Dampak Jarak Sekolah dari Permukiman di SDN Kertasari 3 Majalengka | Giok4D

Posted on

Jauh dari hiruk-pikuk permukiman, SDN Kertasari 3 berdiri di tengah-tengah sawah. Sekolah yang dibangun dari alih fungsi lahan akibat proyek Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati itu kini harus bertahan dalam sepi.

Lokasinya berada di Dusun Parugpug, Desa Kertasari, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Jarak sekolah ke area permukiman kurang lebih sekitar 200 meter, itu pun hanya terdiri dari enam rumah.

Sementara dusun tetangga terdekat seperti Asamnunggal, jaraknya pun cukup jauh, kurang lebih sekitar satu kilometer. Karsa, warga Dusun Asamnunggal menceritakan kenapa sekolah tersebut dibangun jauh dari permukiman. Menurutnya, SDN Kertasari 3 ini dulunya dibangun sebagai relokasi dari SDN Kertasari 1 yang terdampak pembangunan landasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.

“Jadi gini waktu tahun 2023 dibangun oleh pemerintah alihan SD Kertasari 1 itu 2023. Karena di sana itu kena dampak landasan bandara. Lalu oleh pemerintah dibangun SD ini,” kata Karsa saat diwawancarai infoJabar, Jumat (11/7/2025).

Selain sekolah, semestinya fasilitas lain seperti kantor desa dan masjid juga ikut dipindahkan ke area tersebut. Namun, hingga kini, bangunan-bangunan itu belum kunjung hadir. SDN Kertasari 3 pun menjadi satu-satunya fasilitas publik yang benar-benar berdiri di antara hamparan sawah itu.

“Katanya sarana pemerintah desa, masjid juga (harusnya dibangun) di sini tapi nyampe sekarang belum dibangun (kantor) desa sama masjid,” ujarnya.

Namun persoalan tersebut tidak hanya sampai di sana. Akibat alih fungsi lahan, sekolah tersebut kini menjadi sepi peminat. Padahal fasilitas sekolah terbilang bagus.

“Kondisi sekolahnya alhamdulilah normal, bagus lah. Kendalanya ada di siswa (sedikit),” ucapnya.

Dusun Asamnunggal sendiri, kata Karsa, hanya terdiri 87 rumah. Jumlah ini dinilai terlalu kecil untuk menopang sebuah sekolah dasar dengan jumlah siswa ideal. Akibatnya, ruang kelas yang cukup representatif itu tampak lengang.

Bahkan menurut penuturan Kepala SDN Kertasari 3 Sofia Widawaty, jumlah peserta didik di sekolahnya sangat minim. Pada pendaftaran tahun ajaran baru 2025/2026 pun belum ada siswa baru yang mendaftar.

“Saya ngejabat jadi kepala sekolah di sini pada Desember 2023 jadi baru satu tahun setengah. Saya ke sini tuh kelas 1 posisinya nggak ada (siswa). Tahun ajaran 2024/2025 ada tiga orang yang masuk, sekarang mereka naik ke kelas 2. Tapi yang sekarang (2025/2026), sampai hari ini belum ada siswa yang daftar,” kata Sofia saat dihubungi kemarin.

Menurut Sofia, kendala jarak yang cukup jauh dari pemukiman membuat warga banyak yang menyekolahkan anaknya ke sekolah lain.

“Kebanyakan memilih ke SDN Kertasari 2 biar lebih dekat katanya,” ujarnya.

Tak hanya kekurangan murid, SDN Kertasari 3 juga mengalami krisis tenaga pengajar. Saat ini hanya ada satu guru aktif, yakni Sofia sendiri. Ia merangkap sebagai kepala sekolah dan guru untuk seluruh kelas.

“Guru satu orang pensiun, sekarang tinggal saya sendiri. Semua kelas saya ajar. Kelasnya disatukan, jadi 1, 2, 3 jadi satu rombel, kelas 4, 5 dan 6satu rombel lagi. Materinya tetap beda-beda, tapi saya ajar bergantian. Lumayan nguras energi, tapi alhamdulillah tetap happy,” ucapnya.

Sofia mengaku siap jika sekolah tempatnya bertugas digabung (merger) dengan sekolah lain, seperti wacana yang kerap muncul untuk sekolah-sekolah dengan jumlah siswa minim. Namun selama masih ada murid, ia berharap sekolah tetap bisa berjalan.

“Kalau dimarger saya ikut aja. Tapi selama masih ada siswa mah insyaallah saya terima. Harapannya ya yang terbaik aja, saya juga siap jauh dari rumah, yang penting sekolah ini tetap ada,” ungkap guru asal Desa Pasiripis itu.

Sofia berharap Dinas Pendidikan bisa memberikan solusi terbaik. “Sekolah ini butuh murid. Bangunan juga sudah bagus, sayang kalau kosong. Harapan terbaik aja buat Pak Kadis,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, jumlah murid di sekolah tersebut ada 18 orang siswa. “Kelas 2 ada 3 orang, kelas 3 ada 4 orang, kelas 4 ada 3 orang dan kelas 6 ada 8 orang,” ujarnya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Kekhawatiran soal jumlah siswa ternyata berdampak lebih dalam pada kehidupan anak-anak. Rustini, seorang warga yang tak jauh dari sekolah tersebut, memilih menyekolahkan anaknya di kampung sebelah, di SDN Mekarjaya 1. Alasannya sederhana, hanya sekolah tersebut lebih lebih ramai dibanding SDN Kertasari 3.

“Kan di sana udah dari TK. Kan di sana udah banyak temennya, kalau pindah ke sini kan otomatis nggak mau. Iya anaknya nggak mau. Di sini gak banyak siswanya. Iya nggak punya temen,” ujar Rustini.

Menurutnya, ia tidak sendiri. Banyak orang tua memilih hal yang sama. Bukan karena fasilitas SDN Kertasari 3 tidak layak, tetapi karena anak-anak sudah lebih dahulu merasa nyaman di sekolah sebelumnya. Perpindahan ke sekolah baru yang lebih sepi dianggap membuat anak merasa terasing.

“Udah gimana yah kagok kalau mau pindah. Anak saya sekarang udah kelas 6,” kata Rustini.

Memilih Sekolah Jauh Padahal Rumah Dekat SDN Kertasari 3

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *