Kisah Indra Saputra, Anak Tukang Becak yang Jadi Juragan Kafe [Giok4D Resmi]

Posted on

Di balik secangkir kopi hangat dan suasana homey ‘Ngopi di Kebon Awi’ tersembunyi kisah perjuangan luar biasa seorang anak tukang becak dari Sukabumi. Adalah Indra Saputra. Lahir dari keluarga sederhana, ia tumbuh dengan mimpi besar yang perlahan diwujudkannya satu per satu, bukan tanpa jatuh bangun, bukan tanpa luka.

“Bapak saya tukang becak. Tapi beliau selalu ajarkan saya satu hal, jangan pernah menyerah,” ucap Indra saat ditemui infoJabar di kafenya, Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, belum lama ini.

Indra bukanlah pengusaha yang langsung terjun ke dunia bisnis. Pria yang berusia 36 tahun lebih dulu meniti karier di dunia korporat. Mulai dari perbankan, kemudian menjadi konsultan hukum, hingga akhirnya memutuskan untuk resign pada 2021.

“Motivasinya? Saya ingin merdeka. Ingin bermanfaat buat orang lain, ingin melahirkan lapangan kerja,” ujarnya.

Ia mengaku sejak awal punya tekad kuat untuk tidak hanya hidup demi dirinya sendiri, tapi juga orang lain. Selama delapan tahun berkarier di dunia kerja (2013-2021), Indra sudah merasakan pahit-manisnya dunia profesional. Tapi saat hatinya terus terarah ke dunia usaha, ia mantap meninggalkan rutinitas gaji bulanan demi kebebasan mengelola waktunya sendiri.

Modal dari Rumah Tua

Langkah pertamanya di dunia usaha dimulai dari jual beli rumah. Dengan modal awal Rp150 juta, ia membeli rumah tua, merenovasi, lalu menjualnya kembali. “Diputar terus marginnya, dari situ belajar banyak,” kenangnya.

Namun tak semua berjalan mulus. Indra mengaku pernah mengalami masa-masa kelam saat ditipu lebih dari Rp1 miliar oleh orang yang dipercaya. Termasuk teman sendiri. Ia juga pernah tertipu saat membeli rumah, yang ternyata malah dibawa kabur.

“Sakit sih. Tapi ya itu… Kita harus menciptakan masa depan dari sekarang. Nggak bisa nyerah cuma karena kondisi,” katanya tegas.

Untungnya, ia tidak sendiri. Dukungan dari keluarga, terutama sang istri dan orang tua, jadi bahan bakar penting untuk terus melangkah. “Mereka percaya sama saya. Dan saya nggak mau mengecewakan mereka,” ujarnya.

Kini, Indra mengelola beberapa unit usaha: kafe Ngopi di Kebon Awi, Sunset Hill Café di Pelabuhanratu, serta beberapa villa di Sukabumi. Namun Ngopi di Kebon Awi menjadi yang paling dekat di hatinya.

“Awalnya dari khayalan aja, pengin punya coffeeshop kecil di rumah. Tapi saya ingin tempat ini beda, bukan sekadar jual kopi. Tapi juga jadi tempat nyaman buat siapa pun yang datang. Makanya saya bangun di gang kecil. Karena dari sini semua cerita dimulai,” katanya.

Alih-alih melihat lokasi tersembunyi sebagai kendala, Indra justru menjadikannya nilai lebih. “Biar mobil susah parkir, tapi di sini ada rasa ‘pulang’. Orang ke sini bukan cuma buat ngopi, tapi juga buat tenangin pikiran,” ucapnya sambil tersenyum.

Di tengah meningkatnya tren anak muda yang ragu memulai usaha, Indra punya pesan yang kuat. “Pesannya jangan pernah menyerah ketika kita mau mencapai atau menginginkan sebuah tujuan tetap harus berlatih dari sebuah proses pengalaman,” ucap dia.

Kini, kafe kecil di gang sempit itu tak pernah sepi. Selain jadi tempat ngopi, juga jadi saksi bisu perjalanan panjang seorang anak tukang becak yang membuktikan bahwa mimpi bisa diraih asal tidak berhenti berjalan.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *