Keracunan akibat mengonsumsi nasi jomet kembali terjadi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 100 lebih warga Kecamatan Pelabuhanratu, keracunan akibat mengonsumsi nasi jomet.
Kejadian warga keracunan akibat mengonsumsi jomet bukan pertama kali terjadi, sebelumnya 84 orang warga mengalami keracunan usai menyantap hidangan hajatan pernikahan di Kampung Cisaah, Desa Tugubandung, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi pada Minggu, 28 April 2024 lalu.
Berikut 5 fakta dalam kejadian ini:
Puluhan warga Kampung Babadan, Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, mengalami gejala mual, muntah, dan mulas usai menyantap nasi jomet dari acara haul, Rabu (7/5/2025) malam.
Dari catatan pihak terkait, total korban mencapai 106 orang, sebagian besar dirawat di RSUD Palabuhanratu dan tenda darurat.
Camat Palabuhanratu Deni Yudhono mengungkapkan peristiwa itu bermula setelah warga mengikuti haul seorang tokoh yang meninggal dunia.
“Sorenya itu ada haulan, dan pulangnya warga diberi nasi kotak atau yang biasa disebut nasi jomet. Di dalamnya salah satunya ada lauk telur balado,” kata Deni kepada infoJabar, Kamis (8/5).
Deni mengungkapkan gejala mulai dirasakan warga sekitar pukul 21.45 WIB berasal dari tiga RT di RW 30 dan sebagian di RW 29, khususnya di Kampung Babadan dan Sirnagalih, menjadi lokasi terdampak terbanyak.
“Setelah makan nasi jomet di rumah masing-masing, banyak yang mual, mulas, bahkan muntah. Warga berinisiatif datang sendiri ke rumah sakit,” tuturnya.
Hingga Kamis dini hari sekitar pukul 02.00 WIB, jumlah korban mencapai 106 orang. Sebanyak 54 korban dirawat di IGD RSUD Palabuhanratu, sisanya 52 orang ditangani di posko darurat dengan bantuan tenda dan pelbed dari BPBD.
“Karena rumah sakit sudah lewat jam 10 malam, bantuan datang dari Dinkes wilayah 1, Simpenan, Cikakak, Citarik, Palabuhanratu. Penanganan langsung digelar di lokasi,” terang Deni.
Deni memastikan tak ada korban yang dalam kondisi kritis karena penanganan cepat. “Informasi dari tim surveilans, ini diduga karena bakteri. Kalau karena kimia, pasti dampaknya lebih hebat. Gejalanya muncul sekitar enam jam pascakonsumsi,” katanya.
Deni menambahkan, Kamis pagi, dari 54 orang yang sempat dirawat di IGD, sebanyak 36 orang sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik. “Tinggal 18 orang yang masih diobservasi,” ucapnya.
Saat ini, sampel makanan sudah dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Pemerintah kecamatan dan dinas terkait terus melakukan pemantauan terhadap warga yang terdampak.