Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah, umat Islam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini dikenal dengan sebutan Maulid Nabi, yang sudah menjadi tradisi di berbagai wilayah, termasuk Indonesia.
Bagi umat Islam, Maulid Nabi bukan sekadar perayaan, melainkan juga momentum untuk meneladani akhlak dan perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam. Berikut adalah sejumlah keutamaan dan hikmah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagaimana disarikan dari buku Bahas Cerdas dan Kupas Tuntas Dalil Syar’i Maulid Nabi karya Muhammad Ahmad Vad’aq serta NU Online.
Imam Abu Abdillah bin Haj mengatakan, bulan Rabi’ul Awwal selayaknya diistimewakan dengan amal kebaikan, sedekah, dan ibadah lainnya. Momen Maulid Nabi Muhammad SAW dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran penyampai wahyu-Nya.
Beliau menegaskan:
“Yang ada dalam acara Maulid tidak lain adalah membaca Al-Qur`an dan memberi makan. Ini adalah amal baik dan ibadah. Sementara terkait dengan apa yang dilakukan saat Maulid harus terbatas pada tindakan-tindakan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT seperti yang telah disebut sebelumnya. Yatu tilawah, memberi makan, sedekah, menyenandungkan kasidah-kasidah berisi pujian untuk nabi, kasidah-kasidah tentang zuhud yang bisa menggerakkan hati untuk melakukan kebajikan demi akhirat.”
Berkumpul untuk bersyukur kepada Allah SWT adalah sunnah yang dipuji Rasulullah SAW. Dalilnya terdapat dalam hadits Shahih Muslim dari Mu’awiyah RA.
Riwayat tersebut berbunyi:
Rasulullah SAW bertanya,
“Untuk apa kalian duduk berkumpul?”.
Para sahabat menjawab,
“Untuk mengingat dan memuji Allah karena telah memberi kami petunjuk menuju Islam dan menganugerahkan Islam kepada kami.”
Rasulullah SAW berkata,
“Demi Allah, hanya itu alasan kalian duduk berkumpul?”
Para sahabat menjawab,
“Demi Allah hanya itu alasan kami duduk berkumpul.”
Rasulullah SAW melanjutkan,
“Aku meminta kalian bersumpah bukannya aku meragukan kalian. Jibril baru saja datang menghampiriku dan memberitahukan bahwa Allah membangga-banggakan kalian di hadapan para malaikat.”
Berkumpul dalam momen Maulid Nabi Muhammad SAW termasuk dalam kategori berkumpul untuk mengingat Allah SWT dan bersyukur atas nikmat Islam. Hal ini dapat menjadi hikmah tersendiri bagi umat Islam yang melakukannya.
Dengan memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, membaca kisah kelahiran Nabi dan merenungkan akhlaknya, umat Islam akan semakin terdorong untuk meneladani perilaku terpuji beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, menampakkan rasa senang atas hari kelahiran Nabi Muhammad SAW juga merupakan hal yang terpuji. Hal tersebut saah satunya dapat diejawantahkan melalui kegiatan membaca sholawat hingga syair pujian kepalda Rasulullah.
Ibn Hajar dalam Fath al-Bari syarh Shahih Al-Bukhari dan Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menerangkan, membaca pujian kepada Nabi Muhammad SAW, termasuk di dalamnya syair-syair, hukumnya dianjurkan. Hal tersebut mendorong umat untuk meneladani beliau.
Disebutkan dalam beberapa riwayat, para sahabat memuji Nabi Muhammad SAW melalui syair. Seperti riwayat dalam Shahih Al-Bukhari (hadits nomor 1104) dari Abu Hurairah tentang pujian Abdullah bin
Rawahah untuk Rasulullah SAW:
“Di tengah-tengah kami ada Rasulullah SAW yang
membaca kitab-Nya. Kala cahaya muncul dari fajar
Ia memperlihatkan petunjuk kepada kami setelah
sebelumnya kami buta. Hati kami yakin apa yang ia ucapkan nyata. Di malam hari lambungnya jauh dari tempat tidur. Kala tidur terasa berat oleh orang-orang musyrik”.
Imam Yafi’i dalam kitab I’anatut Thalibin, juz III halaman 365 menjelaskan salah satu keutamaan bagi orang yang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yakni bangkit di hari akhir bersama orang-orang salih.
Imam Yafi’i berkata:
“Orang yang mengumpulkan saudara-saudara untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, menyediakan makanan, menyediakan tempat, melakukan kebaikan, dan menjadi sebab dibacanya Maulid Nabi, maka Allah akan membangkitkannya di hari kiamat bersama orang-orang yang shalih dan berada di surga.”
NU Online juga menukil penjelasan Sirri al-Saqati tentang orang yang menghadiri majelis Maulid Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut diibaratkan sebagai orang yang menyambangi taman surga.
Sirri al-Saqati berkata:
“Orang yang menuju ke tempat untuk membaca Maulid Nabi Muhammad SAW, maka ia telah menuju ke taman surga. Karena ia tidak menuju ke tempat itu kecuali karena cinta kepada Nabi. Dan Nabi SAW bersabda, ‘Barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.’
Dalam riwayat Imam Bukhari dari Urwah bin Zubair disebutkan:
“Ketika Abu Lahab meninggal, ia didatangi oleh salah seorang keluarganya dalam mimpi dan ditanyai tentang keadaannya. Abu Lahab menjawab, ‘Aku diringankan siksaku setiap hari Senin karena aku pernah membebaskan budak wanita bernama Tsuwaibah yang telah menyusui Nabi Muhammad SAW.'”
Hal ini menegaskan bahwa bahkan seorang kafir yang bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW tetap mendapatkan keringanan siksa. Maka seorang muslim yang beriman tentu juga layak memperoleh rahmat dan ampunan dari Allah SWT.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri mengenai hari libur nasional tahun 2025, Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini akan diperingati pada Jumat, 5 September 2025. Tanggal tersebut telah resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Demikian ulasan mengenai sejumlah keutamaan dan hikmah dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi pada 12 Rabiul Awal. Semoga bermanfaat!