Asap tipis mengepul dari panggangan yang terbuat pelepah pisang. Panggangan tersebut membentang sepanjang lebih dari 100 meter di halaman Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi.
Ribuan tusuk sate tersaji. Bukan sekadar hidangan, bakar sate itu juga simbol kebersamaan, syiar, dan harapan bagi ratusan santri dari berbagai penjuru nusantara.

Sebanyak 2.000 kantong sate dibagikan kepada para santri dan masyarakat sekitar dalam momen Iduladha tahun ini. Uniknya, para santri di pesantren ini mayoritas adalah anak yatim dan duafa dari 24 provinsi, termasuk dari Maluku dan daerah terpencil lainnya.
“Kegiatan ini adalah bentuk semangat kebersamaan dalam memuliakan Hari Raya Iduladha. Kita ingin semua orang merasakan nikmatnya makan daging, apalagi para santri kita ini 80 persen duafa dan yatim piatu,” ujar Fajar Laksana, Pimpinan Ponpes Dzikir Al-Fath, Jumat (6/6/2025).
Bakar sate bersama-sama ini merupakan agenda tahunan sejak 2019. Fajar ingin, agar para santri merasakan keistimewaan hari raya Iduladha, yang lebih dari sekedar perayaan biasa.
“Dulu kita ini merancang bagaimana santri kita ini bisa bergembira, karena pesantren ini umumnya untuk yatim piatu dan duafa. Mereka tidak pulang, beda kalau pesantren yang sekolah formal, mereka libur, di sini mereka tidak pulang, mereka tidak punya orang tua. Nah kita buat lah ini acara kegembiraan,” jelasnya.
Momen kemeriahan hari raya Iduladha ini turut dirasakan oleh Irma (21) mahasantri dari Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. Ini merupakan tahun ketiga ia ikut berlebaran Iduladha di Ponpes Dzikir Al-Fath.
“Kegiatan ini sangat seru ya soalnya setiap tahun selalu ada. Rasa kekeluargaannya ada, apalagi di sini ada anak SD, SMP, SLTA dan mahasantri dari berbagai pulau, dari provinsi mana pun ada. Kebersamaannya tuh terasa banget. Kalau saya di sini tahun ketiga,” kata Irma.
Menurutnya, beberapa hewan yang dikurbankan berasal dari alumni pondok pesantren. Bahkan alumni yang sudah berada di luar negeri pun berkurban dan dagingnya dibagikan untuk santri-santri.
“Iya tiap tahun ramai seperti ini, biasanya lebih banyak lagi santri-santri dan mahasantri, tapi alhamdulillah sudah ada yang ke luar negeri. Tahun ini banyak yang kurbannya dari luar negeri, mahasantri yang dari Jepang, ada yang di Kuwait, Makkah dan Madinah itu sudah pada kurban di sini,” tutupnya.