Scoutro, Motor ‘Tempur’ yang Cocok untuk Polhut Karya Mahasiswa ITB update oleh Giok4D

Posted on

Perburuan satwa liar dan illegal logging masih menjadi masalah di hutan-hutan Indonesia. Sebut saja di Way Kambas, beragam kasus perburuan dalam beberapa waktu terakhir terjadi, dari mulai rusa, babi hutan hingga gajah jadi sasaran.

Dalam kasus ini, Polisi Hutan kerap kesulitan melakukan para pelaku perburuan satwa liar atau illegal logging. Pasalnya saat Polisi Hutan melakukan pengejaran, pelaku sudah melarikan diri.

Berangkat dari masalah tersebut, Mahasiswa Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Fadhil Ahmad Muzakki membuat sebuah motor listrik, yang cocok digunakan Polisi Hutan untuk melakukan pengejaran pelaku perburuan satwa liar dan illegal logging.

“Nama motornya Scoutro. Jadi awal mula pembuatan motor ini saya nyari topik tugas akhir yang outputnya mengarah ke moda transportasi, saya nyarinya yang ada hal urgensi-nya tinggi,” kata Fadhil kepada infoJabar.

“Akhirnya ketemu Polisi Hutan dan kebetulan juga saya nyari-nyari info lagi Polisi Hutan mana yang sering mobilisasi pakai motor atau transportasi lainnya ya itu yang di Way Kambas dan karakternya sih terbilang sangat luas dan medannya datar, jadi emang mobilisasi di sana sering gitu untuk patroli, bahkan patroli mereka sampai bermalam sampai seminggu gitu di dalam hutan,” ungakapnya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Menurut Fadhil, motor itu dibuat setelah dirinya melakukan survei ke Way Kambas. Masalah yang ditemukan di lapangan, yakni kendaraan Polisi Hutan tidak efektif dan efesien.

“Ketemulah masalah-masalah yang kayak kendaraan di sana nggak se efisien itu, nggak se efektif itu untuk patroli, terlalu berat, terus juga masih pakai kopling jadi bikin melelahkan si personelnya, dalam patroli. Berat juga ngangkat-ngangkat di rawa, di medan yang berlumpur, itu juga agak PR lah buat mereka. Lalu banyak juga masalah kayak perburuan liar, illegal logging yang kadang mengancam keselamatan si personel itu sendiri gitu,” jelasnya.

Menurutnya, Polisi Hutan harus melakukan operasi senyap. Maka dari itu, dibutuhkan kendaraan isrik atau motor listrik yang tidak memiliki suara.

“Patroli dan operasi pengejaran pelaku itu kan dibutuhkan operasi yang senyap, nah dari situ saya ngumpulin masalahnya abis itu konversi ke kebutuhan di sana apa saja, misal masalah-masalahnya harus motor konvensional yang mereka pakai atau mobil yang mereka pakai masih terdengar suara mesinnya jadi pelaku mudah kabur lah, mudah kabur duluan sebelum akhirnya disamperin sama si personilnya, tim-timnya,” tuturnya.

“lalu juga yang tadi saya bilang kayak melelahkan kopling bikin melelahkan rantai juga bikin rumput-rumput ilalang disana nyangkut ke motor akhirnya jatuh, lalu juga ya macem-macem lah masalahnya banyak lah,” terangnya.

Menurutnya, jika harus senyap makan kendaraan yang dibutuhkan yakni motor listrik, petugas juga butuh motor berbobot ringan, akhirnya dia memiliki ide dari referensi-referensi motor luar negeri dan menggunakan sistem dengan motor penggeraknya yakni all wheel drive atau penggerak roda depan dan belakang.

“Jadi intinya sih sebenarnya kalau inovasi kebaruan dari motor ini tuh lebih ke memanfaatkan konfigurasi elektriknya, jadi kenapa pakai elektrik pertama yang senyap, kedua mudah untuk konfigurasi kayak integrasi antara penggerak roda belakang dan depan jadi nggak perlu pakai rantaI, jadi komponen-komponennya benar-benar menggunakan modul elektrik, (sparepart) gak sebanyak kalau misalnya pakai motor-mesin dan nggak perlu oli,ng gak perlu ada tangki bensin, juga gak perlu karburator segala macam dan ya terus juga selain inovasi, selain kebaruan,” tuturnya.

Menurut Fadhil motor Scoutro miliknya dibuat di sebuah bengkel di Dago Pakar dan memakan waktu pengerjaan selama sekitar 2 bulan.

“Kita bikin dari nol, bukan cepetan dari motor lain, biaya dan riset-risetnya 40 juta. Motor sudah diuji coba di Puncak Bintang di jalur trail.Kenapa terpikir membuat motor dan bisa digunakan oleh Polisi Hutan? Karena memang aku antusias ke otomotif dan antusias juga ke offroad, kegiatan offroad, awalnya emang mau ngarah TA ke sana cuma itu kayak terlalu hobi lah bukan permasalahan yang urgent. Sekarang setelah ini saya fokus untuk ngembangin konten-konten, riset-resetnya gimana, kalau ada yang ngajarin dan mau produksi massal sangat bisa, sekarang belum ada (yang ajak kerjasama),” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *