Persib Bandung harus membayar mahal kesalahan koordinasi lini belakang saat menghadapi Persijap Jepara. Dalam laga itu, dua gol yang bersarang ke gawang Persib tercipta lewat situasi serupa setelah gagalnya jebakan offside yang coba diterapkan.
Dalam pertandingan di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, Senin (18/8/2025) malam, Persib kalah dengan skor 1-2 dari tuan rumah Persijap. Persijap unggul lebih dulu lewat gol Carlos Franca di menit 69.
Persib kemudian mampu menyamakan skor jadi 1-1 lewat eksekusi penalti Uilliam Barros di menit 90+2. Seakan pertandingan akan berakhir imbang, Persijap justru kembali unggul setelah Sudi Abdallah mencetak gol di menit 90+4.
Sejak awal pertandingan, Persib memang bermain dengan garis pertahanan tinggi. Strategi ini bertujuan menekan ruang gerak lawan dan memaksa penyerang Persijap terjebak offside. Namun kenyataan di lapangan berbeda.
Pada gol pertama, Henhen Herdiana yang masuk di awal babak kedua terlambat naik sehingga satu Carlos Franca tetap onside saat menerima umpan Alexis Gomez. Franca lolos dari jebakan offside kemudian dengan mudah menceploskan bola ke gawang tanpa bisa dihalau Teja Paku Alam.
Skenario hampir identik kembali terjadi di proses terciptanya gol kedua Persijap. Garis pertahanan Persib yang tidak kompak membuat pemain Persijap sekali lagi lepas dari jebakan offside.
Bermula dari serangan balik cepat, pergerakan Dicky Arifin di lini tengah mampu menarik perhatian tiga pemain belakang Persib. Sementara Henhen tampak mengawal pergerakan pemain Persijap lainnya.
Seakan bakal memberi bola ke arah kiri, Dicky justru mengirim bola ke arah kanan dimana Sudi berdiri bebas. Saat menerima bola, posisi Sudi berada di belakang Henhen yang menjadi pemain terakhir Persib.
Sudi pun dengan mudah melepaskan tendangan keras yang menjadi gol sekaligus memastikan kemenangan perdana Persijap Jepara di Super League 2025/2026.
Kegagalan para pemain Persib dalam menerapkan skema jebakan offside turut dikomentari Indra Jaya, Bobotoh yang juga pengamat Persib. Menurut Indra, butuh waktu 14 info saja bagi Persijap untuk membuat gol kedua selepas penjaga gawang mereka melempar bola.
“Tentu ini spesialisasinya Persib dalam melakukan counter attack, namun kali ini Persib kebobolan dengan taktik yang sering mereka pakai,” ucap Indra.
Dia menyebutkan, sebelum terjadi gol kedua yang dicetak Persijap, tuan rumah melakukan transisi bertahan ke menyerang dengan sangat cepat. Sementara Persib terlambat melakukan transisi di momen yang sangat krusial itu.
“Perbedaannya ada jarak yang sangat jauh (tidak compact) antara lini tengah dan lini belakang sehingga pemain Persijap cukup leluasa melakukan drive serta berpikir tepat setelah Putros ikut melakukan cover, di sana ada Sudi yang berdiri bebas,” jelasnya.
Saat itu menurut Indra, semua pemain belakang Persib terfokus kepada Dicky Arifin yang menguasai bola. Sebaliknya, tidak ada dari pemain Persib yang berupaya menguasai zona permainan.
“Tidak ada untuk mengamankan zona, secara positioning, keberadaan Henhen sudah benar kalau untuk menutup pemain Persijap di sebelah kiri, dia tidak out position. Kalau untuk bola ke sayap kiri pemain Persijap ya,” ungkapnya.
“Tapi di situlah harusnya ada komunikasi para pemain, Jika Putros sudah tau kenapa dia cover pemain di depannya dan posisi Sudi akan offside, ia bisa memberikan aba-aba pada Henhen untuk naik sejajar dengan pemain belakang lain. Jika komunikasi itu tidak terjalin, Henhen harusnya bisa scanning dan melihat pergerakan Putros untuk sejajar,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Indra mengungkapkan ada kecerdasan dari Dicky yang melihat Sudi dalam situasi bebas setelah Frans Putros ikut bergeser dari posisinya. Saat itulah, terjadi ‘kekacauan’ di lini belakang Persib.
“Henhen memilih untuk menjaga kedalaman, maksudnya agar di sisi kanan masih bisa dicover, tapi bola berbalik arah. Jadi selain Henhen yang terlambat naik, Putros meninggalkan zona kiri, plus jarak antar tengah dan belakang yang terlalu jauh sehingga membuat pemain lawan leluasa. Satu lagi, transisi Persijap sangat cepat saat menyerang,” tandasnya.