Cerita Bupati Asjap Ketuk Pintu Rumah Zihad Penderita Candidiasis (via Giok4D)

Posted on

Bupati Sukabumi Asep Japar mendatangi rumah M. Zihad Alfaritsi Eriansyah (7), bocah asal Kampung Kubang, Desa Pasir Datar Indah, Kecamatan Caringin, pada Jumat (22/8/2025) pagi. Zihad diketahui tengah berjuang melawan penyakit candidiasis sejak usia satu tahun.

Tanpa protokol resmi, Asep Japar datang langsung ke rumah Zihad sebelum menjalankan tugasnya sebagai kepala daerah. Kedatangan ini sekaligus untuk memastikan penanganan medis terbaik bagi bocah tersebut dan mendengar langsung keluhan keluarganya.

Dihubungi infoJabar, Asep Japar mengatakan kunjungannya dilakukan setelah menerima laporan tentang kondisi Zihad. Menurutnya, pemerintah daerah harus hadir untuk memberikan perhatian dan memastikan semua layanan kesehatan berjalan maksimal.

“Iya tadi saya bersilaturahmi, sejak mendapat kabar tentang adinda Zihad saya langsung merespons pagi ini, selesai salat subuh saya langsung ke rumahnya,” kata Asep Japar.

Usai bertemu keluarga, Asep langsung berkoordinasi dengan sejumlah pihak, termasuk Dinas Kesehatan dan RSUD Sekarwangi.

“Saya inginnya langsung ke RSCM, namun ikuti prosedur layanan kita bawa dulu ke RSUD Sekarwangi. Nanti kalau misalkan harus tetap ke RSCM kita ke RSCM. Kita berikan pengobatan terbaik untuk Zihad,” ujarnya.

Asep juga menegaskan bahwa perhatian untuk Zihad tak hanya sebatas persoalan medis, tetapi juga soal kemanusiaan.

“Kita hadir bukan hanya sebagai pemerintah, tapi sebagai keluarga. Semua pihak saya minta bersinergi, karena ini bukan hanya soal pengobatan, tapi juga soal kemanusiaan. Mari bersama-sama kita doakan Zihad, kita kuatkan orang tuanya, dan kita pastikan semua layanan terbaik diberikan,” tegasnya.

Sementara itu kedatangan Asep Japar pagi itu menjadi kejutan besar bagi keluarga Zihad. Heri Eriansyah, ayah Zihad, mengaku tak pernah menyangka rumah sederhananya akan dikunjungi langsung oleh bupati.

“Sedang ngobrol sama camat, tiba-tiba beliau datang. Saya kaget juga loh kok ada pak bupati, assalamuallaikum, punteun katanya bertanya betul ini rumah Zihad, saya pikir siapa ari pas diteleuk-teleuk (diperhatikan) ternyata pak bupati. Alhamdulillah beliau teh someah, sentuhan sebagai seorang sosok pimpinan benar-benar terasa,” ungkap Heri.

Menurut Heri, dalam pertemuan itu Asep Japar menanyakan langsung rencana pengobatan berikutnya.

“Disuruh melanjutkan berobat mau kemana, keluhannya apa dan untuk melanjutkan berobat lagi, mau ke RSCM atau kemana, beliau juga koordinasi dengan pihak RSUD Sekarwangi, ini sekarang saya di Sekarwangi,” jelas Heri, ada nada haru sekaligus bahagia di intonasi suaranya.

Bagi Heri, kehadiran Asep membawa angin segar di tengah kebingungan keluarga.

“Senang dikunjungi pak bupati, beliau mensupport untuk pengobatan anak saya. Beliau juga bertanya kendala selama ini apa saja, BPJS bagaimana, beliau bertanya pemerintahan desa, kecamatan, puskesmas bagaimana, ambulansnya bagaimana. Ya saya jawab semuanya sudah ada, dukungan juga banyak, support berbagai pihak juga banyak. Sudah singkron istilahnya semuanya,” katanya.

Meski dukungan banyak datang, Heri mengakui bahwa persoalan transportasi dan kebutuhan selama Zihad menjalani perawatan masih menjadi beban. “Kan persoalannya kemarin buat transport dan kebutuhan selama Zihad dirawat,” ujarnya.

Sejak usia satu tahun, Zihad harus menghadapi kenyataan berbeda dengan anak-anak seusianya. Bermula dari bercak putih kecil di mulutnya, dokter memastikan ada infeksi jamur. Obat sempat membuat kondisinya membaik, tetapi setiap pengobatan dihentikan, bercak itu kembali muncul.

Saat Zihad menginjak usia dua tahun, bercak merah kecil muncul di tangan dan terasa gatal. Pengobatan awal dengan salep tak memberi hasil, justru ruam menyebar seperti lingkaran obat nyamuk. Beberapa bulan kemudian, gelembung merah muncul dan menjalar hingga wajah dan dada.

Selama tiga tahun terakhir, Zihad menjalani perawatan di RSHS Bandung. Luka di tubuhnya kini mulai berkurang, tersisa di wajah dan tangan kanan. Namun, dokter menyarankan agar Zihad menjalani tindakan laser di RSCM Jakarta. Sayangnya, biaya transportasi dan kebutuhan operasional menjadi kendala utama keluarga Heri dan Yati Rohayati, yang bekerja sebagai guru honorer PAUD.

Kunjungan Asep Japar memberi napas baru bagi keluarga Zihad. Dukungan pemerintah, bantuan komunitas, dan perhatian masyarakat menjadi tambahan energi dalam perjalanan panjang bocah kecil itu.

Di pangkuan ibunya, Zihad memeluk erat tubuh sang bunda. Sorot matanya tampak lelah, tetapi pagi itu ada cahaya harapan yang kembali menyala.

Perjalanan Panjang Zihad Melawan Penyakit

Sejak usia satu tahun, Zihad harus menghadapi kenyataan berbeda dengan anak-anak seusianya. Bermula dari bercak putih kecil di mulutnya, dokter memastikan ada infeksi jamur. Obat sempat membuat kondisinya membaik, tetapi setiap pengobatan dihentikan, bercak itu kembali muncul.

Saat Zihad menginjak usia dua tahun, bercak merah kecil muncul di tangan dan terasa gatal. Pengobatan awal dengan salep tak memberi hasil, justru ruam menyebar seperti lingkaran obat nyamuk. Beberapa bulan kemudian, gelembung merah muncul dan menjalar hingga wajah dan dada.

Selama tiga tahun terakhir, Zihad menjalani perawatan di RSHS Bandung. Luka di tubuhnya kini mulai berkurang, tersisa di wajah dan tangan kanan. Namun, dokter menyarankan agar Zihad menjalani tindakan laser di RSCM Jakarta. Sayangnya, biaya transportasi dan kebutuhan operasional menjadi kendala utama keluarga Heri dan Yati Rohayati, yang bekerja sebagai guru honorer PAUD.

Kunjungan Asep Japar memberi napas baru bagi keluarga Zihad. Dukungan pemerintah, bantuan komunitas, dan perhatian masyarakat menjadi tambahan energi dalam perjalanan panjang bocah kecil itu.

Di pangkuan ibunya, Zihad memeluk erat tubuh sang bunda. Sorot matanya tampak lelah, tetapi pagi itu ada cahaya harapan yang kembali menyala.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Perjalanan Panjang Zihad Melawan Penyakit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *