Jauh dari gemerlap lampu disko dan hiruk-pikuk kehidupan kota, seorang pria keturunan Tionghoa bernama yang akrab disapa Kimli, meninggalkan jejaknya di sebuah kawasan sunyi di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.
Entah bagaimana, tiga puluh tahun silam Kimli bisa menemukan akses ke lokasi yang berada di rerimbunan hutan di atas bukit kawasan pemandian air panas alami Geyser Cisolok.
Pria itu disebut sebagai orang pertama yang membuka akses ke sebuah gua alami yang kemudian dikeramatkan tersebut. Meski belum pernah dibuktikan secara ilmiah atau historis, gua itu kerap didatangi oleh Kimli dan paranormal yang sengaja dibawanya.
“Pak Kimli yang pertama menemukan ini, sekitar tahun 1995. Dulu masih hutan belantara. Dia datang ke sini berdasarkan petunjuk dari seseorang yang katanya orang pintar dari Jawa Tengah,” kata Hendra (60), warga sekitar yang pernah bekerja membersihkan kawasan itu selama hampir tiga dekade.
Kimli, menurut warga, adalah sosok yang tak banyak bicara soal spiritualitas. Ia datang sesekali, membangun bale-bale untuk tempat bersantai, bahkan sempat bermaksud membangun kolam renang di bawah kawasan gua. Ia juga disebut sempat membangun sebuah vila sederhana.
“Katanya sih mau maju usaha. Tapi selama saya kerja di sana, nggak ada kegiatan yang aneh-aneh. Soal mistis atau keramat, saya juga nggak tahu. Ngobrol soal begituan jarang banget dengan beliau,” ujar Hendra.
Yang menarik, di balik kesederhanaan penampilannya di lokasi gua, Kimli memiliki latar belakang yang cukup mencolok, ia disebut pernah memiliki sebuah diskotek terkenal di Jakarta.
“Dulu katanya punya diskotek, tapi sekarang sudah bubar. Dia juga punya dua anak. Kadang kalau datang, nginep di sini, tidurnya di dalam gua bareng sama kuncen,” ucap Hendra.
Kini, aktivitas Kimli di kawasan gua sudah tak seintens dulu, usia yang mulai renta membuat Kimli sudah jarang datang ke lokasi itu lagi. Sejak urusan perawatan kawasan gua dilepas Hendra, lokasi itu kini terlihat terbengkalai, ditumbuhi semak belukar, tanpa penjaga.
“Sejak saya berhenti, tempat itu makin nggak keurus. Dulu gaji saya dari Rp 200 ribu sampai terakhir Rp 300 ribu perbulan. Sekarang ya dibiarkan saja,” kata Hendra.
Gua ini viral di media sosial setelah seorang konten kreator menyebut jika gua ini adalah petilasan atau makom Sayidina Ali. Namun pernyataan itu sudah dibantah oleh tokoh masyarakat setempat.
Kimli sendiri tak pernah muncul ke publik. Namanya hanya hidup dalam cerita warga sekitar, sebagai sosok misterius, pencari tempat sunyi, dan pernah hidup dalam riuhnya dunia hiburan malam ibu kota.