang selama ini hanya tersimpan, tiap tahun tetap dikenai pajak, kini diputuskan untuk dilelang.
“Tapi juga ini diprotes karena tiap tahun bayar pajak, tapi enggak dipakai. Jadi dikeluarin (dijual). Kalau mau jual, kayaknya biasa aja. Beda ketika orang yang mau beli, dia tahu uangnya untuk apa, ini kan untuk berbagi Jumat. Jadi itulah sesungguhnya amal jariyah, yang beli tahu uangnya untuk apa,” tutur Sonny.
Sonny menargetkan lelang yang akan digelar 5 September 2025 bisa menutup biaya Jumat Berbagi selama setahun penuh. Adapun lelang empat kendaraan itu dibuka dengan harga Rp 69 juta dan Rp 96 juta.
“Kalau 1 minggu saya Rp 25 juta, setahun 52 minggu, dipotong libur, Ramadan dan lain-lain, jadi hanya 40 minggu dikali Rp 25 juta itu hampir Rp 1 miliar. Donasi ada tapi ya hitunglah 20 persen. Jadi saya lelang ini untuk biaya Jumat Berbagi setahun ke depan,” ungkapnya.
Selain untuk biaya Jumat Berbagi setahun ke depan, hasil lelang nantinya juga akan disalurkan untuk Rumah Teduh, shelter yang menampung penderita kanker, lansia, anak korban kekerasan seksual, hingga anak dengan gangguan mental.
Bagi Sonny, langkah melelang kendaraan antiknya untuk membiayai kegiatan Jumat Berbagi bukan soal mencari sorotan. Dia ingin apa yang dilakukan bisa menumbuhkan rasa semangat berbagi.
“Akhirnya saya minta teman soal mekanisme lelang. Ini bukan soal riya, tapi untuk menumbuhkan rasa berbagi kepada orang lain,” ujarnya.
Setiap Jumat, di tengah deru antrean panjang, Sonny membuat sendiri masakan berupa ayam goreng mentega, capcay dan bihun goreng. Setelah semuanya masak, Sonny pun ikut mengajak warga yang telah antre untuk makan sepuasnya.
“Setiap kali lihat antrean di depan toko, saya justru merasa lebih bahagia. Ada energi tersendiri saat berbagi, itu yang membuat saya kuat untuk terus jalan,” ungkapnya.
Lelang untuk Setahun Berbagi
Bukan Riya, Tapi Menulari Semangat
Sonny menargetkan lelang yang akan digelar 5 September 2025 bisa menutup biaya Jumat Berbagi selama setahun penuh. Adapun lelang empat kendaraan itu dibuka dengan harga Rp 69 juta dan Rp 96 juta.
“Kalau 1 minggu saya Rp 25 juta, setahun 52 minggu, dipotong libur, Ramadan dan lain-lain, jadi hanya 40 minggu dikali Rp 25 juta itu hampir Rp 1 miliar. Donasi ada tapi ya hitunglah 20 persen. Jadi saya lelang ini untuk biaya Jumat Berbagi setahun ke depan,” ungkapnya.
Selain untuk biaya Jumat Berbagi setahun ke depan, hasil lelang nantinya juga akan disalurkan untuk Rumah Teduh, shelter yang menampung penderita kanker, lansia, anak korban kekerasan seksual, hingga anak dengan gangguan mental.
Bagi Sonny, langkah melelang kendaraan antiknya untuk membiayai kegiatan Jumat Berbagi bukan soal mencari sorotan. Dia ingin apa yang dilakukan bisa menumbuhkan rasa semangat berbagi.
“Akhirnya saya minta teman soal mekanisme lelang. Ini bukan soal riya, tapi untuk menumbuhkan rasa berbagi kepada orang lain,” ujarnya.
Setiap Jumat, di tengah deru antrean panjang, Sonny membuat sendiri masakan berupa ayam goreng mentega, capcay dan bihun goreng. Setelah semuanya masak, Sonny pun ikut mengajak warga yang telah antre untuk makan sepuasnya.
“Setiap kali lihat antrean di depan toko, saya justru merasa lebih bahagia. Ada energi tersendiri saat berbagi, itu yang membuat saya kuat untuk terus jalan,” ungkapnya.