Tubuh manusia secara alami kehilangan cairan melalui berbagai proses biologis seperti berkeringat dan buang air. Karena itu, penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih setiap hari. Kebutuhan cairan ini dapat dipenuhi dari berbagai sumber, mulai dari air tanah, air sungai, hingga air minum dalam kemasan. Namun, bagaimana dengan air hujan? Apakah aman untuk dikonsumsi?
Secara umum, air dapat diminum asalkan bersih dan layak. Namun, tidak semua air hujan memenuhi kriteria tersebut. Melansir infoHealth, kebersihan air hujan sangat bergantung pada kondisi lingkungan dan fisik di sekitarnya. Air hujan dapat dengan cepat berubah menjadi tidak layak konsumsi karena tercemar parasit, bakteri, hingga zat kimia berbahaya.
Air hujan yang jatuh di wilayah dengan tingkat polusi udara tinggi atau yang menyentuh permukaan terkontaminasi seperti logam berat dan kotoran hewan berisiko membawa kontaminan yang berbahaya bagi kesehatan.
“Oleh karena itu, tidak disarankan untuk mulai mengumpulkan dan minum air hujan kecuali kamu benar-benar yakin air tersebut telah bersih dan aman untuk dikonsumsi manusia,” kata ahli gizi Ansley Hill, RD, dikutip dari Healthline.
Untuk menjadikan air hujan aman dikonsumsi, ada sejumlah langkah yang perlu diperhatikan. Meskipun merebus air hujan bisa membunuh bakteri, virus, dan parasit tertentu, dalam banyak kasus tetap dibutuhkan perlakuan tambahan seperti penyaringan dan desinfeksi kimia.
“Untuk menghilangkan kontaminan kimia seperti logam berat, Anda mungkin juga perlu menggunakan sistem penyaringan air,” jelas Ansley.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan agar air hujan yang dikumpulkan untuk dikonsumsi disaring, didesinfeksi, dan diuji secara berkala untuk memastikan keamanannya.
Salah satu metode penyaringan sederhana dikembangkan dalam penelitian Universitas Ibn Khaldun pada 2023. Peneliti menggunakan botol air minum bekas berukuran besar yang diisi dengan berbagai media filtrasi, seperti pasir silika (4-30 mesh), zeolit (5-30 mm), karbon aktif, dan spons atau kapas.
Setelah disaring, air hujan juga disarankan untuk direbus guna menghilangkan patogen yang masih tersisa. Hasil akhir dari proses ini menunjukkan air yang sebelumnya keruh dan berbau menjadi jernih dan layak konsumsi.
“Zeolit atau kerikil dapat menyaring kotoran berukuran besar seperti butiran tanah, lumut, dan lain-lain. Pasir dan kapas berfungsi menyaring kotoran berukuran kecil. Selain itu, juga dapat menghilangkan bau yang terkandung di dalam air,” tulis peneliti dalam laporan mereka.
Berbagai klaim beredar mengenai manfaat kesehatan dari minum air hujan, namun sebagian besar belum terbukti secara ilmiah. Menurut para ahli, air hujan yang bersih memang dapat menghidrasi tubuh, namun tidak memiliki keunggulan khusus dibandingkan air bersih dari sumber lain.
Salah satu klaim menyebut bahwa air hujan bersifat basa dan bisa membantu menjaga pH darah. Padahal, menurut pakar, makanan atau minuman yang dikonsumsi tidak memengaruhi pH darah secara signifikan. Bahkan, air hujan justru cenderung bersifat asam, terutama jika berasal dari wilayah dengan polusi udara tinggi.
“Klaim populer lainnya mengenai manfaat kesehatan dari minum air hujan meliputi peningkatan pencernaan dan pengeluaran limbah tubuh yang lebih efisien. Namun, kedua manfaat ini merupakan ciri dari konsumsi air bersih pada umumnya, bukan manfaat khusus dari air hujan,” tandas Ansley.
Kesimpulannya, air hujan dapat dikonsumsi jika melalui proses pemurnian yang tepat. Namun, untuk menjaga kesehatan, masyarakat disarankan tetap memilih sumber air minum yang sudah terbukti aman dan layak konsumsi.
Artikel ini sudah tayang di infoHealth