Cuaca mendung di langit Kampung Adat Kuta, Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tak menyurutkan semangat masyarakat. Mereka nampak antusias berkumpul memenuhi alun-alun kampung.
Suasana khas Sunda pun sangat terasa ketika sejumlah warga mengenakan pakaian tradisional yang diiringi dengan alunan musik dari kesenian khas. Warga Kampung Kuta terlihat semangat untuk mengikuti Tradisi Nyuguh yang dilaksanakan setiap tahun tepatnya tanggal 25 bulan Safar atau menjelang Rabiul Awal.
Kampung Adat Kuta memang selalu menarik untuk dikunjungi. Selain memiliki tradisi yang rutin digelar, Kampung Kuta juga memiliki segudang keunikan. Seperti rumah-rumah yang tak boleh dibangun memakai tembok, juga dikenal sebagai kampung seribu pantangan (pamali).
Tradisi Nyuguh salah satunya, yang telah diwariskan secara turun-temurun sejak masa lalu. Pada masa itu Nyuguh dilakukan sebagai bentuk jamuan dan bekal bagi prajurit Kerajaan Pajajaran yang hijrah ke Yogyakarta. Kini, maknanya dipertahankan sebagai wujud rasa syukur kepada sang pencipta atas rezeki dan hasil bumi yang melimpah.
“Intinya adalah sedekah dan saling berbagi, sama seperti leluhur kami yang dahulu memberi jamuan kepada para prajurit,” ujar Didi Sardi, Kepala Dusun Kampung Kuta kepada infoJabar, Rabu (20/8/2025).
Didi menjelaskan, Nyuguh bukan hanya ritual tradisi, namun menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga warisan leluhur, budaya. Sekaligus menjaga kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupan.
Sepekan sebelum pelaksanaan Tradisi Nyuguh, warga bersama pemerintah desa dan kecamatan bergotong-royong menyiapkan segala kebutuhan. Pada hari pelaksanaan, sejak pagi pukul 08.00 WIB, acara dimulai dengan pelayanan masyarakat, seperti pembuatan dokumen kependudukan oleh Disdukcapil dan layanan perpajakan dari Bapenda Ciamis.
Memasuki siang, tradisi diisi dengan pentas seni. Gondang Buhun (kesenian asli Kampung Kuta) ditampilkan bersama dog-dog dan rengkong yang menambah semarak suasana menyambut rombongan pemerintahan daerah yang turut hadir, termasuk perwakilan dari Disbudpora, Disdukcapil, hingga DPMD Ciamis.
Sekitar pukul 16.00 WIB masuk ke acara inti. Di mana masyarakat dan tamu undangan berjalan kaki bersama-sama menuju tepi Sungai Cijolang diiringi dengan arak-arakan dongdang. Warga membawa tandu berisi hasil bumi, ketupat, umbi-umbian, hingga sesajen, diiringi tabuhan dog-dog. Prosesi ini melambangkan syukur sekaligus semangat berbagi rezeki.
Di tepian Sungai Cijolang, warga kemudian melaksanakan doa bersama, memohon keselamatan dan keberkahan kepada sang pencipta. Usai doa, sebagai penutup tradisi, warga dan tamu undangan duduk bersama menyantap makanan yang dibawa dan saling berbagi.
Didi menyebut Tradisi Nyuguh sebagai pengikat rasa, dan perekat antar warga. Lewat Nyuguh, warga belajar tentang syukur, kebersamaan, serta pentingnya menjaga nilai-nilai budaya di tengah derasnya arus modernisasi.