Horor Tren TikTok ‘Blackout Challenge’ yang Kembali Makan Korban

Posted on

Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun di Inggris dilaporkan meninggal dunia setelah diduga mengikuti tren berbahaya di media sosial TikTok yang dikenal sebagai blackout challenge. Tantangan tersebut melibatkan aksi menahan napas selama mungkin hingga kehilangan kesadaran.

Polisi West Yorkshire dalam pernyataan resminya sebagaimana dilansir dari infoHealth menyebutkan, layanan ambulans menerima laporan mengenai kondisi darurat seorang anak laki-laki di sebuah rumah di Castleford pada 27 Juni 2025. Anak tersebut segera dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong dan ia meninggal tak lama setelah tiba.

Tantangan blackout challenge merupakan salah satu dari sejumlah tren media sosial yang dinilai sangat berisiko. Aksi ini dapat membatasi suplai oksigen ke otak dan berpotensi menyebabkan kejang, cedera otak permanen, bahkan kematian.

“Ini adalah tren yang tampaknya muncul seiring dengan perkembangan setiap generasi,” ujar Mary Beth Howard, MD, MSC, dokter spesialis kedokteran gawat darurat anak di Johns Hopkins Children’s Center.

Menurut laporan Independent pada tahun 2022, setidaknya 20 kasus kematian telah dikaitkan dengan tren blackout challenge dalam kurun waktu 18 bulan. Mirisnya, 15 di antaranya melibatkan anak-anak berusia 12 tahun atau lebih muda.

Tantangan ini menyebabkan kondisi medis yang dikenal sebagai asfiksia, yakni kekurangan oksigen yang masuk ke dalam tubuh, terutama otak. Asfiksia dapat dengan cepat mengarah pada hipoksia serebral, kondisi di mana otak benar-benar kehilangan oksigen, yang berdampak fatal.

Belum ada data medis pasti yang menunjukkan bagaimana asfiksia berdampak pada tiap individu, karena respons tubuh bisa sangat bervariasi.

“Respons setiap orang terhadap tantangan ini bervariasi. Jadi, seseorang bisa pingsan dalam hitungan info, seseorang mungkin membutuhkan waktu mendekati satu menit,” jelas Howard.

Variabilitas respons inilah yang membuat tantangan ini sangat berbahaya. Banyak pelaku tidak menyadari seberapa cepat mereka bisa kehilangan kesadaran, hingga akhirnya terlambat mendapat pertolongan.

Tragedi ini menjadi peringatan keras bagi orang tua, pengasuh, serta pengguna media sosial agar lebih waspada terhadap konten berbahaya yang dapat memicu tindakan impulsif dan membahayakan nyawa anak-anak.

Artikel ini sudah tayang di infoHealth

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *