Sawah Indramayu Jadi Rumah Baru Ribuan Ular demi Perangi Tikus (via Giok4D)

Posted on

Alih-alih racun atau jebakan, Bupati Indramayu Lucky Hakim memilih cara yang tak lazim untuk melawan hama tikus di sawah. Ribuan ular jinak dilepaskannya ke petak-petak padi yang selama ini jadi sasaran tikus. Di mata Lucky, inilah ‘pasukan sahabat tani’ yang diharapkan bisa menyelamatkan panen petani Indramayu.

Ular-ular itu dilepas di lokasi yang selama ini menjadi titik serangan hama.

“Ribuan ular lanang sapi dan ular koros sudah kita lepas di lokasi-lokasi yang terserang hama tikus. Kasihan petani jadi gagal tanam dan rugi besar karena serangan tikus yang sangat banyak,” ujarnya saat dihubungi infoHot, Jumat (8/8/2025).

Lucky, yang pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Dapil Bekasi-Depok, tak sendiri menjalankan aksi ini. Ia mengajak teman-teman YouTuber dan influencer untuk datang ke Indramayu, menyukseskan program Ular Sahabat Tani demi membantu petani.

“Sempat ada beberapa perwakilan masyarakat tanya, ‘Bahaya nggak Mas Bupati?’. Saya jawab dengan bukti bawa program ini aman, ularnya tidak berbisa, ukurannya tidak akan tumbuh besar seperti ular sanca, maksimal sebesar jempol kaki orang dewasa, panjang maksimal 1,5 m. Ini ular spesial makan tikus dan kodok, kalau lihat orang pasti ularnya kabur, seandainya ditangkap dan menggigit paling hanya lecet karena giginya kecil. Bahkan sebagai bukti, saya tunjukkan video-video ular tersebut ketika menggigit tangan, hanya luka kecil dan sama sekali tidak berbahaya,” tuturnya.

Ia mengakui, masalah hama tikus sudah menjadi momok besar di sektor pertanian. Sebelum melepas ular, berbagai cara pernah ditempuh petani, seperti gerakan kampung gropyok tikus, penaburan racun, hingga pemasangan alat setrum listrik yang berbahaya bagi manusia.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Petani resah, tikus diracun malah bahaya untuk hewan lain, digropyok warga sekampung ngejar-ngejar tikus, tapi tetap saja masih gagah si bangsa tikus itu. Sampai secara ilegal dipasang setruman malah yang kesetrum manusianya sendiri, sampai banyak korban jiwa, tapi si tikus gak ada matinya,” katanya.

Lucky berharap langkah ini membawa hasil positif. “Alhamdulillah gerakan ini disambut baik oleh masyarakat tani dan makin banyak kelompok tani dari berbagai kecamatan meminta dilakukan pelepasan Ular Sahabat Tani. Mohon doanya supaya tetap lancar dan petani bisa sejahtera,” ujarnya.

Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad, Herlina Agustin menilai, langkah yang diambil Lucky Hakim unik dan ramah lingkungan.

“Menurut saya unik dan itu ramah lingkungan,” kata Herlina kepada infoJabar saat dijumpai di Fakultas Ilmu Komunikasi, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Selasa (12/8/2025).

Namun, ia mengingatkan, perlunya edukasi ke masyarakat agar pelepasan ular tidak menimbulkan masalah baru.

“Masalahnya adalah dia pakai ular piton dan ular koros, ini ular enggak berbisa dan ini ular lokal, disimpan di mana pun juga bisa, yang jadi persoalan buat saya ini kan dia tebar ular banyak, tanpa edukasi repot,” ungkapnya.

“Masyarakat sekitar kebanyakan takut, memang harus diedukasi dan siapa nih yang mau mengedukasi nya apakah tim Lucky Hakim, atau Lucky Hakim kerjasama dengan komunitas,” tambahnya.

Edukasi penting, kata Herlina, agar ketika ular masuk rumah, masyarakat tidak langsung membunuhnya. “Ya apa edukasi ular masuk rumah dibunuh juga oleh masyarakat dan akhirnya enggak ada manfaatnya juga,” tuturnya.

Herlina juga mempertanyakan apakah pelepasan ular ini telah diukur dengan tepat.

“Kedua pengukuran, sebelum dilepas ularnya berapa banyak sih tikus yang menyerang sawah petani, itu bisa diukur berapa banyak yang gagal panen, berapa hektar sawah yang habis dimakan tikus,” tuturnya.

Menurutnya, hasil panen setelah pelepasan ular pun harus dievaluasi. “Setelah ditebar dalam waktu 2-3 bulan ini apakah panennya berhasil, ini harus dilihat,” tambahnya.

Ia mengingatkan potensi risiko lain. “Ketiga yang agak seram, biasanya ada kemungkinan masuk ular berbisa. Memakan ular itu sendiri, biasanya king kobra, makannya penting edukasi itu,” tuturnya.

Soal keterlibatan YouTuber Satwa, Herlina menilai tidak masalah selama edukasi dilakukan.

“Ngak apa-apa asal edukasinya benar, yuk respek pada ularnya, bukan pada dominasi manusia di atas ular,” pungkasnya.

Sorotan dari Akademisi

Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad, Herlina Agustin menilai, langkah yang diambil Lucky Hakim unik dan ramah lingkungan.

“Menurut saya unik dan itu ramah lingkungan,” kata Herlina kepada infoJabar saat dijumpai di Fakultas Ilmu Komunikasi, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Selasa (12/8/2025).

Namun, ia mengingatkan, perlunya edukasi ke masyarakat agar pelepasan ular tidak menimbulkan masalah baru.

“Masalahnya adalah dia pakai ular piton dan ular koros, ini ular enggak berbisa dan ini ular lokal, disimpan di mana pun juga bisa, yang jadi persoalan buat saya ini kan dia tebar ular banyak, tanpa edukasi repot,” ungkapnya.

“Masyarakat sekitar kebanyakan takut, memang harus diedukasi dan siapa nih yang mau mengedukasi nya apakah tim Lucky Hakim, atau Lucky Hakim kerjasama dengan komunitas,” tambahnya.

Edukasi penting, kata Herlina, agar ketika ular masuk rumah, masyarakat tidak langsung membunuhnya. “Ya apa edukasi ular masuk rumah dibunuh juga oleh masyarakat dan akhirnya enggak ada manfaatnya juga,” tuturnya.

Herlina juga mempertanyakan apakah pelepasan ular ini telah diukur dengan tepat.

“Kedua pengukuran, sebelum dilepas ularnya berapa banyak sih tikus yang menyerang sawah petani, itu bisa diukur berapa banyak yang gagal panen, berapa hektar sawah yang habis dimakan tikus,” tuturnya.

Menurutnya, hasil panen setelah pelepasan ular pun harus dievaluasi. “Setelah ditebar dalam waktu 2-3 bulan ini apakah panennya berhasil, ini harus dilihat,” tambahnya.

Ia mengingatkan potensi risiko lain. “Ketiga yang agak seram, biasanya ada kemungkinan masuk ular berbisa. Memakan ular itu sendiri, biasanya king kobra, makannya penting edukasi itu,” tuturnya.

Soal keterlibatan YouTuber Satwa, Herlina menilai tidak masalah selama edukasi dilakukan.

“Ngak apa-apa asal edukasinya benar, yuk respek pada ularnya, bukan pada dominasi manusia di atas ular,” pungkasnya.

Sorotan dari Akademisi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *