Sebuah kolam darurat berwarna oranye berbahan terpal berdiri di tengah jalan tanah. Ember, jeriken, galon, dan berbagai wadah air tertata rapi di sekelilingnya. Sejumlah warga, dari anak-anak hingga orang tua, tampak sibuk mengambil air, berbagi satu-satunya sumber air bersih yang tersedia hari itu.
Beginilah potret krisis air bersih yang melanda tiga kampung tepatnya di Kampung Pondok Tisu, Legok Picung, dan Kamandoran di Desa Karang Tengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Hampir satu tahun sudah warga bergantung pada bantuan air dari BPBD, setelah Daerah Irigasi (DI) Leuwi Bangga di wilayah mereka jebol dan tak kunjung diperbaiki.
“Lamanya sudah setahun. Awal kejadian gara-gara irigasi jebol. Biasanya kita jarang kekurangan air, subur di sini,” ujar Herli (57), tokoh masyarakat setempat, yang ikut antre menimba air bersama warga lainnya.
“Sekarang irigasi jebol terus kekurangan airnya. Petani-petani juga susah, kasihan lah, total parah. Susukan teh teu aya pisan, boro-boro sumur, nyawah ge geus teu bisa nyawah,” sambungnya.
Tak kurang dari 70 hektare sawah di kawasan tersebut kini tidak lagi bisa ditanami. Selama tiga musim tanam terakhir, para petani gagal panen total. Irigasi yang dulu menghidupi lahan pertanian kini tak lagi berfungsi. Yang tersisa hanyalah sungai kecil yang jauhnya lebih dari satu kilometer.
Warga seperti Hindun (52) terpaksa berjalan kaki bolak-balik ke sungai setiap hari hanya untuk mendapatkan seember air. Di usianya yang tak lagi muda, Hindun mengaku kesulitan untuk mengambil air di sungai.
“Sumur pada kering, jauh ke sana ke sungai, capek tiap hari. Hampir 1 kilometer lebih, ke bawah. Pulangnya nanjak. Barusan juga baru pulang sambil salat di sungai,” ucap Hindun sembari mengisi air ke dalam ember putihnya.
Hindun juga menjelaskan, akibat kerusakan irigasi, para petani di desanya hanya bisa menanam sayur, itu pun tidak selalu berhasil. “Petani nggak bisa tanam padi, cuma bisa sayur mayur itu juga kalau jadi. Kalau nggak berhasil ya nggak hasil sama sekali,” keluhnya.
Keduanya berharap, pemerintah turun tangan lebih serius. Warga berharap, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Bupati Sukabumi dapat segera memperbaiki saluran irigasi yang rusak tersebut.
“Mudah-mudahan ku Pak Dedi jeung Pak Asep diperhatoskeun, dipercepat da sudah setahun ini. Kasian warga petani di sini. Kalau irigasi benar mah nggak bakal disumbang air lagi,” ucap dia.
Kepala Dusun Legok Picung, Ferdi menjelaskan bahwa kerusakan bendungan membuat pasokan air resapan dari selokan dan sumber alami benar-benar terputus. Dampaknya, sumur-sumur milik warga mengering drastis.
“Karena warga di sini sumber airnya dari resapan, dari air selokan. Kalau kekeringan, otomatis sumur warga juga kering. Apalagi sejak ada proyek tol, pengeboran juga bikin resapan hilang,” jelasnya.
Krisis air ini melanda total 13 RT di dua RW, dengan jumlah warga terdampak mencapai 150 kepala keluarga (KK). Di RW 10 terdapat 4 RT, sementara di RT 9 ada 3 RT. Dari total sumur yang ada, sekitar 80 persen sudah benar-benar kering, meskipun warga sudah mencoba melakukan pendalaman sumur hingga 20 meter.
“Warga juga inisiatif gali sumur lebih dalam, tapi tetap aja nggak keluar air. Paling mentok di 15 sampai 20 meter kedalaman,” kata Ferdi.
Situasi ini memaksa sebagian warga bolak-balik ke sungai untuk mengambil air. Namun kondisi itu pun mengandung risiko, terutama jika sewaktu-waktu air sungai mendadak deras.
“Mereka bolak-balik ke sungai juga sebenarnya takut, karena kalau air tiba-tiba deras kan bisa bahaya juga,” tambahnya.
Untuk sementara, warga mengandalkan pasokan air bersih dari berbagai pihak. Total sudah enam kali bantuan air datang dari PDAM dan dua kali dari BPBD Kabupaten Sukabumi. Bantuan ini sangat berarti bagi warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain menanti perbaikan bendungan, pihaknya juga berharap rencana pembuatan sumur bor di masjid desa bisa segera terealisasi. Namun sejauh ini, rencana tersebut masih belum jelas waktunya.
“Mudah-mudahan Agustus juga ada sumur bor, tapi kita masih menunggu. Karena sampai sekarang belum ada kepastian kapan dimulai,” tutup Ferdi.
Menanggapi kondisi tersebut, BPBD Kabupaten Sukabumi menurunkan 5.000 liter air bersih. Air itu dibagikan untuk 150 kepala keluarga.
“Ketika kami mendistribusikan air bersih ke lokasi yang terdampak kekeringan antusias warga sangat luar biasa karena ini sudah cukup lama ada bendungan yang jebol sehingga mengakibatkan 150 KK kurang lebih yang terdampak,” kata Satgas PB BPBD Kabupaten Sukabumi Imam Ihsani Kamal.
Imam menyebutkan, air yang dibagikan itu bersumber dari PDAM Kabupaten Sukabumi. Pihaknya sudah dua kali mendistribusikan air bersih ke tiga kampung tersebut.
“Iya betul (irigasi jebol) berdampak kepada resapan yang kurang, jadi sumber-sumber kering. Kemungkinan satu tahun, apalagi situasi sekarang kemarau,” tutupnya.