Mangga dan pisang menjadi komoditas pertanian unggulan desa satu ini. Buah-buahan memang bukan barang langka, di desa yang berada di ketinggian sekitar 171 meter di atas laut (Mdpl) itu. Desa ini memiliki keunikan tersendiri karena di desa yang ada di atas perbukitan itu hidup ratusan kura-kura langka bertempurung lunak atau yang dikenal sebagai bulus atau labi-labi.
Desa yang dimaksud yakni Desa Belawa yang berada di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, dan kini juga sudah bertransformasi sebagai Desa Wisata Cikuya. Seperti namanya, kuya berasal dari Bahasa Sunda, jika diartikan dalam Bahasa Indonesia yakni kura-kura.
Pada Event akbar Sunda Karsa Fest: Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) x West Java Sharia Economic Festival (WJSEF) x Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) 2025 yang digelar Pemprov Jabar dan BI Jabar di Trans Studio Mall, bulus raksasa yang sudah diawetkan dan berumur puluhan tahun, mejeng di booth milik Desa Wisata, Kabupaten Cirebon.
infoJabar melihat langsung penampakan bulus raksasa yang sudah diawetkan itu. Bulus tersebut mencuri perhatian banyak orang, pasalnya mereka jarang melihat bulus dengan ukuran tak biasa itu. Tak jarang sesekali pengunjung yang datang meraba bukan mengamati bagian-bagian tubuh bulus ini.
Tak hanya itu di booth ini juga terdapat banyak telur bulus dan bulus hidup seukuran piring makan besar juga turut ditampilkan. Pengunjung yang datang ke booth tersebut mendapatkan banyak edukasi dengan satwa yang menghuni Desa Belawa ini.
“Ini bulus, jenisnya Amyda cartilaginea, status di alam sudah hampir jarang,” kata pengelola Objek Wisata Cikuya Desa Belawa Arif di TSM Bandung, Minggu (20/7/2025.
Awod sapaan karibnya mengungkapkan, bulus atau yang kerap disebut kura-kura Belawa oleh masyarakat sekitar, sudah hidup ratusan tahun lalu. Menariknya bulus ini hidup di dataran tinggi yang notabene tidak ada sungai hingga danau.
“Bikin anehnya Desa Belawa itu pegunungan, jenis bulus ini biasa hidup di dataran rendah, sungai besar dan rawa yang berlumpur, di Belawa tidak ada sungai besar dan tidak ada rawa, tapi ada bulus,” ungkapnya.
Awod mengungkapkan, kehadiran Objek Wisata Cikuya Desa Belawa bukan hanya objek wisata biasa, melainkan juga menjadi pusat konservasi dan edukasi kura-kura Belawa. “Bulus ini tidak tahu hidup sejak kapan di Belawa, kita sebagai pengurus terus lestarikan hewan yang ada di Cirebon, ini jadi aset Kabupaten Cirebon untuk Jawa Barat terus dilestarikan,” ungkapnya.
“Di sana ada tempat konservasinya, ada kolam setelah bertelur kita simpan di ruang penetasan,” tambahnya.
Masyarakat Belawa sangat menjaga keberadaan kura-kura Belawa. Menurut Awod, masyarakat di sana percaya jika ada yang mengambil bulus maka mereka akan mendapatkan malapetaka.
“Satwa ini belum langka, tapi masyarakat percaya bahwa kesan itu harus dijaga kelestariannya, ada mitosnya, mitosnya kalau ambil bulus di sana bisa mati dan kecelakaan,” ujarnya.
Awod menjelaskan, mitos itu beredar agar masyarakat di sana tetap menjaga satwa tersebut yang menjadi daya tarik Desa Belawa. “Tapi mitos itu beredar dengan tujuan untuk menjaga kelestarian alam,” ujarnya.
Menurut Awod, 15 tahun lalu di Desa Belawa sempat terjadi kematian masal kura-kura Belawa ini, dan meninggalkan sejumlah individu yang masih hidup. Dalam kejadian ini, ratusan bulus mati.
“2010 kita alami kematian massal diakibatkan pencemaran air dan kena bakteri, jadi menyerang bulus, ratusan mati, yang sudah berusia ratusan tahun dan tersisa beberapa puluh ekor dan alhamdulillah hingga saat ini banyak lagi, di alam pun sudah banyak lagi,” paparnya.
Awod sebut, keberadaan Objek Wisata Cikuya yang berada di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon menjadi objek wisata edukasi yang dapat dikunjungi khususnya bagi para pelajar. “Pengunjungnya masih daerah Cirebon juga, Kuningan juga ada, kami harap dengan kegiatan ini banyak warga yang mengetahui kura-kura Belawa dan berminat datang ke Desa Belawa,” ujarnya.
Objek Wisata Cikuya berada di desa dengan suasana alam yang masih asri dengan udara masih segar dan sejuk tanpa polusi dan memiliki oksigen yang baik. Harga tiket masuk ke obyek wisata ini cukup terjangkau hanya Rp5 ribu per orang.
“Objek Wisata Cikuya dikelola Pokdarwis di bawah naungan Desa Belawa dan Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon. Apa yang kita lakukan untuk jaga kearifan lokal, dengan perburuan di alam nanti punah, sebagai pengurus dan warga harus menjaga di ambang kepunahan,” jelasnya.
“Sekarang kegiatannya untuk anak sekolah, outing kelas dan anak-anak mahasiswa yang melakukan penelitian,” ujarnya.
Ada yang menarik dalam KKJ, WJSEF dan PKJB 2025, di mana desa wisata di sejumlah daerah di Jawa Barat berunjuk gigi, salah satunya Desa Belawa.
Dalam sambutannya, Kepala BI Jabar Muhamad Nur mengatakan, Sunda Karsa Fest 2025 merupakan event monumental dan bersejarah sebagai bentuk nyata semangat kolaborasi ekonomi dan budaya di Jawa Barat.
“Sunda Karsa Fest merupakan representasi sinergi ekonomi kerakyatan dan penguatan budaya lokal dalam kerangka digital,” ujarnya.
Nur menyebut, Sunda Karsa Fest merupakan pengembangan UMKM, budaya dan pariwisata di Jawa Barat menjadi program kerja strategis Bank Indonesia. Melalui pendekatan ‘lembur diurus, kota ditata’.
“Pemprov Jawa Barat, Bank Indonesia mendukung penguatan desa-desa wisata binaan serta pelestarian budaya Jawa Barat guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” pungkasnya.